Kata Akademisi Soal Efek Debu Vulkanik

MONITORDAY.COM - Dampak debu terhadap manusia dapat secara langsung menyebabkan gangguan kesehatan pada mata, kulit, termasuk saluran pernafasan.
Debu yang dihirup oleh manusia juga bisa muncul 2 minggu setelah debu tersebut bertahan dalam sistim pernafasan kita sehingga menyebabkan infeksi pada saluran pernafasan bawah.
Dan yang lebih parah lagi, bila kandungan silika terus bertahan di paru-paru dalam jangka panjang, hal ini akan menyebabkan silikosis, suatu kondisi yang pada akhirnya membuat fungsi paru akan menurun.
Maka dari itu timbul pertanyaan mengenai debu vulkanik gunung Semeru. Apakah kandungan yang terdapat di debu vulkanik tersebut?, bagaimana dampak dari debu tersebut bagi kesehatan baik saat ini maupun jangka panjang?.
Bagaimana sumber air bersih yang terkontaminasi apakah layak digunakan?, bagaimana tanaman dan hewan yang terpapar dengan debu vulkanik?, bagaimana jika peralatan listrik dan mesin-mesin yang terkena debu ini apakah akan rusak?.
Akademisi dan praktisi klini, Ari Fahrial Syam mengungkapkan, bahwa fakta yang ada saat ini, memang bahwa debu vulkanik akan menyebabkan perih pada mata dan menimbulkan gangguan pernafasan berupa batuk dan sesak nafas. Selain itu, debu vulkanik juga berdampak kulitpun yang menyebabkan gatal-gatal.
"Debu vulkanik telah menyebabkan jalan-jalan raya di beberapa kota seputar Semeru menjadi licin dan berlumpur setelah hujan tiba dan menyebabkan beberapa kecelakan. Pertanyaan seputar dampak akan debu ini harus dijawab," kata Ari sebagaimana dikutip dari okezone.com pada Minggu (5/12/2021).
Maka dari itu, perlu diadakan survey kesehatan dan observasi yang terus menerus di rumah-rumah sakit dan tempat-tempat mengungsian terkait kasus-kasus penyakit ini.
Hingga saat ini jumlah korban meninggal 13 orang dan Korban luka umumnya karena luka bakar, akibat semburan debu panas dari erupsi Gunung Semeru.
"Permasalahan kesehatan para pengungsi harus diidentifikasi sehingga langkah-langkah yang tepat harus dilakukan. Permasalahan kesehatan yang muncul seputar pengungsi adalah gangguan fisik maupun psikis," sebut Ari.
Dikatakan Ari, kondisi pengungsian yang terbatas seperti keterbatasan tempat tidur yang layak, sarana air bersih terutama untuk Mandi, Cuci dan Kakus yang terbatas jelas akan berdampak bagi kesehatan para pengungsi.
Lalu, faktor kejiwaan para pengungsi juga akan terganggu, sebab terdapat faktor-faktor yang dapat mencetuskan terjadinya stress bagi para pengungsi.
Mengingat hidup dipengungsian yang tidak jelas, masa depan yang juga tidak jelas. Terlebih para pengungsi juga sudah mengalami kerugian akibat kerusakan dan kehilangan harta benda.
Menurut dia, hal ini akan menyebabkan kondisi kejiwaan para pengungsi akan menurun. Ari pun berharap korban sakit segera diobati dan masyarakat yang berdampak terhindari dari gangguan kesehatan lebih lanjut.