Deep Ecology dan Upaya Melestarikan Lingkungan Di Masyarakat Urban

Deep Ecology dan Upaya Melestarikan Lingkungan Di Masyarakat Urban
Ilustrasi Foto/Net

MONITORDAY.COM - Kampanye tentang bahaya lingkungan terus menerus diproduksi dikalangan mayarakat urban. Urbanisasi membawa dampak langsung maupun tidak langsung terhadap lingkungan hidup. Banyak sekali wacana yang dibangun untuk mendorong kehidupan kota yang lebih harmoni dan ramah lingkungan. Namun, Seiring berjalannya waktu, urbanisasi tetap melahirkan beragam problem mulai dari polusi, kemacetan, kepadatan penduduk dan sejenisnya.

Pertumbuhan kota yang sangat pesat di berbagai belahan dunia meningkatkan pengurasan sumber daya alam, khususnya energi untuk kebutuhan infrastruktur kota. Studi menunjukkan kota menyerap lebih dari 10 kali lipat sumber daya alam dibanding apa yang dikonsumsi daerah pedalaman. Ini belum termasuk kerusakan lingkungan akibat perubahan ruang dan urbanisasi fisik.

Masyarakat urban umumnya dicirikan dengan ritme kehidupan yang tinggi. Tuntutan kehidupan yang ketat memaksa mereka bekerja di sektor formal atau informal dan menghabiskan nyaris seluruh waktunya dalam sehari di luar rumah. Belum lagi pola konsumsi yang tidak teratur melegitimasi terjadinya krisis lingkungan. Sebab semakin tinggi kebutuhan konsumsi, maka semakin tinggi eksploitasi atas alam. Untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, pabrik-pabrik terus bekerja. Oleh karena itu, penggusuran, polusi dan limbah pabrik terus mencemari lingkungan.

Dalam konteks ini,  jika kita membaca referensi tentang ekologi, maka perilaku masyarakat urban disini masih berada pada ekologi dangkal dan masih bersifat antroposentris: Manusia terpisah dari alam, mengutamakan hak-hak manusia atas alam, mengutamakan perasaan manusia sebagai pusat keprihatinanya, serta menjadikan kebijakan dan manajemen sumber daya alam untuk kepentingan manusia. 

Filsuf lingkungan hidup asal Norwegia, Arne Naess mengkritik antroposentrisme, yang menempatkan manusia adalah segala-galanya. Naess berargumen bahwa manusia dan lingkungan harus dihargai sama tinggi. Seluruh makhluk hidup harus setara. Pandangan Naess ini kemudian menjadi salah satu mazhab dalam wacana lingkungan hidup yang disebut Deep Ecology.

Pendekatan Deep Ecology ini, Arne Naess dalam bukunya “Ecology, Community and Lifestyle” sangat menekankan perubahan gaya hidup manusia. Krisis ekologi yang terjadi saat ini bersumber pada perilaku manusia. Ini terlihat dari pola produksi dan konsumsi yang tidak ekologis bahkan teknologi hasil ciptaan manusia lebih banyak digunakan untuk merusak lingkungan langsung ataupun tidak.

Deep Ecology memberikan pengakuan sekaligus penghargaan terhadap keanekaragaman yang ada di lingkungan kita dalam kesatuan simbiosis. Hubungan simbiosis yang dimaksud menekankan pada hidup bersama yang saling bergantung sehingga seluruh sistem yang ada saling menunjang kehadirannya. Manusia dan lingkungan harus dihargai sama tinggi. Seluruh makhluk hidup harus setara.

Oleh karena itu, tugas utama yang harus dilakukan masyarakat urban dan umat manusia adalah menjaga keseimbangan alam dan lingkungan. Merubah pola konsumsi secara radikal. Sebab kehidupan tanpa keseimbangan ekologi sejatinya adalah membuat peti kematian bagi dirinya, kerabat, dan umat manusia lainnya.