Lulusan Universitas Ternama, Pasangan Ini Memilih Mengabdi Di Pelosok Papua

MONITORDAY.COM - Zakharia Primaditya dan Putri Kitnas Inesia adalah sepasang suami istri muda yang tak biasa. Keduanya lulusan Universitas ternama, yakni Universitas Indonesia dan Universitas Parahyangan. Putri bahkan sempat melanjutkan jenjang studi ke Universitas di Austria.
Alih-alih memilih bekerja di perkotaan dengan pendingin udara yang nyaman, keduanya malah mengambil pilihan yang tidak biasa. Mengajar di daerah pelosok Papua. Tepatnya di Kampung Kosarek Kabupaten Yahukimo Papua. Dimana untuk mencapai kota terdekat diperlukan waktu tujuh hari tujuh malam. Disebabkan oleh tidak adanya akses transportasi ke sana. Kalaupun mau menggunakan pesawat perintis, maka biayanya cukup mahal.
Bagaimana kisah awal dari pengabdian mereka? Dimana sudah 1 dekade mereka berdua berada di Papua. Pada awalnya Putri ditugaskan sebagai staf sebuah LSM dari tahun 2008. Sementara Adit baru sampai Papua pada tahun 2011. Mereka kemudian bertemu dan menikah. Mereka memutuskan untuk tidak kembali ke kota, melainkan mendidik sekitar 60 anak di Kosarek. Mereka membuat gerakan Kasih Kawan Tumbuh dan membangun Rumah Belajar Kosarek.
Awal perjalanan keduanya untuk mengabdikan diri memberikan jendela ilmu dan pendidikan ke wilayah pelosok Papua di mulai sejak tahun 2017. Sebelum itu, mereka diketahui sama-sama menjadi tenaga pengajar di Sekolah Ob Anggen, Bokondini. Putri menjadi guru, staf personalia, sekaligus pelatih kurikulum, sementara Adit mendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah.
Keduanya memulai misi mereka dengan berjalan kaki menyusuri 26 kampung di Kabupaten Yahukimo, hingga pada akhirnya sampai di Kampung Kosarek. Menurut penuturan Putri banyak anak usia sekolah di Kosarek namun tidak bisa membaca, menulis, dan berhitung. Hal itu terjadi karena sekolah formal yang ada terakhir kali beroperasi di distrik tersebut pada tahun 2006.
Melihat kondisi tersebut, Adit dan Putri menyampaikan misi untuk menghidupkan kembali pendidikan kepada misionaris gereja setempat, karena memang seluruh penduduknya beragama Kristen. Ibarat berjodoh, niat yang mereka sampaikan pun disambut baik.
"Bagi mereka, kami adalah pergumulan dan jawaban doa mereka, dan bagi kami mereka juga adalah jawaban dari doa-doa kami," tutur Putri.
Masih menurut sumber yang sama, realisasi misi mereka diketahui baru benar-benar berjalan di kisaran bulan Oktober 2018. Bermodalkan uang tabungan pribadi, Adit dan Putri pertama kali menetap pada sebuah rumah lama tak berpenghuni yang berdiri dari dinding kayu.
Saat itu, mereka juga menyebut belum memiliki akses internet untuk bisa terhubung ke dunia luar.
Melihat perkembangan yang ada di Kampung Kosarek, baik Adit dan Putri mengaku terharu akan pertumbuhan yang telah terlihat. Mereka merasa telah berhasil menyentuh jiwa masyarakat terutama anak-anak di Kosarek untuk mau tumbuh bersama.
Seperti yang disampaikan oleh keduanya kepada anak-anak yang telah mereka didik selama beberapa tahun terakhir ini, A'un sembe nu phende yeng meikno, yang artinya “kami berdua sayang kalian semua”.