Gerak Cepat, Kemensos Dirikan 10 Dapur Umum Untuk Korban Gempa dan Tsunami

Dalam waktu tiga hari sejak gempa dan tsunami melanda  Palu, Kementerian Sosial sudah berhasil mendirikan 10 dapur umum. Beroperasinya dapur umum diharapkan membangkitkan harapan rakyat, karena kebutuhan dasar yakni makanan siap saji, berangsur bisa dipenuhi. 

Gerak Cepat, Kemensos Dirikan 10 Dapur Umum Untuk Korban Gempa dan Tsunami
Dapur umum Kemensos RI untuk korban gempa dan tsunami

MONITORDAY.COM -  Dalam waktu tiga hari sejak gempa dan tsunami melanda  Palu, Kementerian Sosial sudah berhasil mendirikan 10 dapur umum. Beroperasinya dapur umum diharapkan membangkitkan harapan rakyat, karena kebutuhan dasar yakni makanan siap saji, berangsur bisa dipenuhi. 

"Untuk setiap dapur umum, bisa mencukupi kebutuhan 2000 pengungsi, sekali masak atau 6.000 dalam sehari. Sehingga dengan adanya 10 dapur umum,  bisa mencukupi 60.000 pengungsi yang membutuhkan makanan,” kata Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Harry Hikmat melalui siaran pers yang diterima Monitorday.com Kamis (04/10/2018).

Bantuan diberikan menyusul gempa dengan magnitudo 7,4 SR melanda wilayah Donggala, Sulawesi Tengah. Gempa yang terjadi pukul 17.02 WIB ini berpotensi tsunami. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) awalnya memberikan peringatan dini tsunami untuk wilayah Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengah. 

Sempat terjadi kenaikan air laut ke darat setinggi 1,5 meter, kemudian peringatan tsunami telah dicabut BMKG. Gempa berkedalaman 10 kilometer, berpusat di 0,18 LS dan 119,85 BT atau 27 kilometer Timur Laut Donggala, Sulawesi Tengah.

Untuk membantu menangani dampak bencana, pendirian dapur umum merupakan salah satu langkah yang dilakaukan kemeneterian Sosial dalam tahap Tanggap Darurat. Salah satu dapur umum itu dibangun di Kawatuna, sekitar 500 meter dari Petobo, Palu lokasi dimana sejumlah rumah warga yang mengalami fenomena likuifaksi. 

“Dapur umum ini sudah kita dirikan sejak hari kedua terjadinya bencana. Di dapur umum di Kawatuna, bisa melayani 3.200 pengungsi,” tambah Harry.

Dari 10 dapur umum yang didirikan Kemensos, sebanyak delapan berada di Palu, satu di Donggala, dan satu di Sigi.

“Di Donggala masih kurang. Kita berencana menambah jumlah dapur umum sampai sekitar 15 lokasi,” jelas Harry. 

Pengelolaan dapur umum tidak hanya dilakukan oleh Taruna Siaga Bencana (Tagana), namun ikut terlibat  langsung juga dinas sosial dari berbagai provinsi. Yakni Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi, dan Sulawesi Utara. Terlibat pula personel dari Dinas Sosial Luwuk Utara, Luwuk Timur, Toli Toli, Morowali, Buol, Toraja Utara, Tojo Una Una Utara, dan Poso. Selain itu, sejumlah team hadir lengkap dari personel team medis, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD),  dan Satpol PP. 

Adapun jumlah Tagana yang tertugas sebanyak 353 personel dengan tugas ikut membantu evakuasi korban bencana; distribusi logistik; mengelola dapur umum; melakukanLDP; dan pendataan korban bencana.

Lebih lanjut, Kementerian Sosial juga membantu menyiapkan hunian sementara berupa tenda serba guna, tenda keluarga dan tenda gulung sebanyak 1.054 unit.  Kemudian pendistribusian velbed ke rumah sakit umum sebanyak 40 unit untuk evakuasi korban yang dirujuk ke rumah sakit di Makassar menggunakan pesawat Hercules.

Kemensos juga menambah bufferstock terdiri dari mie instant 1.000 dus. Penambahan bufferstock  yang dibawa personel Tagana sebanyak 1.356 paket makanan siap saji. Juga dibagikan perlengkapan keluarga dan anak anak sebanyak 875 paket, dan perlengkapan LDP sebanyak 70 paket.

Bantuan Kemensos Masuk Palu dan Donggala
Sementara itu, bantuan terhadap korban terdampak bencana dari Kementerian Sosial, telah mulai memasuki Palu dan Donggala. Pagi ini, bantuan berupa 1.152 paket sembako mendarat dengan mulus di Bandar Udara Mutiara SIS Al-Jufrie, Kota Palu, pukul 06.30 WITA, menggunakan pesawat Hercules TNI AU yang bertolak dari Pangkalan Udara TNI AU Sultan Hasanuddin, Makassar. 

