Kemekes RI: Hidup Berkualitas dengan Berperilaku Sehat

Kemekes RI: Hidup Berkualitas dengan Berperilaku Sehat
www.nu.or.id

MONDAYREVIEW.COM, Jakarta - “Akal yang sehat terdapat pada jasmani yang kuat”. Begitulah ungkapan Arab dalam menggambarkan urgensi berprilaku sehat dan bersih bagi masyarakat. Seseorang belum bisa dikatakan memiliki kualitas hidup yang baik, bila jiwanya rentan terhadap datangnya penyakit.

Jasmani yang tidak kuat dan mudah diserang penyakit, akan sulit bagi si pemilik badan untuk melahirkan pikiran dan gagasan yang menyegarkan. Bagaimana bisa diajak berpikir dan memunculkan ide besar, sementara badannya sendiri merasa sakit dan harus berpikir terus menerus tentang cara mengobatinya. 

Di era kemajuan industri seperti sekarang, orang banyak menghabiskan waktu di tempat kerja, makan di luar, merokok, jarang mengonsumsi buah dan sayuran, serta berperilaku buruk minum minuman beralkohol. Sementara urusan berolah raga atau aktivitas fisik yang lain seringkali menjadi nomor sekian. Tak pelak bila rumah sakit, dimanapun tempatnya, tak pernah sepi dari pasien. 

Bagi orang yang berkecukupan secara ekonomi, problem ini (mungkin) tak terlalu menjadi masalah besar, meski tetap mengalami kualitas hidup yang tidak baik. Tetapi bagi yang ekonominya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan seari-hari, dia bisa menjadi lebih miskin karena menjual segala perabotan yang dimiliki keluarganya untuk menebus biaya pengobatan rumah sakit yang sungguh besar. 

Mahalnya biaya pengobatan itu, misalnya, bisa dilihat dari laporan Badan Pengelola Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Tahun 2014. Pada tahun itu, total biaya pengobatan yang diberikan BPJS Kesehatan mencapai Rp42,6 Trilyun. Diantara 10 besar biaya klaim penyakit rawat inap, secara berurutan yaitu: Jantung (3,503.4), Pencernaan (3,318.8), Pernapasan (2,396.7), Persalinan (2,3415), Muskuloskeletal (1,919.4), Stroke (1,535.5), Ginjal dan Kemih (1,509.2), Infeksi dan Parasit (1.440.9), Reproduksi Wanita (1,214.7), dan Kulit (934.7). 

Sementara itu, 10 besar kasus penyakit rawat inap yang melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 2014, yaitu; Pencernaan (774,276), Persalinan (644,207), Infeksi dan Parasit (448,816), Jantung (448,342), Pernapasan (401, 059), Stroke (327,132), Reproduksi Wanita (320,777), dan Ginjal dan Kemih (274,469), Muskuloskeletal (265,645), dan THMT (173,936). 

Berbagai penyakit itu mudah menyerang karena masih banyak dari kita yang belum sadar dan mau membiasakan diri memperaktikan Prilaku Hidup Sehat dan Bersih (PHBS). Paradigma publik untuk benar-benar mempraktikkan hidup sehat dan bersih, misalnya buang air besar di toilet bersih (tidak di jamban, sungai mengalir) minum air bersih, dan berhenti merokok masih kurang.

Pada sisi yang lain, tenaga kesehatan di Indonesia belum seimbang dengan jumlah pasien yang membludak setiap tahun. Akibatnya, hal ini berefek pada pelayanan kesehatan yang belum optimal dan menyebabkan tingginya biaya berobat. Antrian di rumah sakit terus memanjang, dan sulit dipastikan kapan permasalahan kesehatan ini akan berakhir bila masyarakat sendiri tidak ingin merubah pola hidupnya. 

Pemerintah melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) Hidup Sehat mengoptimalkan sosialisasi ini, dengan menyasar individu, keluarga, komunitas dan institusi. GERMAS juga mengadakan kegiatan yang berorientasi pada perilaku hidup sehat, seperti Gerakan Sepeda Sehat, Peduli Sampah, Indo Runner, Jalan Sehat, Anti Rokok, Anti Narkoba, Rumah Sehat, Jamban Sehat, Jakarta Marathon, dan Senam Sehat.

GERMAS Hidup Sehat juga mendorong setiap institusi untuk menciptakan Kawasan Tanpa Rokok, Pojok ASI, Pasar Sehat, Sekolah Sehat, Mushola Sehat, Car Free Day, dan Taman Sehat. Dengan berbagai kegiatan ini, diharapan bisa membuka kesadaran dan keinginan masyarakat untuk beralih kepada hidup sehat dan bersih. 

Dalam beberapa tahun terakhir ini, GERMAS Hidup Sehat mulai tampak hasilnya, salah satunya diperankan oleh sejumlah institusi pemerintahan. Di banyak daerah, kita akan menjumpai warga yang beramai-ramai mengikuti car free day di setiap Minggu. Lalu, kita juga dengan mudah menyaksikan beberapa taman kota di sejumlah daerah terlihat bersih, teratur, dan dengan tegas melarang warga merokok di tempat-tempat umum. 

Bangsa ini bisa menjadi lebih maju dan berperadaban bilamana penduduknya mempraktikkan pola hidup bersih dan sehat dalam aktivitas setiap harinya. Sebab, masyarakat yang sadar akan hal ini biasanya pikirannya lebih produktif. Produktifitas berfikir itulah yang mendorong publik untuk berkontribusi lebih nyata bagi kemajuan ekonomi, politik, pendidikan dan kebudayaan di Indonesia.

NAFI/ADV