Presiden Tidak Mengerti Agama?

Negara gagal mengidentifikasi persoalan masyarakat, sehingga yang bisa mengerti adalah institusi agama

Presiden Tidak Mengerti Agama?
Fahri Hamzah. (ist)

MONITORDAY.COM - Di tengah kekacau balauan dan kegagalan Pemerintah dalam mengurus negara, ucapan terima kasih seharusnya disampaikan kepada institusi agama. Hal itu diutarakan Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah seraya mencontohkan kasus busung lapar yang mendera Asmat, Papua, ditemukan oleh pihak Gereja.

 

"Negara gagal mengidentifikasi persoalan masyarakatnya, sehingga kemudian yang bisa mengerti dari awal adalah institusi-institusi agama ini," katanya dalam program ILC di TV One bertajuk 'Teror Ke Pemuka Agama: Adakah Dalangnya?' Selasa (13/2/2018) malam.

 

Ia mengatakan saat ini di Indonesia, agama menanggung beban kegagalan negara yang terlalu banyak. Namun, ia menyayangkan disaat yang sama agama terus menerus disalahkan.

 

Padahal, terang Fahri, dimana tempat masyarakat 'berlari' dari kegagalan negara yang bertubi-tubi jika tidak ada agama di

Indonesia. "Presiden dan orang-orang yang mengurus negara ini menurut saya, saya khawatir ini orang gak paham agama," tukasnya.

 

"Dia gak paham perasaan orang beragama, dia gak mengerti agama dan tidak bisa mendudukkan dirinya secara pas," tambah Fahri.

 

Ia mengaku memperhatikan bagaimana Pemerintah menangani isu-isu seputar agama. Fahri mencontohkan ketika dirinya hadir di aksi 4 November 2016 (411) dalam menuntut proses hukum terhadap mantan Gubernur Jakarta, Basuki T. Purnama (Ahok) yang diduga menista agama.

 

"Seandainya negara hadir secara benar, ini kan orang cuma pengen ngobrol sama Presiden. Presiden yang sebelumnya mereka pilih. Presiden yang kata-katanya harusnya lebih kuat dari seluruh kata-kata yang bisa keluar. Orang ini cuma pengen ngobrol, kok Presidennya gak dateng," tukas Fahri.

 

"Tidak ada (tidak datang) seolah-olah ada kesibukan, padahal kita tau itu pura-pura," lanjut dia.

 

Fahri menuturkan akhirnya di aksi 2 Desember 2016 (aksi 212) Presiden Jokowi hadir dan mendengarkan khotbah Jumat dari Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab.

 

"Seolah-olah (Presiden) menutupi kesalahan pertama, lalu hadir yang kedua. Berikutnya tegang lagi," sebut Fahri.

 

Hingga akhirnya, belakangan kasus penyerangan fisik terhadap tokoh keagamaan marak terjadi, bahkan merenggut nyawa Komandan Brigade Persatuan Islam (Persis) Bandung, Ustad Prawoto. "Yang terakhir ini menurut saya betapa tidak kompetennya, itu banyak ustad-ustad dikabarkan dibunuh," ujarnya.

 

Ia menyesalkan tidak adanya reaksi Pemerintah untuk sekedar datang dan memeluk keluarga korban. "Persekusi terhadap ulama, terhadap kiyai ini adalah hantaman terhadap jantung bangsa kita," pungkas Fahri.

[Yusuf Tirtayasa]