Jarang Diungkap, Ternyata Begini Fakta Perjalanan Dagang Rasulullah Saw. (Bagian 1)

Jarang Diungkap, Ternyata Begini Fakta Perjalanan Dagang Rasulullah Saw. (Bagian 1)
Ilustrasi foto/Net

"Inilah kisah yang jarang diungkap, bahwa Muhammad muda adalah sosok pedagang ulung yang terkenal pada masanya."

SEBELUM masa kenabian (usia 40 tahun), Rasulullah saw. telah melakukan aktivitas bisnis sejak usia muda. Kisahnya dimulai  ketika usianya enam tahun sepeninggal ibunya Aminah, beliau diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib. Kemudian, pada usia 8 tahun, Muhammad diasuh oleh pamannya Abu Thalib. Kakek dan pamannya sayang terhadapnya.

Dari sisi ekonomi, Muhammad dibesarkan melalui keluarga yang sederhana, termasuk pamannya, Abu Thalib. Meski bisa dibilang berkecukupan, namun Abu Thalib juga punya banyak anak. Sehingga secara finansial juga punya keterbatasan.

Menyadari kondisi keuangan keluarganya, Muhammad muda tidak berpangku tangan, Beliau tergerak untuk bekerja. Dalam hatinya tertanam kuat usaha itu, bahwa Muhammad harus meringankan beban pamannya. Gambaran kondisi kehidupan Muhammad sebelum memasuki periode kenabian ini dikisahkan oleh Allah Swt dalam surat ad-Dhuha ayat 6 hingga 8.

Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungi (mu), dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk, dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan (QS. Ad-Dhuha [93]: 6-8).

Mula-mula Muhammad menggembala kambing. Suatu pekerjaan yang ringan dan mengasikan tentunya, bekerja sekaligus bermain dengan alam. Di usia yang cukup belia inilah  Nabi menghabiskan menjadi penggembala. Menurut sejarah memang demikian kisah-kisah nabi sebelum diutus itu selalu punya pengalaman menggembala kambing. Dengan menjadi penggembala menunjukkan kegigihan atas ikhtiar Muhammad untuk  mendapatkan upah dalam rangka meringankan beban pamannya.

Kemudian, pada usia ke-12, berkat kejujuran dan integritasnya dalam bekerja, Muhammad dipercaya untuk melakukan ekspedisi perdagangan ke negeri Syam. Ini menjadi starting point (titik pijak) Muhammad menjadi pedagang, melakukan transaksi jual beli secara langsung.

Pengalaman berdagang, telah melatih dan membentuk mental dagang pada diri Muhammad. Mula-mula perdagangan dalam skala kecil lalu melaju dalam skala besar. Menjadi pedagang, yang ditanamkan oleh Muhammad adalah sikap jujur, memberikan kepercayaan dengan meletakkan integritas. Inilah kunci meraih kesuksesan serta mampu melebarkan sayap bisnis. Integritas dalam berdagang adalah kuncinya. Afzalurrahman, dalam bukunya ‘Muhammad sebagai Pedagang’ menuturkan bahwa, tidak pernah Muhammad dalam berbisnis mengalami kerugian.

Dalam bahasa kekinian, apa yang dilakukan Muhammad tersebut adalah upaya untuk membangun sebuah keunggulan kompetitif (competitive andentage). Ternyata ini berhasil. Inilah yang mendorong para pengusaha besar di Mekkah berlomba-lomba membujuk Muhammad untuk menjadi partner bisnisnya. Atau setidaknya tertarik menanamkan atau menginvestasikan uangnya untuk mensupport bisnis Muhammad. Tak terkecuali seorang janda kaya, Siti Khadijah. [bersambung]