Inspiratifnya Nyai Ahmad Dahlan sebagai Tokoh Pendidikan Anak Usia Dini
Latar sejarahnya yakni Nyai Ahmad Dahlan prihatin karena saat itu banyak anak-anak balita pribumi yang bermain tanpa bimbingan orang tua karena harus bekerja sebagai buruh di perusahaan batik di sekitar Kauman.

MONDAYREVIEW.COM – Film biopik tokoh nasional akan kembali hadir di tengah penonton pada Agustus 2017. Film Nyai Ahmad Dahlan yang diproduksi oleh IRAS film dan disutradarai oleh Olla Ata Adonara akan mulai tayang di bioskop pada 24 Agustus 2017 di seluruh Indonesia. Melalui film ini diharapkan pemahaman dan inspirasi dari Walidah Dahlan atau yang kerap dikenal Nyai Ahmad Dahlan dapat dicerna dan diketahui secara lebih utuh.
Jika sebelumnya film biopik nasional mengangkat Kartini sebagai tokoh emansipasi wanita, maka sesungguhnya Nyai Dahlan pun dapat berada di jajaran yang sama. Sejak kecil Nyai Dahlan merupakan pecinta ilmu. Lalu Nyai Ahmad Dahlan juga merupakan sosok yang menolak kawin paksa, perempuan pertama yang pernah memimpin Kongres Muhammadiyah pada 1926, penganjur pendidikan anak usia dini.
Membicarakan pendidikan usia dini di Indonesia, peran Nyai Ahmad Dahlan bisa dilacak sejak tahun 1919 kala merintis berdirinya pendidikan usia dini di Kauman, Yogyakarta.
"Pada saat itu, Nyai Ahmad Dahlan terinspirasi dengan konsep pendidikan froebel yang dijalankan oleh Belanda untuk anak anak balita mereka," ungkap Rita Pranawati, anggota Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Pusat.
Latar sejarahnya yakni Nyai Ahmad Dahlan prihatin karena saat itu banyak anak-anak balita pribumi yang bermain tanpa bimbingan orang tua karena harus bekerja sebagai buruh di perusahaan batik di sekitar Kauman. Melalui organisasi ‘Aisyiyah, Nyai Ahmad Dahlan mengumpulkan anak-anak balita tersebut untuk diajak bermain dan belajar. Tidak hanya anak laki-laki yang diberi kesempatan untuk mendapatkan pendidikan ini, anak perempuan pun diberikan akses yang sama oleh Nyai Ahmad Dahlan. Padahal saat itu pendidikan masih menjadi “milik” laki-laki.
Seperti dilansir situs resmi Muhammadiyah, selanjutnya pendidikan usia dini yang dirintis Nyai Ahmad Dahlan itu diberi nama Froebel Kindergarten 'Aisyiyah. Nama Froebel Kindergarten 'Aisyiyah kemudian hari berubah nama menjadi 'Aisyiyah Bustanul Atfal yang artinya taman bermain anak Aisyiyah. Saat ini, 'Aisyiyah telah memiliki Taman Kanak-kanak Aisyiyah Bustanul Atfal (TK ABA), Taman Pendidikan Qur'an (TPQ), PAUD, dan pendidikan sejenis berjumlah puluhan ribu yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Keberadaan TK ABA juga menginspirasi organisasi lainnya untuk mendirikan pendidikan sekolah sejenis.
Menurut Rita Pranawati, anggota Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Pusat, sosok Nyai Ahmad Dahlan pantas disebut sebagai pahlawan perlindungan anak Indonesia. Nyai Ahmad Dahlan sendiri telah diakui perannya oleh negara melalui gelar Pahlawan Nasional pada 10 November 1971.
Nyai Ahmad Dahlan meninggal tak lama setelah Indonesia merdeka, yakni pada 31 Mei 1946 dan dimakamkan di belakang Masjid Gedhe Kauman. Ada pun di versi filmnya sebagai Nyai Ahmad Dahlan didapuk Tika Bravani. Tika Bravani sebelumnya pernah berperan sebagai Fatmawati di film Soekarno: Indonesia Merdeka.