Kerja Sama Global dan Politik Menutup Diri
Luruhnya semangat kerjasama multilateral karena gerusan nasionalisme dan kebijakan-kebijakan proteksionis yang diterapkan oleh sejumlah negara.

MONDAYREVIEW.COM - Perekonomian global menghadapi tantangan setelah keluarnya Inggris dari Uni Eropa dan terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat. Pertanyaan besar mengenai menyurutnya kerja sama global dan menguatnya politik menutup diri pun terhampar.
Donald Trump dalam kampanye pilpres telah mewanti-wanti akan mengurangi peran internasional Amerika Serikat. Nasib Trans-Pasific Partnership (TPP) juga menjadi pertanyaan seiring dengan hengkangnya Amerika Serikat dari perjanjian kerja sama multinegara tersebut. Sementara itu politik menutup diri mulai terlihat dari langkah Trump melarang masuk kepada penduduk dari 7 negara yang mayoritasnya Muslim.
Politik menutup diri juga seiring dengan meningkatnya popularitas para politikus sayap kanan yang anti-imigran. Kemenangan Trump juga salah satu faktornya ditengarai dengan keinginan membuat Amerika berjaya lagi berdasarkan white supremacy.
Narasi tersebut nampaknya dipahami oleh para menteri luar negeri negara-negara anggota G-20, Jumat (17/2) di Bonn, Jerman. Dalam pertemuan bilateral antara Menlu Jerman Sigmar Gabriel dan Menlu Indonesia Retno LP Marsudi telah terjadi luruhnya semangat kerjasama multilateral karena gerusan nasionalisme dan kebijakan-kebijakan proteksionis yang diterapkan oleh sejumlah negara.
Mereka berharap pertemuan antar menlu negara-negara G-20 dapat mendorong kembali semangat kerja sama global untuk menghadapi tantangan bersama.
“Berbagai tantangan global saat ini tidak akan dapat diatasi oleh negara secara individu karena itu membutuhkan kerja sama internasional dan multilateral yang kuat,” ucap Menlu Indonesia Retno LP Marsudi.