Melampaui Gerakan Filantropi

Peran Muhammadiyah Aid sejatinya tidak berhenti dalam program karitas. Justeru keberadaan Muhammadiyah Aid dalam krisis kemanusiaan internasional dapat memberikan solusi bagi masalah kemanusiaan.

Melampaui Gerakan Filantropi
Lokakarya dan Pembelajaran Penanganan Pengungsi Rohingya di Bangladesh, di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Menteng, Jakarta (9/4/2018).

MASIH ADA sisa waktu delapan bulan bagi Muhammadiyah Aid untuk melaksanakan pendampingan dan penanganan pengungsi Rohingya, di Cox’s Bazar, Bangladesh. Melalui Indonesia Humanitarian Alliance (IHA), Muhammadiyah Aid juga telah melaksanakan pendampingan dan bantuan kesehatan secara terjadwal terhitung mulai dari 2017 hingga 2018.

Berdasarkan catatan Lazismu, dana yang terhimpun hampir Rp 20 miliar lebih. Dana tersebut secara berkala sudah disalurkan di bidang kesehatan dengan menerjunkan tim Muhammadiyah Aid ke Bangladesh.

Aksi peduli terhadap Rohingya yang dilakukan Muhammadiyah Aid belum berakhir. Masih ada catatan penting sebagai evaluasi ke depan untuk keberlangsungan bantuan untuk warga muslim Rohingya.

Untuk itu, Muhammadiyah Aid yang terdiri dari Lazismu, MDMC, Majelis Pelayanan Sosial (MPM), Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM), Lembaga Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri dan Majelis Pemebinaan Kesehatan Umum (MPKU) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, menggelar Lokakarya dan Pembelajaran Penanganan Pengungsi Rohingya di Bangladesh, di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Menteng, Jakarta (9/4/2018).

Penanggung jawab lokakarya, Wachid Ridwan mengatakan, pemerintah Bangladesh memang belum meminta bantuan kepada komunitas dunia internasional. Namun, data di lapangan bantuan internasional yang masuk tidak dapat dibendung. “Fakta ini yang dilihat dan telah dilakukan Muhammadiyah Aid bersama IHA yang terdiri dari sepuluh lembaga zakat serta kemanusiaan dari Indonesia,” jelasnya.

Ada beberapa masukan dan catatan dari pemerintah Bangladesh terkait bantuan kemanusiaan. Wachid menambahkah, yang terpenting adalah bagaimana meminimalisir risiko hidup pengungsi Rohingya.

Mereka punya hak hidup baik di Bangladesh dan Myanmar. Hak hidup sehat dan hak hidup seperti manusia pada umumnya. Muhammadiyah Aid sebagai lembaga yang melaksanakan penanganan pengungsi Rohingya secara moral telah memainkan peran pentingnya. Program Muhammadiyah Aid, sejak sejak Januari 2017, telah mengirimkan sebanyak 14 tim kesehatan dan akan mengirimkan tim ke 15.

Dalam kurun waktu berjalan, sudah ada 39 orang tim kesehatan yang telah melaksanakan gerakan kemanusiaan internasional di bidang kesehatan yang akan berakhir pada Desember 2018.

Tujuan misi kemanusiaan ini ujntuk ikut membantu pemenuhan kebutuhan dasar bagi penyintas di Bangladesh. Muhammadiyah Aid mengambil peran khusus dengan memenuhi kebutuhan akan kesehatan dan nutrisi untuk kelompok rentan, yakni anak-anak, perempuan, ibu hamil dan menyusui, orangtua dan penyandang disabilitas.

Para peserta yang hadir dalam lokakarya ini, membentuk tim kelompok diskusi untuk mengeksplorasi kebutuhan-kebutuhan selanjutnya untuk menghasilkan rekomendasi-rekomendasi yang mendasar dalam menerjunkan tim selanjutnya yang perlu didukung komunitas Muhammadiyah di dalam negeri

Dalam kesempatan itu, Ketua Lembaga Hubungan dan Kerjasama Luar Negeri PP Muhammadiyah, Bahtiar Effendy, mengatakan peran Muhammadiyah Aid sejatinya tidak berhenti dalam program karitas. Justeru keberadaan Muhammadiyah Aid dalam krisis kemanusiaan internasional dapat memberikan solusi bagi masalah kemanusiaan.

“Pada prinsipnya secara etika, tentang menangani orang yang ditolong, maka kita harus tahu siapa yang ditolong itu. Maka Muhammadiyah Aid kiprahnya harus melampaui gerakan filantropi. Artinya tidak semata-mata memadamkan api persoalan kemanusiaan, tapi memberikan spirit untuk kehidupan banyak orang,” jelasnya.

 

[Na/Mrf/Aut]