Krisis Listrik Ancam India

MONITORDAY.COM - Krisis listrik terus berlanjut. Setelah Inggris dan Tiongkok kini giliran India. Impor batu bara tidak terelakkan karena satu-satunya pilihan untuk memenuhi permintaan bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap. Lazimnya mereka memiliki cadangan batubara hingga 2 minggu. Sementara hari-hari ini mereka hanya memiliki cadangan 3 hari saja.
Pemulihan ekonomi menjadi penyebab kembalinya kebutuhan produk dan permintaan pasar. Industri harus mengimbanginya dan energi listrik menjadi sumber energi utama bagi proses produksi. Industri India berkembang pesat mengingat negeri ini memiliki pasar domestik yang sangat besar. Populasinya hampir mendekati Tiongkok dengan sekira 1,38 Milyar jiwa.
Sebagian pembangkit listrik masih mengandalkan bahan bakar fosil utamanya batubara. Ketersediaan dan rantai pasok komoditas ini belum pulih sehingga mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pasar kala terjadi pemulihan ekonomi. Harga batu bara di Asia diproyeksikan oleh para pengamat akan terus meningkat. Kelangkaan batu bara di India diprediksi baru akan mulai membaik Maret tahun depan.
Salah satu patokan harga batubara adalah Newcastle Australia yang naik sekitar 50% mencapai USD 207,70 per ton dan harga ekspor Indonesia naik 30% dalam tiga bulan terakhir. Harga ini merupakan titik tertinggi dalam sejarah. Dalam skala industri jika terjadi kenaikan hingga 50% pada pembelian energi tentu akan sangat menyulitkan untuk mendapatkan keuntungan operasional.
Indonesia menjadi salah satu pemasok batubara dunia. Patokan harga batu bara Indonesia bulan September tujuh kali lebih tinggi dari bahan bakar dengan kualitas serupa yang dijual oleh perusahaan batu bara India ke perusahaan listrik. Demikian menurut kalkulasi Reuters. Meski kebutuhan listrik untuk industri dan rumah tangga di Indonesia cukup tinggi namun sejauh ini masih belum sepesat India.
India sebenarnya memiliki kekayaan bahan bakar fosil yang sangat besar. Namun kebutuhannya jauh lebih besar lagi. Seperti halnya Indonesia yang kaya migas juga harus menjadi negara pengimpor migas. Meskipun memiliki cadangan terbesar keempat, India adalah importir batu bara terbesar kedua di dunia. Utilitas mencapai sekitar tiga perempat dari keseluruhan konsumsinya, dengan Coal India menyumbang lebih dari 80% dari produksi.
Tahun ini terjadi pertumbuhan yang luar biasa dalam permintaan industri menurut Managing Director Regulator Listrik Gujarat Shahmeena Husain. Meskipun belum ada pemadaman listrik skala besar di India, defisit telah meningkat hampir empat kali lipat dibandingkan tahun lalu.
Adapun konsumsi domestik meningkat sekitar 10% dalam dua tahun terakhir karena berkegiatan di rumah yang didominasi oleh pendingin ruangan. Jika di Eropa listrik digunakan untuk pemanas ruangan sebaliknya dengan India yang menggunakan listrik untuk mendinginkan ruangan.
Dunia saling terhubung meski pada saat yang sama saling berkompetisi. Krisis listrik yang melanda negara-negara yang memiliki ekonomi kuat dan besar akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi global. Dan pada gilirannya hampir semua negara akan terdampak.