Ketum PROJO: Pancasila adalah Ide Penuntun Negeri dan Rakyat untuk Bergerak!

Peringatan hari lahir Pancasila 1 Juni merupakan momentum untuk menyoroti situasi terkini kehidupan berbangsa dan bernegara kita.

Ketum PROJO: Pancasila adalah Ide Penuntun Negeri dan Rakyat untuk Bergerak!
Ketum Projo, Budi Arie Setiadi

MONDAYREVIEW – Ketua umum ormas militan pendukung Jokowi (PROJO), Budi Arie Setiadi mengajak seluruh komponen bangsa untuk kembali mengikhtiarkan diri kepada Pancasila sebagai pedoman, sebagai leistar, sebagai ide penuntun, yang akan memperkukuh fondasi dan peradaban bangsa yang besar dan berdaulat.

“Dengan berpedoman pada Pancasila, PROJO meyakini bahwa bangsa Indonesia akan berkembang dan maju, serta memberikan sumbangan besar bagi peradaban dunia sekaligus peradaban kemanusiaan,” ujar Budi Arie Setiadi.

Peringatan hari lahir Pancasila 1 Juni, kata Budi Arie, merupakan momentum untuk menyoroti situasi terkini kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Menurutnya, hari-hari ini nilai-nilai kebersamaan dan keberagaman kita tengah terkoyak. Terutama oleh serangkaian peristiwa aksi terorisme di beberapa daerah di Indonesia.

“Apa yang terjadi saat ini sungguh telah melukai dan menyayat nilai-nilai kebersamaan yang sudah dibangun dan dikembangkan semenjak Panjasila dicetuskan 73 tahun silam,” kata Budi Arie dalam keterangan tertulisnya pada mondayreview, Jum’at (1/6/2018).

Mantan aktis UI ’98 ini menuturkan, kebersamaan dalam keberagaman yang terpahat dalam “Bhineka Tunggal Ika” sedang diuji secara terus-menerus oleh beragam aksi terorisme dalam dua dekade terakhir. Dalam hal inilah, kata dia, kita mesti kembali pada nilai-nilai Pancasila yang dicetuskan pertama kali oleh Soekarno dalam pidato di depan sidang BPUPK pada 1 Juni 1945. Dimana Soekarno membayangkan Pancasila sebagai philosphische grondslag atau falsafah dasar sekaligus weltanschauung yakni pegangan kita dalam memandang dunia yang kita hidupi.

“Dengan dasar itu, Soekarno memahami Pancasila sebagai ide penuntun atau dalam Bahasa Soekarno sebagai Leistar, yakni bintang penuntun sekaligus penunjuk arah,” ujarnya.

Sebagai penuntun, kata Budie Arie, maka dalam kehidupan kebangsaan kita, kebebasan berpikir, berpendapat, berpolitik, berekonomi, dan aktualisasi kebudayaan mestilah merujuk pada Pancasila sebagai pedoman. “Di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, seluruh kebebasan itu dijamin di dalam konstitusi UUD 1945, yang merujuk pada nilai-nilai Pancasila,” tuturnya.

Pun demikian dengan nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Kesatuan dalam Keberagaman, Kebersamaan dan Demokrasi serta Keadilan Sosial, menurut Budi, merupakan nilai-nilai yang menjadi penuntun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. “Ide penuntun berarti memberikan ruang bagi dinamisnya kehidupan politik dan kebangsaan,” terangnya.

Dalam kerangka itulah, menurut Budie Arie, kita meletakan Pancasila. Yaitu sebagai gagasan rujukan dalam membangun politik kebangsaan dan kewargaan kita. “Pancasila menjaga nilai-nilai publik sebagai wadah bersama yang menampung keberagaman. Pancasila adalah pedoman untuk menuntun yang ‘beragam’ atau yang bhineka. Bhineka ini adalah representasi dari wajah negara-bangsa yang berdasar keragaman,” tuturnya.

Bhineka, menurut Budi Arie, juga merupakan titik temu yang memayungi, bukan menyubordinasi. “Relasi subordinasi bukan relasi yang ditampilkan oleh prinsip Bhineka Tunggal Ika dan Pancasila, melainkan relasi mutualisme, yang saling memperkaya, bukan saling meniadakan,” pungkas Budi Arie Setiadi.

 

[Mrf]