Gelar Simposium Kebudayaan Islam, LSBO PP Muhammadiyah Jadikan Seni Dan Budaya Sebagai Sarana Dakwah
Organisasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah, melalui Bidang Lembaga Seni Dan Budaya Organisasi (LSBO) Muhammadiyah menggelar simposium bertajuk Kebudayaan Islam Sebagai Daarul Ahdi Wasyahadah di Hotel Grand Daffam Yogjakarta, Rabu (28/11/2018).

MONITORDAY.COM - Organisasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah, melalui Bidang Lembaga Seni Dan Budaya Organisasi (LSBO) Muhammadiyah menggelar simposium bertajuk Kebudayaan Islam Sebagai Daarul Ahdi Wasyahadah di Hotel Grand Daffam Yogjakarta, Rabu (28/11/2018).
Acara simposium ini dihadiri langsung oleh sejumlah tokoh besar yang sekaligus menjadi narasumber, seperti Prof.Dr. HM Amin Abdullah (Guru Besar Ilmu Sejarah Dan Kebudayaan Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), dan Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc. MA (Selaku Ketua PP Muhammadiyah), sementara yang menjadi moderatornya, Jandra, Wakil Ketua LSBO PP Muhammadiyah
Dalam sambutannya, Ketua LSBO PP Muhammadiyah, Syukriyanto AR, menjelaskan bahwa Muhammadiyah memiliki strategi kebudayaan dalam gerakan dakwahnya.
“Muhammadiyah menghargai hasil seni dan budaya yang melengkapi tradisi Islam. Untuk mewujudkannya dengan mengembangkan seni dan tradisi yang mengedepankan nilai-nilai Islam berkemajuan,” Kata Syukriyanto.
Selain itu, Sukriyanto juga menjelaskan, LSBO PP Muhammadiyah, tengah membuat film sebagai bentuk sarana untuk berdakwah. Menurutnya, Film selain dapat menghibur juga menjadi cara yang efektif sebagai sarana dakwah kepada banyak Orang.
Dihadapan ratusan orang peserta, Narasumber yang juga tokoh Muhammadiyah , Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc. M.A, menegaskan bahwa NKRI adalah kesempatan bersama dari pada pendiri bangsa, dan menurutnya untuk itulah disebut dengan Darul Ahdi Wasyahadah.
“Indonesia menjadi referensi, rujukan dan teladan bagi seluruh rakyat Indonesia,” katanya.
Adapun persoalan seni di Muhammadiyah sebenarnya sudah selesai sejak Muktamar Muhammadiyah pada 1995. “Jadi sudah tidak ada hambatan. Tapi seni tidak bisa dengan surat keputusan atau fatwa,” pungkasnya.
Pandangan lain diungkapkan Prof. Dr. HM Amin Abdullah, guru besar Ilmu Sejarah dan Kebudayaan Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogkarta. Menurutnya keanekaragaman di Indonesia tidak hanya suku, agama, ras dan golongan tetapi juga alam dan bencana yang menimpanya.
“Agama dan budaya bagaikan dua sisi mata uang. Berbeda tapi tidak bisa dipisahkan. Karena itu saling mengisi dan melengkapi,” tutur Amin Abdullah,
Menurutnya kebudayaan dalam peradaban suatu bangsa merupakan sarana untuk slaing melindungi dan menjaga eksistensi manusia. Karena itu, agama dan budaya mengatur perilaku hidup agar interaksi manusia dapat melestarikan suatu budaya dan menjaga keseimbangan manusia dan alam.
Namun demikian, Faozan Amar, selaku penanggung jawab acara symposium kebudayaan ini menilai, Ini salah satu tindak lanjut kerjasama antara Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan dengan Organisasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah.