Jokowi Ingatkan Ketersediaan dan Distribusi Bahan Pokok
Produksi dan distribusi bahan pokok menjadi maslaah penting bagi Indonesia sebagai negara berpenduduk terbanyak nomor 4 di dunia. Pun letak geografis negara kepulauan yang membutuhkan distribusi antar pulau dengan berbagai moda transportasi

MONDAYREVIEW.COM – Produksi dan distribusi bahan pokok menjadi maslaah penting bagi Indonesia sebagai negara berpenduduk terbanyak nomor 4 di dunia. Pun letak geografis negara kepulauan yang membutuhkan distribusi antar pulau dengan berbagai moda transportasi.
Beberapa negara sudah menegaskan kebijakannya untuk menahan ekspor komoditas pangan demi menjaga ketersediaan pasokan dalam negeri mereka. Hal ini tentu patut diwaspadai mengingat beberapa komoditas pangan kita bertumpu pada impor.
Presiden Joko Widodo kembali mengingatkan jajarannya untuk melakukan perhitungan cermat dalam rangka memenuhi ketersediaan bahan pokok setiap daerah di tengah pandemi Covid-19 dan ibadah puasa Ramadan.
Memasuki bulan Juni Indonesia diperkirakan akan mengalami kemarau. Tak tertutup kemungkinan akan terjadi kemarau panjang akibat perubahan iklim. Sehingga diperlukan manajemen distribusi pasokan dan pengelolaan beras serta antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya kemarau panjang pada tahun ini.
Presiden Joko Widodo menyampaikan beberapa arahan saat memimpin rapat terbatas mengenai tindak lanjut antisipasi kebutuhan bahan pokok yang digelar melalui telekonferensi dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, pada Selasa, 28 April 2020 yang dilansir dari laman presidenri.go.id.
“Saya ingin agar dilakukan hitungan yang cepat terhadap kebutuhan bahan pokok setiap daerah, setiap provinsi, agar dihitung mana provinsi yang surplus, mana provinsi yang defisit, dan berapa produksinya. Semuanya harus kita hitung,” kata Presiden.
Laporan terbaru yang diterima oleh Presiden menyebut bahwa sejumlah komoditas diprediksi masih mengalami defisit di sejumlah provinsi. Di antaranya beras yang diperkirakan defisit di 7 provinsi, jagung di 11 provinsi, bawang merah di 1 provinsi, dan telur ayam di 22 provinsi.
Presiden mengingatkan bahwa stok untuk minyak goreng diperkirakan cukup untuk 34 provinsi, tetapi untuk stok gula pasir diperkirakan defisit di 30 provinsi dan stok bawang putih diperkirakan defisit di 31 provinsi.
Berkaitan dengan hal tersebut, distribusi pasokan bahan pokok antarwilayah merupakan salah satu hal krusial yang harus diperhatikan. Dengan manajemen distribusi yang baik dan tidak terganggu, daerah-daerah yang memiliki surplus terhadap komoditas tertentu dapat mendistribusikan komoditas tersebut ke daerah-daerah sekitar yang membutuhkannya.
“Saya akan cek terus ini karena dengan penerapan PSBB dari beberapa provinsi, beberapa kabupaten/kota, memang saya mendengar ada satu atau dua yang sudah mulai terganggu,” kata Presiden.
Sementara itu, Kepala Negara berpendapat bahwa manajemen pengelolaan beras yang baik menjadi kunci penting dalam mengantisipasi potensi kelangkaan pangan yang dilaporkan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) PBB. Maka itu Presiden sekali lagi meminta jajarannya untuk turut memperhitungkan ketersediaan stok beras termasuk stok yang ada di masyarakat, penggilingan, gudang, dan Bulog.