Lira dan Nasib Erdogan

Kejatuhan nilai tukar mata uang Lira sedang berusaha ditangani dengan menaikkan suku bunga dan himbauan Erdogan pada warganya untuk menukar simpanan Dollarnya dengan Lira.

Lira dan Nasib Erdogan
lira (c) marketbisnis.com

MONDAYREVIEW.COM- Gejolak atau volatilitas yang tinggi terjadi pada mata uang Turki yakni Lira terjadi dalam pekan ini. Selama setahun ini, mata uang Lira mengalami tekanan hingga 20% terhdapa US Dollar. Penurunan yang sangat drastis dan mengkhawatirkan. Tekanan Dollar terhadap berbagai mata uang berlangsung massif tidak saja di kawasan Asia namun juga di beberapa benua.  

Titik terendah 4,93 terhadap dolar AS pada hari Rabu, sebelum bank sentral Turki menaikkan suku bunga utamanya dengan tiga poin persentase menjadi 16,5 persen dalam upaya untuk membantu menstabilkan mata uang. Untuk mengatasi hal tersebut, Presiden Recep Tayyip Erdogan meminta warganya untuk menukar dollar yang dimilikinya dengan Lira.

Pemerintah Turki beberapa kali menyatakan bahwa jatuhnya Lira adalah akibat dari permainan konspirasi asing di tahun politik.   Walaupun para pengamat di Istanbul menekankan bahwa apa yang terjadi di Turki juga dialami kawasan lainnya. Meski tak tertutup kemungkinan adanya permainan para bankir internasional, namun kondisi dan ketahanan suatu negara sangat menentukan dalam menghadapi gejolak nilai tukar mata uangnya.  

Namun situasi di Turki menjadi lebih rentan mengingat tingginya utang luar negeri yang mencapai  US$ 450 Miliar. Kebanyakan utang luar negeri ini adalah utang swasta. Hal semacam ini pernah terjadi di Indonesia saat krisis moneter 1998. Tingginya utang swasta dan gejolah politik saling mempengaruhi dan memperparah keadaan. Pada titik tertentu, nilai mata uang pun terjun bebas tak terkendali dan cadangan devisa negara tak mampu lagi mengintervensi pelemahan tersebut.  
 

Disamping tingginya utang luar negeri, kondisi politik dan keamanan di Turki juga tidak menguntungkan.  Kudeta yang gagal tahun lalu mencemaskan bagi para investor. Kepercayaan pada situasi dalam negeri di Turki belum sepenuhnya pulih. Hal ini diperparah dengan situasi di negara-negara tetangganya.

Di Turki hari-hari ini, disamping menaikkan tingkat suku bunga, beberapa utang mata uang asing untuk diupayakan untuk dibayar kembali dengan suku bunga tetap. Langkah ini diambil untuk mengendalikan kejatuhan mata uang mereka lebih dalam.

Situasi yang semakin tak menentu dikhawatirkan akan menyeret ekonomi Turki ke jurang krisis ekonomi. Hal ini bisa menjalar ke kawasan Timur Tengah bahkan Asia pada umumnya. Langkah-langkah yang signifikan dan perhatian lembaga-lembaga keuangan dunia diharapkan bisa membantu Turki keluar dari situasi yang sulit saat ini.