Kedisiplinan, Kunci Hadapi Corona
Vietnam disebut negara yang cukup berhasil mengatasi pandemi Covid-19 dengan nol kematian. Kenapa bisa?

JIKA punya kesempatan berkunjung ke Vietnam, maka semua orang pasti menduga jika negara Paman Ho itu adalah negara ‘kelabu’, punya sejarah peperangan yang kelam. Apalagi bagi generasi yang menghabiskan masa muda di era populernya film Serial Rambo.
Mungkin kesan pertama ketika ditawari wisata ke sana adalah melihat situs perang dan keganasan vietkong semata. Tak tergambar sama sekali suasana wisata seperti Taipei di Taiwan, Seoul di Korea Selatan, Tokyo di Jepang atau Luzern di Swiss.
Sudahlah, tak ada yang menarik dengan Vietnam.
Tapi itu dulu. Kini Vietnam telah berbenah dan ada beberapa spot wisata yang cukup menarik. Apalagi Vietnam disebut-sebut jadi negara yang punya peluang melakukan lompatan ekonomi pasca pandemi di samping India, Meksiko dan Indonesia.
Belum lagi jika melihat timnas sepakbolanya. Bukankah dalam beberapa tahun terakhir timnas kita porakporanda oleh keganasan mereka?
Terbaru, dan menohok saat ini. Vietnam disebut negara yang cukup berhasil mengatasi pandemi Covid-19 dengan nol kematian. Kenapa bisa?
Vietnam adalah salah satu negara yang berbatasan langsung dengan China. Letak geografisnya yang dekat membuat negara ini secara logika bakal kalap karena lebih mungkin menuai serangan virus corona.
Apalagi dengan kondisi negara yang tak begitu maju, dana yang pas-pasan, dan fasilitas kesehatan yang tidak terlalu baik. Vietnam sangat mungkin tumbang oleh corona. Tapi kabar yang kita dapat justru sebaliknya, tak satupun warga Vietnam tewas akibat pandemi corona.
Basirun Hoang adalah Direktur Halal Food Vietnam. Ketika berdiskusi santai via zoom meeting, dia bilang, faktor utama yang membuat penanganan pandemi Covid-19 di Vietnam lebih cepat adalah karena tingkat kesadaran masyarakat yang tinggi tentang virus kurang ajar ini.
Perlu diingat, ungkap Basyirun, bahwa selain soal kesadaran yang tinggi, Pemerintah Vietnam juga sedari awal telah menerapkan 5 prinsip untuk menangkal Covid-19, yaitu prevention, dedaction, isolation, zoning, dan controlling.
Basyirun menjelaskan, untuk mengontrol penyebaran virus corona Pemerintah Vietnam membuat kategorisasi, yaitu; F0 hingga F5. Kategori F zero adalah orang-orang yang terkena paparan virus secara langsung. Terhadap orang-orang ini pemerintah menempatkan mereka di tempat khusus dan menjauhkan mereka dari penduduk lainnya.
Sementara kategori F1 adalah orang-orang yang sempat melakukan kontak dengan F zero. Pemerintah berupaya keras mencari mereka dan menempatkan di tempat khusus pula. Jadi Pemerintah Vietnam, kata Basyirun, justru mencari-cari mereka yang terdampak dan melakukan kontak.
Hasilnya, sampai dengan Senin (27/4/2020), Vietnam belum melaporkan satu pun kasus kematian akibat Covid-19. Seperti dilansir worldmeters, laman penyedia data statistik independen, ada sebanyak 270 kasus yang terkonfirmasi positif di Vietnam.
Dari jumlah itu, sebanyak 225 orang telah dinyatakan sembuh. Sementara sisanya masih dalam perawatan. Kok bisa?
Selain yang disampaikan sahabat kita, Basyirun Hoang, satu kunci lain yang membuat Vietnam sukses meredam keganasan Covid-19 adalah dengan kedisiplinan baik warga maupun pemerintahnya. Penduduk di Vietnam disiplin tetap berada di dalam rumah dan patuh pada protokol kesehatan dan kebencanaan yang ditetapkan pemerintahnya.
Laksana roda pedati, hidup ini akan selalu berputar. Menyusuri irisan demi irisan kesenangan, duka dan lara. Rasa aman, kasih sayang, dan perhatian dari orang lain datang dan pergi seiring bergantinya hari. Itu adalah rahasia kehidupan yang dirajut oleh Allah untuk hambanya di dunia, terutama di masa pandemi.
Dan Indonesia semestinya bisa melewati pandemi ini. Karena pada dasarnya, kita memiliki nilai kedisiplinan yang lebih tegas bahkan qur’ani.
Di bulan puasa dan masa pandemi saat ini, hawa nafsu akan kemewahan dunia hanyalah akan membuat roda pedati enggan berputar kembali, dan rajutan kehidupan hancur tak berpola. Sabar dan shalat tepat waktu, yang dijalankan para pelaku puasa, akan membuat roda pedati kembali berputar, dan rahasia kehidupan mengungkapkan keindahannya.
Ya, jika kita mendalami petunjuk-petunjuk al-Qur’an, maka sejatinya kedisiplinan itu merupakan teman yang sempurna, karena di bulan puasa kita diajarkan untuk disiplin menjaga diri agar tidak makan dan minum di siang hari, melaksanakan shalat fardhu tepat waktu, tadarus, dan shalat tarawih. Semua mengajarkan kedisiplinan.
Ahmad Mustafa al-Maraghi, seorang ulama ahli tafsir terkemuka berkebangsaan Mesir menuturkan, bahwa terdapat implikasi nilai-nilai kedisiplinan dalam al-Qur’an terutama surah Al-‘Ashr [103] ayat 1-3. Bahwa Niat disiplin akan timbul keikhlasan, ketenangan dan kenyamanan.
Disiplin yang terjaga akan memiliki ketegasan dan kesuksesan. Karena itu, mental disiplin sejatinya tak sekadar ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan seperti dikemukaan KBBI, melainkan kontrol terhadap mental sehingga mempunyai kemampuan menjemput perubahan.
Nah, untuk lepas dari cobaan seperti wabah corona, maka masyarakat kita atau siapa pun harus berkorban untuk mengurangi keinginan untuk beraktivitas di luar dan tentunya juga pemerintah harus mendukung logistik yang dibutuhkan.
Perlu diingat, jika bantuan sembako yang banyak diberikan saat ini sebetulnya adalah agar mereka yang terdampak Covid-19 diam di rumah, bukan malah keluyuran. Karena jika tetap keluyuran di luar rumah, maka ibarat menyiram garam di lautan, sekeras apa pun usaha yang dilakukan, air laut itu tetap saja asin.