Kaya Mineral Indonesia Harus Bangun Ekosistem Industri Mobil Listrik

MONITORDAY.COM - Transisi besar dari mobil berbahan bakar fosil ke mobil listrik di Indonesia memasuki babak baru. Sebuah tonggak dipancangkan. Presiden Joko Widodo meresmikan pabrik Hyundai di Bekasi, Jawa Barat. Produksi mobil listrik Ioniq yang menjadi salah satu produk kualitas dunia diproduksi di kawasan industri ini.
Pada kesempatan itu Jokowi mengungkapkan posisi strategis Indonesia yang kaya mineral. Kelebihan ini menjadi sangat strategis dalam konteks pengembangan ekosistem industri kendaraan listrik. Mineral tertentu menjadi bahan utama dalam pembuatan komponen mobil listrik baik baterai, rangka, maupun kabel-kabel mobil listrik. Tentu Indonesia harus melakukan transformasi teknologi agar tidak hanya bertumpu pada industri ekstraktif.
Di bagian anoda dan katode, material utamanya adalah lithium. Logam alkali ini bersifat sangat reaktif. Artinya, jika segel baterai terbuka dan air masuk, logam langsung tereduksi dan baterai akan terbakar hebat.
Hingga saat ini Indonesia masih mencari sumber lithium di dalam negeri. Holding BUMN MIND ID yang bergerak di sektor pertambangan pun terus berupaya menemukan cadangan lithium. Negara-negara penghasil lithium adalah Australia: 55.000 metrik ton, Chile: 26.000 metrik ton, Tiongkok: 14.000 metrik ton, Argentina: 6.200 metrik ton, dan Brasil: 1.500 metrik ton.
Tak hanya lithium, beberapa mineral lainnya juga diperlukan dalam pembuatan baterai. Nikel, kobalt, aluminium, dan mangan adalah mineral yang dibutuhkan dalam pembuatan baterai lithium. Baterai jenis ini populer di samping beberapa jenis baterai isi ulang lainnya.
Di sisi katode, material yang digunakan biasanya mengandung kobalt, yang merupakan material yang cukup langka di bumi.
Baterai lithium ion memiliki harga yang relatif mahal jika dibandingkan misalnya dengan baterai lead acid (accu). Sementara itu katode-katode yang sering digunakan pada baterai lithium ion adalah LFP (Lithium Iron Phosphate), LMO (Lithium Manganese Oxide), NCM (Nickel Cobalt Manganese), NCA (Nickel Cobalt Aluminum Oxide), LCO (Lithium Cobaltate).
Beberapa jenis mineral juga digunakan sebagai bahan pembuatan bodi, rangka, dan kabel-kabel mobil listrik. Bauksit dan aluminium menjadi rangka mobil, dan tembaga untuk pembuatan kabel-kabel yang perannya sangat penting dalam sistem penggerak dan elektrifikasi kendaraan listrik.
Yang sangat penting adalah kebijakan untuk alih teknologi. Indonesia jangan sampai hanya mengandalkan industri ekstraktif dengan menambang material sebagai bahan industri. Indonesia dengan segenap kemampuan SDM yang dimiliki harus menjadi produsen mobil listrik di masa depan. Para penemu, saintis dan rekayasawan harus diberi ruang dan dorongan untuk mendapatkan paten dalam pengembangan industri ini.