Lewat Drama Musikal, Pengrajin Batik Ingin Sampaikan Kondisi Batik Saat Ini
Acara yang mengangkat tema "Batik Khazanah Peradaban, Dasawarsa Batik Sebagai Warisan Takbenda UNESCO" ini semakin tampak beda dan menarik karena dikemas dengan Drama Musikal yang menampilkan cerita perjalanan batik dari tokoh Malam dan Canting.
MONITORDAY.COM - Peringatan Hari Batik Nasional dirayakan dengan meriah dan gegap gempita pada Rabu malam tadi (03/10/19) di lapangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Acara yang mengangkat tema "Batik Khazanah Peradaban, Dasawarsa Batik Sebagai Warisan Takbenda UNESCO" ini semakin tampak beda dan menarik karena dikemas dengan Drama Musikal yang menampilkan cerita perjalanan batik dari tokoh Malam dan Canting.
Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Najamuddin Ramly mengatakan, kegiatan ini sengaja dikemas dalam drama musikal agar lebih dapat menyampaikan pesan kondisi batik saat ini.
"Melalui cerita tokoh yang ada di dalam Drama Musikal, kita ingin menyampaikan pesan tentang kondisi Batik hari ini," ujar Najamuddin dalam sambutannya.
Ia kemudian mengaku sempat berdiskusi dengan para pengerajin batik dari Pekalongan. Dalam diskusi tersebut, ia mendapat informasi yang memprihatinkan bahwa ternyata kaderisasi dan generasi pengerajin batik sulit dilanjutkan. Hal ini karena hasil batik tak memberikan kesejahteraan kepada para pengerajinnya.
"Sebelumnya kami diskusi dengan para pengerajin batik Pekalongan, mereka mengaku ternyata kaderisasi dan generasi agak sulit dilanjutkan karna hasil batik tak memberikan kesejahteraan kepada mereka," ungkap Najamuddin.
"Kalau para pewaris hilang maka lamban laun warisan batik akan punah," imbuhnya kemudian.
Karena itu, ia berharap, dengan adanya momen perayaan Hari Batik Nasional ini semoga dapat menggugah kesadaran, agar para pengerajin batik bangga kembali berkarya.
"Semoga mereka dan generasinya lebih semangat membatik. Sehingga mereka bisa merasakan kejayaan dari hasil karya mereka," tandasnya.
Diakhir sambutannya, Najmuddin juga meminta dan mengusulkan kepada kementerian luar negeri agar dapat lebih intens mengenakan batik dalam pertemuan bilateral dengan para tokoh negara.
"Kita juga mengusulkan sulaya Kementerian Luar Negeri mengenakan batik sebagai pakaian resmi bilateral untuk pertemuan dengan tokoh negara di dunia," tutupnya.
Perayaan Hari Batik Nasional ini dimeriahkan dengan pameran batik, peragaan busana, festival kuliner, lomba membatik dengan teknik canting, drama musikal, serta diskusi pengembangan dan pemanfaatan batik.
Kegiatan ini digelar atas inisiatif beberapa komunitas dan pecinta Batik diantaranya Penida Wastra Persada, Aruna Chakra Kinarya dan Yayasan Tjanting Batik Nusantara, yang kemudian disampaikan dan difasilitasi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Perayaan ini juga sepenuhnya didukung oleh Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.