Gerhana Bulan, Wujud Keagungan Sang Pencipta

Fenomena alam yang langka, gerhana bulan super blue blood moon akan terjadi hari ini. Berbagai dampak harus diwaspadai. Lalu, apa yang harus dilakukan oleh umat islam?

Gerhana Bulan, Wujud Keagungan Sang Pencipta
blood moon

MONDAYREVIEW- Fenomena gerhana bulan supermoon (bulan super besar) adalah fenomena astronomi dan tidak ada kaitan dikaitkan dengan hal-hal mistik, apalagi pertanda bencana yang akan melanda negeri ini.

Peristiwa ini akan terjadi pada hari ini, Rabu pada tanggal 31 Januari 2018, yang juga disebut sebagai fenomena super blue blood moon. Peristiwa itu akan berlangsung setelah matahari terbenam, dengan mengombinasikan tiga fenomena alam secara bersamaan, yaitu blue moon (bulan biru), super moon (bulan super besar) dan total lunar eclipse ( gerhana bulan total).

Supermoon ini terjadi karena posisi bulan berada pada jarak terdekat dengan bumi, dikarenakan oleh posisi orbitnya yang oval, bukan berbentuk lingkaran. Blue moon juga merupakan kejadian cukup langka karena ini merupakan bulan purnama kedua yang terjadi dalam satu bulan Januari 2018 ini. Fase kejadian ini tidak memiliki hubungan dengan warna biru sang rembulan. Blue moon akan terjadi bersamaan dengan gerhana bulan total

Gerhana bulan total yang disebut juga sebagai blood moon terjadi bila posisi bumi kita tepat berada di antara matahari dan bulan. Posisi itu akan memaksa sinar matahari untuk melewati atmosfer. Selanjutnya, atmosfer akan menyaring sebagian besar cahaya yang berwarna biru sehingga yang tersisa adalah warna oranye dan merah saja. Bulan akan mulai memasuki bayangan bumi pukul 18.48 WIB dan menghabiskan waktu 3 jam 22 menit dalam umbra bumi.

Keseluruhan gerhana bulan akan terjadi selama 5 jam 17 menit dengan durasi gerhana total 1 jam 16 menit 4 detik. Proses gerhana dimulai sejak matahari terbenam sampai tengah malam. Jika cuaca cerah, masyarakat Indonesia dapat dengan jelas mengamati puncak gerhana bulan total ini pada 31 Januari pukul 2018 pukul 20.29 WIB; 21.29 WITA; dan 22.29 WIT, sekitar 77 menit.
 

Peristiwa gerhana bulan total supermoon ini dapat diamati pada malam hari di hampir seluruh wilayah Indonesia. Karena langka, BMKG menyarankan masyarakat untuk tidak takut dan menikmati fenomena ini. “Masyarakat diharapkan melihat atau mengamati fenomena ini dan bukan dijadikan sesuatu yang menakutkan," ujar Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati.

 

Fenomena ini tergolong langka karena akan terulang lebih dari 100 tahun untuk di Amerika. Sementara di wilayah Indonesia, peristiwa serupa terjadi 36 tahun yang lalu atau sekitar 30-31 Desember 1982.

Melalui keterangan prakiraan cuaca dari BMKG yang dirilis lewat akun Twitter resminya, Jakarta akan mengalami hujan lokal pada 31 Januari namun langit yang akan tertutup awan hanya berkisar 62 persen. Berdasarkan BMKG, pengamatan dapat dilihat secara ideal dari daerah perbatasan mulai dari perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur hingga daerah yang berada di sebelah barat Sumatera.

 

 

Tapi, jangan khawatir ada beberapa lokasi yang juga ideal untuk pengamatan. Bagi warga Jakarta, bisa berkunjung ke Pulau Seribu, Ancol, Taman Mini Indonesia Indah, Planetarium Taman Ismail Marzuki, Museum Fatahilah dan Kampung Betawi, Setu Babakan. Selain itu bisa disaksikan juga, di beberapa titik pengamatan hilal, dan  Observatorium Boscha (Lembang),

 

Meski demikian, keindahan bulan malam itu patut diwaspadai, khususnya untuk transportasi di pelabuhan dan pesisir, serta aktivitas pertanian yang dapat terganggu. Akibat posisi bumi yang berada segaris dengan matahari dan bulan mengakibatkan gravitasi bulan dan matahari terintegrasi hingga pasang air laut menjadi maksimal.

Selain berakibat pada rob atau pasang maksimal, juga menurut perkiraan cuaca BMKG adanya potensi hujan sedang hingga lebat sejak Senin lalu (29/1/2018) hingga Sabtu (3/1/2018) di 21 Provinsi di Indonesia. Hal ini terjadi karena selisih tekanan udara antara daratan Asia dan Australia. Hujan lebat juga akan disertai dengan kecepatan angin tinggi berkisar antara 25 knots (35 kilometer per jam) hinga 35 knots (70 km per jam).

Kementerian Agama (Kemenag) RI, Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan sejumlah ormas islam sudah menyebarkan edaran  mengimbau masyarakat melakukan shalat gerhana (shalat khusuf) saat terjadinya fenomena alam Gerhana Bulan  pada 31 Januari 2018.

 

Bagi umat Islam, yang pertama kali dilakukan ketika terjadi gerhana bulan bukan sibuk berfoto dan nonton bareng, tapi sebagaimana yang dianjurkan oleh Rasululloh shallallahu alaihi wa sallam,  perbanyaklah dzikir, istighfar, takbir, sedekah dan bentuk ketaatan lainnya.


Shalat gerhana lebih utama dilakukan secara berjamaah, tapi dibolehkan untuk melakukan shalat sendirian. Jika shalat berjamaah, disyariatkan adanya khutbah setelah shalat gerhana, untuk mengingatkan umat agar memuji dan mengagungkan Allah Ta’ala.

Dalam sebuah khutbah shaalt gerhana, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.”

Nabi selanjutnya bersabda, ”Wahai umat Muhammad, demi Allah, tidak ada seorang pun yang lebih cemburu daripada Allah karena ada seorang hamba baik laki-laki maupun perempuan yang berzina. Wahai Umat Muhammad, demi Allah, jika kalian mengetahui yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.”