Kesuksesan Bisnis Rasulullah SAW Sebelum Menjadi Nabi

Kesuksesan Bisnis Rasulullah SAW Sebelum Menjadi Nabi
Ilustrasi perdagangan bangsa Arab

MONITORDAY.COM - Penulis kembali diminta mengisi kajian Gerakan Subuh Mengaji Aisyiyah Jawa Barat pada Senin 17 Januari 2021. Permintaan itu membuat penulis kembali membuka-buka buku yang tersusun rapi di rak buku kantor. Untungnya buku-buku itu masih tersimpan rapi berjajar seolah menanti untuk dibaca. Tak terasa kata demi kata, paragraf demi paragraf dan halaman demi halaman buku sejarah Nabi penulis selesaikan dengan khidmat.

Diantara sekian banyak buku sirah dan tarikh, buku yang spesifik menjelaskan Nabi Muhammad sebagai pedagang baru ditulis oleh Afzalurrahman. Buku Tarikh lain seperti Nurul Yaqin karangan Hudhori Beik dan Ar Rakhiqil Makhtum karangan Shofiyurrahman Al Mubarakfuri kurang mengupas secara mendalam soal Nabi sebagai pebisnis. Padahal tema Nabi Muhammad sebagai pedagang penting untuk dipelajari sebagai bekal bagi umatnya dalam berbisnis.

Topik Nabi Muhammad SAW sebagai pedagang dapat dimulai dengan pembahasan karir perdagangan Nabi Muhammad sebelum menjadi nabi. Namun sebelum itu, kita perlu melihat juga situasi dan kondisi dimana Nabi Muhammad SAW hidup, yakni di Kota Mekkah.

Dalam QS. Ibrahim: 37 Allah SWT berfirman: Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan salat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.

Kalau kita berbicara mengenai Kota Mekkah, kondisinya kering, berbatu dan berpasir.  Namun berkat doa Nabi Ibrahim, Mekkah menjadi kota yang paling sering dikunjungi dan di dalamnya disebut nama Allah SWT. Mekkah kemudian menjadi titik pertemuan bangsa-bangsa Arab. Suku Quraisy mempunyai privilege karena menjaga Mekkah. Hal yang turut andil dalam membuat ramai Kota Mekkah adalah aktifitas perdagangan di sana.

Dalam Surat Al Quraisy, disebutkan bahwa suku Quraisy senang bepergian pada musim panas dan musim dingin untuk berdagang. Suku Quraisy juga mendapatkan privilege yakni mendapatkan keamanan ketika berdagang ke negeri lain. Qushay adalah buyut Nabi yang mempunyai kemampuan dagang yang luar biasa. Beliau juga perintis perdagangan di Mekkah. Hasyim bin Manaf yang juga leluhur Nabi merupakan pedagang yang dermawan. Dia juga membantu masyarakat Mekkah yang sedang kelaparan.

Pernikahan Hasyim dengan perempuan Madinah melahirkan kakek Nabi Abdul Muthalib. Maka Hijrah Nabi Muhammad ke Madinah membuka kembali hubungan yang telah lama dijalin. Pada masa Abdul Muthalib perdagangan di Mekkah mencapai puncaknya.  Abdullah ayah nabi Muhammad SAW meninggal saat perjalanan dagang. Artinya darah pedagang sudah ada sejak kakek-kakek Nabi dari Qushay sampai dengan ayahnya Abdullah.

Nabi Muhammad SAW mulai berdagang pada usia 12 tahun setelah sebelumnya menjadi penggembala kambing. Nabi Muhammad diriwayatkan meminta untuk dibawa ke Syam oleh pamannya Abu Thalib. Ada sebuah fakta menarik bahwa Nabi Muhammad SAW lebih lama menjadi pedagang dibanding menjadi Nabi. Usia Nabi Muhammad SAW berdagang dari usia 12 tahun sampai 39 tahun yang artinya 27 tahun. Sedangkan usia Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi nabi adalah 40 tahun dan meninggal pada 63 tahun yang artinya 23 tahun.

Setelah berdagang sendiri, Nabi Muhammad SAW bermitra dengan Khadijah. Nabi Muhammad sukses menjadi mitra dagang Khadijah. Khadijah adalah pemilik 2/3 kekayaan di Mekkah. Dia selalu berkongsi dengan orang yang dipercayai. Khadijah tidak terkontaminasi dengan akhlak jahiliyah. Khadijah mendengar bahwa Nabi Muhammad SAW adalah pebisnis yang berbeda dari yang lain. Nabi Muhammad punya kelebihan dalam safety dan morality. Khadijah tertarik lalu memilih Nabi Muhammad SAW sebagai suaminya.

Ada satu peristiwa luar biasa yang terjadi pada Nabi Muhammad SAW setelah menjadi Nabi. Suatu hari di pasar Madinah, beliau bertemu dan memanggil seseorang yang bernama Hayyan. Orang tersebut terkejut karena dipanggil oleh Nabi Muhammad SAW. Pada akhirnya Hayyan masuk Islam. Kisah ini menunjukkan bahwa pergaulan Nabi Muhammad SAW luar biasa sehingga mengenal banyak orang.

Kisah selanjutnya setelah Fath Makkah, Nabi ditemui oleh utusan dari Bahrain yang bernama Abdul Qori. Lantas Nabi bertanya mengenai beberapa nama di Bahrain dan bisnis di sana. Abdul Qori sampai kagum dengan pengetahuan nabi soal perdagangan. Hal ini menunjukkan pengalaman dan jam terbang nabi berdagang selama 27 tahun.

Modal berdagang Nabi adalah kepercayaan. John Maxwell dalam bukunya mengatakan bahwa integritas sangat penting. Warren Buffet mengatakan bahwa jika harus memilih antara yang berintegritas dan yang pintar maka pilihlah yang berintegritas.

Karena integritasnya yang tidak diragukan, oleh kaumnya Nabi Muhamad SAW diberi gelar Al Amin. Gelar ini tak hanya diakui oleh kerabat dan temannya, namun juga oleh musuhnya. Suatu hari ada orang Quraisy berbicara empat mata dengan Abu Jahal. Dia bertanya, apakah Muhammad orang yang jujur? Abu Jahal menjawab ya saya percaya. Kemudian orang tersebut bertanya lagi kenapa Abu Jahal tidak percaya kepada Nabi? Abu Jahal menjawab karena Nabi Muhammad SAW berasal dari Bani Hasyim yang merupakan rival kabilah Abu Jahal.

Kesimpulan dari uraian di atas bahwa jiwa berdagang Nabi Muhammad SAW didukung oleh privilege lingkungan kota Mekkah dan juga nenek moyangnya. Namun Nabi Muhammad SAW tidak hanya mengandalkan privilege, beliau juga membangun sendiri reputasi sebagai pedagang yang terpercaya. Reputasi ini yang sangat berperan dalam kesuksesan perjalanan dagangnya.

Sudah selayaknya jiwa bisnis dan etika Nabi Muhammad SAW ditiru oleh saudagar Muslim hari ini. Tak hanya mengandalkan privilege, namun membangun reputasi yang baik. Hal-hal yang lebih detail mengenai kesuksesan sahabat Nabi Muhammad SAW dalam berdagang etika berdagang Nabi akan dibahas lebih detail dalam tulisan selanjutnya.

Wallahu a’lam bish shawwab