Jadi Karyawan Tetap, Ojek Online di Eropa Naik Kelas

Jadi Karyawan Tetap, Ojek Online di Eropa Naik Kelas
Ojol di Eropa (Dok: Istimewa)

MONITORDAY.COM - Driver Ojek Online (Ojol) se-Inggris raya dan Italia tengah gembira ria. Mereka tumpah ruah, turun ke jalan-jalan untuk merayakan perubahan status mereka yang kini naik kelas. \

Kini, mereka tak lagi wiraswasta, namun berstatus karyawan. Mereka juga kini berhak mendapat gaji tetap, termasuk saat berlibur.

Adalah putusan Mahkaman Agung Inggris dan Italia sebagaimana dikutip dari BBC, Kamis (28/10) bahwa  jika perusahaan ojol belum mengangkat para driver sebagai karyawan, perusahaan akan didenda 733 juta euro (Rp 12,6 miliar). 

Tarik ulur penetapan status driver Uber ini terjadi sejak 2016, saat dua mantan pengemudi Uber James Farrar dan Yaseen Aslam menyeret Uber ke pengadilan ketenagakerjaan. 

Kala itu Uber berkata, para driver-nya adalah wiraswasta dan mereka tidak perlu membayar gaji tetap atau uang liburan. 

Lalu kini Aslam yang merupakan Presiden App Drivers & Couriers Union (ADCU) berkata ke BBC, mereka senang dan lega dengan putusan tersebut. 

Uber sempat naik banding ke Pengadilan Banding Ketenagakerjaan, tetapi ditolak pada November 2017. Banding kedua lalu diajukan Uber, tetapi dimentahkan lagi oleh Pengadilan Banding pada Desember 2018. Jumat pekan lalu adalah banding terakhir Uber, karena Mahkamah Agung di Inggris adalah pengadilan tertinggi dan berhak mengeluarkan putusan akhir. 

Hakim MA Inggris George Leggatt mengatakan, Mahkamah Agung dengan suara bulat menolak banding Uber yang menyatakan mereka hanya perantara. 

MA Inggris menilai, driver ojol harus dianggap bekerja tidak hanya saat mengantar penumpang, tetapi juga setiap masuk ke aplikasi. 

Beberapa pertimbangan pengadilan untuk menetapkan driver ojol sebagai karyawan tetap antara lain: Uber menetapkan tarif yang artinya mereka menentukan berapa banyak pendapatan driver. 

Uber menetapkan persyaratan kontak dan driver tidak punya suara di dalamnya. Jumlah order diatur oleh Uber dan dapat menghukum driver jika menolak terlalu banyak orderan. 

Uber memantau performa driver dari jumlah bintang dan punya wewenang memutus kemitraan jika peringatan berulang tidak memperbaiki kinerja. 

Mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, MA Inggris memutuskan bahwa posisi driver berada di bawah Uber, karena satu-satunya cara meningkatkan penghasilan adalah dengan bekerja lebih lama. 

Jamie Heywood Manajer Umum Regional Uber untuk Eropa Utara dan Timur mengatakan, pihkanya menghormati  putusan pengadilan yang berfokus pada sejumlah kecil driver yang menggunakan aplikasi Uber sejak 2016. 

Sejak itu , Uber pun membuat beberapa perubahan signifikan pada bisnis, dipandu oleh driver di setiap langkahnya, termasuk memberikan kontrol lebih besar atas penghasilan mereka, dan memberikan perlindungan baru seperti asuransi gratis jika sakit atau cedera. 

Uber juga berkomitmen berbuat lebih banyak dan sekarang akan berkonsultasi dengan setiap driver aktif di seluruh Inggris, untuk memahami perubahan apa yang mereka inginkan.

Bagaimana dengan di Indonesia?