Hadapi Bonus Demografi, Mendikbud Canangkan Gerakan Kembali ke Sekolah
'Gerakan Kembali Ke Sekolah Seribu Anak Harapan Bangsa' diharapkan dapat menurunkan angka putus sekolah di Sulteng,

MONDAYREVIEW.COM – Indonesia akan mengalami bonus demografi hingga tahun 2030. Angka penduduk usia produktif akan mengalami peningkatan, sehingga jika bisa dikelola dengan optimal, maka negeri ini akan menuju pertumbuhan ekonomi yang baik. Penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi kunci. Dalam hal ini pendidikan memegang peranan penting. Dengan program wajib belajar 12 tahun, penyiapan daya saing sdm Indonesia tengah disiapkan untuk menghadapi persaingan global.
“Kalau pendidikan ini kita rancang dan kelola dengan tepat, maka Indonesia dapat menjadi negara dengan kekuatan ekonomi terbesar keempat dunia pada seratus tahun kemerdekaan republik ini,” kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy.
Di sisi lain bonus demografi jika tidak ditangani dengan tepat bisa menjadi malapetaka. Ketika penduduk dengan usia produktif, namun tidak memiliki bekal kompetensi untuk bersaing di dunia kerja. Menghindari hal tersebut maka peningkatan angka partisipasi anak di sekolah diperlukan. Seperti ditunjukkan melalui Gerakan Kembali Ke Sekolah Seribu Anak Harapan Bangsa yang berawal dari kepedulian para pemangku kebijakan atas rendahnya Angka Partisipasi Kasar (APK) usia sekolah 15 sampai 21 tahun di Sulawesi Tengah.
“Indeks Pembangunan Manusia Sulteng sebesar 66,76 persen. Artinya masih di bawah rata-rata nasional,” ungkap Gubernur Sulteng Longki Djanggola seperti dilansir situs Kemdibud.
Gubernur Sulawesi Tengah (Sulteng) Longki Djanggola berharap program “Gerakan Kembali Ke Sekolah Seribu Anak Harapan Bangsa” dapat menurunkan angka putus sekolah di Sulteng, terutama diharapkan peningkatan APK di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
Program “Gerakan Kembali Ke Sekolah Seribu Anak Harapan Bangsa” (GKS-1000-AHB) sendiri dicanangkan oleh Mendikbud Muhadjir Effendy bersama Gubernur Sulteng Longki Djanggola di kantor Gubernur Sulawesi Tengah, Kota Palu, Ahad (26/3). Dalam event tersebut Mendikbud secara simbolis menyerahkan Kartu Indonesia Pintar (KIP) kepada sepuluh orang siswa peserta GKS-1000-AHB yang berasal dari keluarga miskin, rentan miskin dan anak yatim atau yatim piatu di Sulteng.
"Sangat tepat program Provinsi Sulteng ini untuk meningkatkan kapasitas sekolah dan kapasitas anak-anak usia produktif. Khususnya mereka yang tidak berada di sekolah untuk dapat kembali bersekolah, agar ditingkatkan keterampilannya," ungkap Mendikbud dalam sambutannya dalam pencanangan GKS-1000-AHB, yang juga dihadiri Bupati dan Walikota di Sulteng.