Satuan Pasukan Khas (Paskhas) TNI AU dibantu relawan dan petugas dari Kementerian Sosial bahu membahu memindahkan kantong-kantong bantuan ke truk milik Kementerian Sosial yang sudah menunggu sebelumnya. 

Truk melaju menuju Posko Bantuam Sosial Kementerian Sosial di kantor Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Tengah, Jalan Prof. Dr M. Yamin. Setelah melalui pengecekan fisik dan administrasi, bantuan ini diteruskan ke Donggala. 

“Karena Donggala kita nilai masih membutuhkan lebih banyak bantuan. Banyak spot-spot yang belum tersentuh bantuan. Dengan ini diharapkan masyarakat akan merasakan lebih banyak sentuhan dari negara,” kata Harry.

Ini adalah dropping bantuan kedua bagi masyarakat Donggala setelah sebelumnya mereka menerima bantuan sebanyak dua truk dari Kemensos. Bantuan ini berisi selimut, vel bed, family kit, matras, dan sandang yang dikirimkan melalui jalan darat dari Makassar. 

Layanan Dukungan Psikososial
Berjalan secara simultan dengan berbagai bantuan di atas, Kemensos juga membantu pemulihan aspek psikologis para korban bencana, terutama klaster rentan, yakni penyandang disabilitas, anak-anak dan lanjut usia. 

“LDP sudah berjalan ya, tersebar di 10 titik. Sebanyak 15 orang sudah menjalankan tugasnya bersinergi dengan layanan dapur umum,” kata Harry.

Tim LDP terdiri dari: Tim LDP Kemensos, psikolog Universitas Hasanuddin, Tim LDP World Vision Indonesia, psikolog Universitas Maranata Bandung, dan STKS Bandung.

Tim LDP juga melakukan pendataan pengungsi berdasarkan usia, jenis kelamin, kategori (kepala keluarga, ibu rumah tangga) dan kelompok rentan di RS Undata, Polda Sulteng, Lapangan Belakang Universitas Tadulako.

Tim LDP melakukan pembagian tugas pemetaan lokasi pengungsi, pendataan korban meninggal, pengolahan data dan menghimpun aduan masyarakat Kementerian Sosial bekerja sama dengan Tim Kesehatan Provinsi Gorontalo dan Universitas Tadulako, membuka Posko di Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Tenggara yang terdiri dari: klaster pengungsian dan perlindungan sosial, Tim LDP dan Klaster kesehatan

Sebelumnya, Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak mengkonfirmasi bahwa, telah menurunkan tim beranggotakan 10 orang ke Palu menempuh perjalanan darat dari Makassar.  

“Mereka sebanyak 10 orang membawa ambulans dan dua kendaraan lain melalui jalur darat. Tugasnya pertama adalah membantu para pengelola panti di Nipotowe yang juga menjadi korban bencana,”  kata Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak Nahar. Yang dimaksud Nahar adalah Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Nipotowe, Palu, Sulawesi Tengah. 

Selanjutnya mereka membantu masyarakat luas. “Dan benar, setelah mereka sampai, masyarakat sudah menyampaikan keluhan,” katanya. Ia mengatakan, ada satu kasus dimana seorang anak kehilangan orangtuanya yang diduga menjadi korban bencana. 

“Yang kami lalukan adalah mencari kepastian siapa yang saat ini mengurus anak ini. Dari informasi yang kami dapat, anak ini kini diasuh oleh familinya. Jadi dia di tangan pihak yang tepat,” kata Nahar.

Dalam kasus seperti ini, petugas akan memastikan dimana keberadaan orangtua si anak, dan mempertemukannya bila selamat dari bencana. Memastikan si anak berada di tangan orang yang tepat sangat penting, untuk masa depan dan keselamatan si anak. 

Terkait LDP, kedatangan shift pertama dari Rehsos Anak, menjadikan PSBG Nipotowe sebagai langkah awal. Langkah selanjutnya, tim ini akan bergerak memperkuat layanan terhadap korban bencana yang dilakukan Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial, di setiap dapur umum.

“Mereka melayani lanjut usia, penyandang disabilitas, dan anak-anak,” katanya. 

Nahar memastikan, personel yang mendukung layanan psikososial dari Tim Reaksi Cepat (TRC) dan Satuan Bakti Pekerja Sosial (Sakti Peksos), secara bergantian siaga di PSBG Nipotowe sebanyak tiga orang per hari. 

“Mereka juga siap digerakkan ke titik-titik dimana membutuhkan layanan psikologis,” kata Nahar. Kebutuhan Sakti Peksos di Palu dan Donggala didatangkan dari daerah terdekat dari lokasi bencana.