Strategi Ketahanan Pangan : Dari KUR Hingga Antisipasi Iklim
Petani dan sektor pertanian sangat penting dalam mendukung ketahanan pangan saat pandemi. Kebutuhan pangan tidak dapat ditunda pemenuhannya dalam kondisi krisis sekalipun. Strategi dan kebijakan yang tepat saja tidak cukup. Harus didukung dengan kemauan, kemampuan, dan sinergi semua pemangku kepentingan di sektor ini.

MONDAYREVEW.COM – Petani dan sektor pertanian sangat penting dalam mendukung ketahanan pangan saat pandemi. Kebutuhan pangan tidak dapat ditunda pemenuhannya dalam kondisi krisis sekalipun. Strategi dan kebijakan yang tepat saja tidak cukup. Harus didukung dengan kemauan, kemampuan, dan sinergi semua pemangku kepentingan di sektor ini.
Kebijakan Kementerian Pertanian terlihat dalam langkah-langkah strategis yang dilakukan untuk mengajak para petani. Sebagai contoh di Kabupaten Subang, Jawa Barat, dimana Menteri Pertanian mengajak petani untuk memanfaatkan kredit usaha rakyat (KUR) serta memaksimalkan penggunaan alat mesin pertanian (alsintan).
Pembiayaan produksi pertanian ini sangat penting. Jangan sampai petani terjerat rentenir. BRI dan BNI dapat membantu dan mendukung realisasi kebijakan ini. Sebagai gambaran dari 1 hektare lahan yang panen, petani bisa meraih pendapatan hingga Rp 30 juta, dengan peorduktivitas per- hektare lahan menghasilkan padi 8 ton
Pertanian bersifat sustainable sehingga jika padinya tidak ada yang membeli, bisa disimpan terlebih dahulu. Bisa dijual nanti atau untuk konsumsi sendiri. Yang penting disimpan dengan yang benar. Jadi tidak ada alasan tidak tanam. Indonesia punya alsintan, ada traktor roda 4, manfaatkan.
Irigasi di berbagai daerah juga sudah bagus, tapi harus diperlebar lagi agar produktivitas meningkat. Masalah irigasi adalah masalah klasik namun selalu relevan hingga kini dan masa yang akan datang. Ini menjadi salah satu perhatian dari semua pemangku kepentingan. Termasuk dalam penerapan teknologi baru yang lebih terukur dalam pemanfaatan sumber daya air.
Sektor pertanian harus digenjot untuk menghadapi tantangan penyebaran COVID-19, dan ancaman kekeringan yang bisa berdampak krisis pangan. Untuk meningkatkan pertanian dibutuhkan lahan yang bagus, bibit yang tepat, dan budidaya pelaksanaannya harus benar.
Petani berkejaran dengan hujan. Tapi ada tantangan lain yaitu musim kekeringan sesuai prediksi FAO. Karena itu, manfaatkan hujan dan tidak boleh ada lahan yang tidak ditanami. Pertanian bukan barang baru. Jadi yang harus dijaga adalah semangat pertaniannya. Kalau pertanian tetap tumbuh, petani akan mampu bertahan.
Kebijakan Pemerintah Pusat akan efektif bila bersinergi dengan Pemerintah Daerah. Sebagai contoh Jawa Barat yang siap mengimplementasikan program kerja Menteri Pertanian untuk mewujudkan Jawa Barat sebagai daerah penyangga pangan nasional.
Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya meningkatkan produksi pertanian dengan berbagai program yang diterapkan. Upaya itu juga terus dipantau sehingga target yang sudah ditetapkan dapat tercapai. Subang diupayakan menjadi salah satu contoh kabupaten yang mampu menjadi lumbung pangan. Tenggat waktunya enam bulan ke depan.
Dampak pascapandemi corona sangat besar bagi kehidupan, ekomoni lesu, distribusi terhambat dan banyak dampak lainnya. Senjata satu-satunya untuk memulihkan ekonomi itu adalah sektor pertanian.
Kementan sebagai salah satu garda terdepan dalam upaya penanganan dampak wabah ini, tidak akan patah semangat untuk terus melakukan langkah konkret demi menjaga ketersediaan pangan terutama.
Kementan melakukan percepatan tanam, tidak membiarkan lahan tidur, dan menyediakan bantuan hingga permodalan bagi petani melalui dana Kredit Usaha Rakyat. Petani bisa menyerap KUR melalu gerakan Komandi Strategi Penggilingan sebagai pengamanan harga gabah.
Pertanian dan Perubahan Iklim
Petani dapat memanfaatkan informasi iklim dan cuaca dari BMKG dalam bercocok tanam agar bisa beradaptasi dengan alam terutama saat kondisi ektrem. Di Temanggung, Sabtu, dalam beberapa tahun terakhir BMKG bekerja sama dengan pemerintah daerah menyelenggarakan sekolah lapang iklim (SLI) untuk kelompok tani.
Penanaman bawang merah di daerah ini sempat terganggu cuaca ekstrem pada bulan Mei lalu Namun adanya forum komunikasi SLI antara BMKG, penyuluh pertanian, dan para petani, informasi dari BMKG maka cuaca ektrem itu dapat diantisipasi.Cuaca ektrem tidak bisa dihindari, namun perlu disikapi dengan beradaptasi.
Karena sudah diberitahu untuk antisipasi sebelumnya, begitu hujan telah turun, kemudian daun-daun tanaman bawang merah langsung disemprot atau dibilas untuk mengurangi pengaruh asam air hujan untuk mencegah rusaknya tanaman.
Kalau tidak diwaspadai bisa gagal panen tetapi petani di Desa Legoksari ini masih tetap berhasil panen bawang putih sepetanir 6-8 ton per hektare dan harga bawang merah saat ini tinggi.
SLI ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam memanfaatkan informasi ikllim, cuaca untuk keperluan pertanian.