King Faisal: Diplomasi Digital Itu Tidak Sebatas Kirim Pesan, Kemenlu Perlu Optimalkan 2 Isu Ini

Diplomasi digital tidak hanya sebatas mengirim pesan perdamaian, tapi mampu menjadi kekuatan baru dalam rangka mengkonsolidasi kedaulatan negara.

King Faisal: Diplomasi Digital Itu Tidak  Sebatas Kirim Pesan, Kemenlu Perlu Optimalkan 2 Isu Ini
Direktur LEADĀ Indonesia, King Faisal

MONITORDAY.COM -  Perspektif  digital dalam konteks indo-pacific sebagaimana menjadi gong diplomasi abad 21 ini, memiliki makna strategis bagi Indonesia.  

"Diplomasi memiliki dampak besar terhadap agenda kedaulatan negara hingga hubungan bilateral dan isu kawasan," ujar Direktur LEAD Indonesia, King Faisal pada diskusi virtual Kopi Pahit dengan tema Digital Diplomasi Asia-Pasifik, Selasa (29/9/2020). 

Menurut King, Indonesia bisa mengambil manfaat dari memaksimalkan diplomasi digital yang tidak hanya berorientasi pada sisi ekonomi saja tapi Isu kawasan juga  perlu menjadi concern.  

Dinamika yang terjadi dikawasan semisal trafficking, narkoba, separatisme, terorisme dan kejahatan kawasan lainnya kerap terjadi. 

Diakui King, Selandia Baru menjadi satelit negara-negara maju karena berbagai faktor, salah satunya yakni kematangan berdemokrasi. Selain itu, mampu memainkan perannya pada isu-isu strategis kawasan. 

Rekonstruksi arah kebijakan luar negeri

Kementerian luar negeri, himbau King, perlu melakukan rekonstruksi  arah kebijakan luar negeri, visi netral itu perlu didefinisikan ulang.

Diplomasi digital Indonesia seyogyanya tidak hanya sebatas mengirim pesan perdamaian, tapi mampu menjadi kekuatan baru dalam rangka mengkonsolidasi kedaulatannya di bidang maritim. 

"Indonesia semestinya sudah membangun aliansi politik yang kuat. Sebagaimana poros maritim dunia yang sudah digagas oleh presiden Jokowi, tidak hanya sekedar poros maritim tapi membangun kekuatan maritim dunia," ungkapnya. 

Apalagi, platform politik luar negeri pun masih bersifat on going process.  Hal inilah yang membuat posisi Indonesia belum sepenuhnya menjadi kekuatan yang dilirik, baik Asean dan Indo-pasific.

AS dan China, kata King yang juga akademisi Univ Muhammadiyah Yogyakarta, masih menjadi negara  yang berpengaruh. Kedua negara itu dari segi militer, ekonomi, politik, hingga budaya kuat dan hadir di negara manapun.

" Yang paling penting, diplomasi itu hadir dan dilakukan. Publik butuh presensi diploamasi secara implementatif, tidak hanya tampil di depan atau berkirim pesan di social media. Harus ada langkah pembuktian yang lebih realistis," tegasnya.

Apresiasi kepada Dubes Tantowi

Keputusan Presiden Jokowi menempatkan Tantowi Yahya sebagai Dubes Indonesia untuk New Zeland sudah tepat. Tantowi diharapkan mampu melakukan counter berbagai isu miring yang sifatnya menyudutkan Indonesia. 

Apa yang disampaikan oleh Presiden Vanutu di majelis PBB belum lama ini, sangat merugikan Indonesia. Betapa tidak, ditengah upaya Presiden Jokowi memberikan perhatian khusus pada Papua.

Namun sejumlah negara kecil di pasifik justru ikut mendeskreditkan Indonesia yang sengaja dicitrakan di kancah internasional.

Karenanya, selain ekonomi sebagai main strategi diplomasi, Tantowi juga diharapkan mampu melakukan identifikasi sejumlah isu miring yang mengganggu kedaulatan Indonesia di kawasan pasifik 

"Jika dilihat dari latar belakang Bang Tantowi dari palembang, tentu darah raja sriwijayanya yang dikenal penguasa laut ini, mampu menghadirkan dan menciptakan citra baik Indonesia dikancah internasional," pungkasnya.