Kondisi Umat Islam di Akhir Zaman

MONITORDAY.COM - Apa yang terucap dari lisan Rasulullah Saw bukanlah sekadar ucapan biasa. Jika beliau mengucapkan sesuatu semacam ‘ramalan’, itu bukan prediksi biasa yang tanpa dasar. Apa yang diucapkannya merupakan kebenaran yang diilhamkan oleh Allah Swt.
Diantara hadis Rasulullah Saw ada yang berisi prediksi beliau terhadap umatnya. Seperti hadis berikut.
Dari Tsauban, dia berkata: “Rasulullah telah bersabda: Tak lama lagi, umat-umat mengerumuni kalian sebagaimana orang-orang yang kelaparan mengerumuni sebuah hidangan (lezat).’
Lalu seseorang bertanya : ‘Apakah kami ketika itu minoritas?’ Rasulullah menjawab : ‘Justru kalian ketika itu berjumlah banyak. Akan tetapi keadaan kalian seperti buih di tengah lautan.
Allah benar-benar mencabut kehebatan kalian dari dada-dada musuh kalian dan Allah lemparkan ke dalam hati-hati kalian sifat Wahn.’ Lalu orang tersebut bertanya lagi : ‘Wahai Rasulullah apakah Wahn itu?’ Rasulullah menjawab : ‘(Wahn) adalah cinta dunia dan takut mati.’ (H.R Abu Daud)
Hadis diatas menjelaskan bagaimana prediksi Rasulullah terhadap kondisi umatnya di akhir zaman.
Pertama, di akhir zaman, umat Rasulullah Saw akan dikerumuni oleh umat-umat. Umat disini maksudnya umat sesat atau kafir. Mereka akan meracuni umat Islam dengan pemikiran-pemikirannya.
Dilansir dari fikroh.com, umat sesat tersebut akan menyeru kelompoknya untuk memerangi, mematahkan kekuatan dan merampas semua negeri dan harta yang umat Islam miliki.
Bukankah hal itu terjadi hari ini? Maka benarlah hadis Rasulullah.
Hari ini, umat Islam dikepung banyak faham-faham yang menyesatkan dan juga menjauhkan umat Islam dari kemurnian ajaran agama. Umat Islam mudah diadu domba, persatuan terpecah belah, padahal itulah yang menjadi kekuatan umat.
Kedua, di akhir zaman umat Islam berjumlah banyak tapi seperti buih di tengah lautan. Antara ada dan tiada. Mereka terapung-apung di lautan lepas, tanpa tau mau mengarah kemana.
Bukankah itu yang terjadi hari ini? Tidak usah jauh, di negara kita saja yang mayoritas penduduknya beragama Islam, apakah mereka menjalankan agama sebagaimana mestinya? Ataukah hanya sebuah status?
Umat Islam kaya dengan kuantitas, tapi tidak dengan kualitas. Kiranya begitu maksud 'bagai buih di tengah lautan'. Apakah umat Islam harus bangga dengan kuantitasnya?
Dalam Al-Quran, Allah menyinggung umat Islam agar tidak mengandalkan kuantitas. “Dan jika kamu menaati kebanyakan orang di muka bumi (maka) mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah”. (Q.S. Al-An’am:116)
“Apakah kamu menyangka bahwasanya kebanyakan mereka mendengar atau berakal? Mereka hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka yang paling sesat jalannya.” (Q.S. Al-Furqon: 44)
Ketiga, di akhir zaman, umat Islam tidak lagi mempunyai wibawa karena Allah sendiri yang mencabut kehebatan dari dada umat Islam. Kehebatan peradaban Islam pada masa Turki Utsmani nyatanya sudah lama tercabut dari tubuh umat Islam. Umat Islam mudah tersusupi kebobrokan dunia. Islam tak lagi diindahkan sebagai jalan hidup, tapi hanya dipakai sebagai ritual ibadah dan status belaka.
Syeikh Muhammad Abduh bercerita saat berkunjung ke Paris, “Aku pergi ke negara Barat, aku melihat Islam namun tidak melihat orang muslim. Dan aku pergi ke negara Arab, aku melihat orang muslim namun tidak melihat Islam.”
Kiranya ungkapan Muhammad Abduh ini merepresentasikan bagaimana hilangnya wibawa umat Islam, bahkan saat dibandingkan dengan negara barat yang notabene warganya bukan beragama Islam.
Keempat, di akhir zaman, hati umat Islam terinfeksi penyakit ‘Wahn’, yaitu cinta dunia dan takut mati. Dunia yang semakin maju dan berkembang, jelas terasa di dekat kita bagaimana dia mengikis nila-nilai agama. Umat Islam banyak dilenakan oleh hal-hal yang bersifat sementara. Tapi saat disodorkan berita kematian, mereka takut
Adalah sebuah dilema, di satu sisi betah dengan dunia, di sisi lain peduli akhirat karena takut mati. Bukankah penyakit wahn ini sangat berbahaya? Sebab tidak ada keputusan yang diambil. Kalau keputusanya memilih akhirat, yaa otomatis kecintaan terhadap dunia harus diminimalisir dan diseimbangkan. Bukan malah memilih akhirat, tapi berjalan menjauh darinya dan cinta buta sama dunia.
Zaman sudah mencapai akhirnya, satu persatu tanda sudah mulai terlihat. Kuantitas umat Islam memang semakin banyak, tapi semakin sedikit yang berkualitas. Mereka terapung-apung tak tentu arah, diperebutkan kesesatan dan kekafiran. Dunia sebagai fatamorgana ‘oase di tengah padang pasir’ banyak menipu jiwa-jiwa lemah. Hingga akhirnya penyakit wahn mengifeksi tubuh umat Islam dan kehancuran lah yang terjadi. Sungguh ironis kondisi umat Islam di akhir zaman.