Indonesia Tanpa Edukasi Adalah Indonesia Tanpa Narasi

Dari poros kata pendidikan, kita bisa berkata merdeka!

Indonesia Tanpa Edukasi Adalah Indonesia Tanpa Narasi
Siswa Indonesia di ajang International Junior Science Olympiad (IJSO) 2016 (Dit.PSMP)

MONDAYREVIEW.COM - Indonesia, 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta adalah sebuah pernyataan. Bahwa negeri ini bisa berdikari. Bahwa negeri ini bisa menentukan nasib sendiri. Masa depan direbut hari ini.

Indonesia, 17 ribu pulau, lautan dan daratan yang jika dibentangkan seluas Eropa Barat ditambah dengan Eropa Selatan. Kekayaan alam negeri ini merupakan rayuan bagi para kolonialis untuk singgah. Pertanyaan menganga, akankah kita menjadi bangsa kuli yang melihat kekayaan ini tereksploitasi untuk segelintir kapitalis rakus?

Lalu lembar sejarah bertutur. Ada politik etis yang pernah terjadi di negeri ini. Salah satu pilarnya adalah edukasi. Sukarno, Hatta, Sjahrir, Natsir, Agus Salim, merupakan sederetan nama buah dari edukasi politik etis. Mereka tak hanya pintar, namun tercerahkan. Mereka tak hanya pintar, namun menyadarkan.

Kemerdekaan pertama-tama diraih bukan melalui raga yang tidak terbelenggu. Melainkan melalui pikiran yang merdeka 100%. Simaklah sejarah, bagaimana seorang Mohammad Hatta yang diasingkan dari satu pulau ke pulau yang lain. Digul, Banda, menjadi saksi langkah perjuangan Hatta. Dan Hatta pun berkata “Aku rela di penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas.”

Pendidikan yang membebaskan. Pendidikan yang memerdekakan sejak dalam pikiran merupakan kunci. Bonus demografi negeri ini merupakan peluang. Saat orang-orang muda jumlahnya cukup banyak untuk menjadi tulang punggung negeri ini. Mereka kini sedang menempuh pendidikan di bangku sekolah. Mereka adalah anak-anak negeri ini yang memerlukan dorongan dari belakang, di tengah membangun semangat, dan teladan dari depan.

Akan seperti apakah 17 Agustus 2045? 100 tahun Indonesia merdeka. Masa depan direbut hari ini. Jangan menunggu masa itu datang, siapkanlah para talenta generasi emas negeri ini. Sukarno pernah berkata “Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” Jadilah pemuda itu. Jadilah dan siapkanlah pemuda itu dengan pendidikan yang merayakan potensi. Dari poros kata pendidikan, kita bisa berkata merdeka!