Fakta tentang Vaksin Sekali Suntik Janssen untuk WIlayah Aglomerasi

MONITORDAY.COM -Indonesia adalah negara dengan populasi nomor empat di dunia. Dengan ribuan pulau yang tersebar luas. Pelaksanaan vaksinasi menjadi tantangan tersendiri. Diperlukan manajemen rantai pasok yang handal mulai dari pemesanan atau komitmen produsen hingga distribusi dan pelaksanaan vaksinasi di hilir.
Meski Indonesia telah mendatangkan vaksin dari berbagai merk dengan jumlah yang cukup besar namun masih diperlukan ketersediaan dan upaya terus-menerus agar pandemi dapat dikendalikan. Vaksin ini menurut Kementerian Kesehatan akan diperuntukkan bagi orang usia 18 tahun ke atas.
Vaksin Janssen akan diperuntukkan bagi wilayah aglomerasi yang merupakan kawasan perkotaan atau kabupaten yang saling terhubung dalam kesatuan wilayah. Diantaranya Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo. Juga Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek). Selain itu juga Bandung Raya, Semarang, Kendal, Demak, Ungaran, Purwodadi, Yogyakarta Raya, Solo Raya, Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan (Gerbangkertosusila), Makassar, Sungguminasa, Takalar, dan Maros.
Diantara vaksin yang datang atau masuk ke Indonesia pekan ini menjadi harapan baru dalam penanganan pandemi. Namanya vaksin Janssen, pembuatnya Janssen Pharmaceutical Company of Johnson & Johnson. Vaksin dosis sekali suntik ini telah tiba di Indonesia. Bantuan dari Pemerinta Belanda sebanyak 500 ribu dosis.
Dikutip dari situs farmasetika.com, Dr. Bruce Y. Lee, direktur eksekutif kelompok Riset Operasi dan Komputasi Kesehatan Masyarakat (PHICOR) dan profesor kebijakan dan manajemen kesehatan di Sekolah Pascasarjana Kebijakan Kesehatan dan Kesehatan Masyarakat CUNY, mengatakan vaksin Johnson & Johnson memiliki beberapa keunggulan dibandingkan vaksin lain yang sudah disetujui. Dengan dosis sekali suntik akan sangat membantu dalam mengatasi masalah rantai pasok vaksinasi.
Kelompok Ahli Penasihat Strategis WHO tentang Imunisasi (SAGE) telah mengeluarkan rekomendasi sementara untuk penggunaan vaksin Janssen Ad26.COV2.S COVID-19 terhadap COVID-19. Demikian menurut publikasi resmi WHO.
Dengan terbatasnya pasokan, petugas kesehatan yang berisiko tinggi terpapar dan orang tua harus diprioritaskan untuk divaksinasi. Rujukannya adalah Peta Jalan Prioritas WHO dan Kerangka Nilai WHO sebagai panduan untuk memprioritaskan kelompok sasaran.
Vaksin ini aman dan efektif pada orang dengan kondisi medis yang diketahui terkait dengan peningkatan risiko penyakit parah, seperti hipertensi, penyakit paru-paru kronis, penyakit jantung signifikan, obesitas, dan diabetes.
Orang yang hidup dengan human immunodeficiency virus (HIV) berisiko lebih tinggi terkena penyakit COVID-19 yang parah. Kelompok populasi ini dimasukkan dalam uji klinis dan sejauh ini tidak ada masalah keamanan.
Direkomendasikan agar penerima vaksin HIV-positif diberikan informasi dan konseling sebelum vaksinasi. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menilai kemanjuran vaksin untuk orang dengan HIV; ada kemungkinan bahwa respon imun terhadap vaksin dapat dikurangi yang akan menurunkan efektivitas vaksin.
Vaksin J&J dapat ditawarkan kepada para penyintas COVID-19. Tetapi penyintas mungkin ingin menunda vaksinasi COVID-19 mereka sendiri hingga enam bulan sejak infeksi SARS-CoV-2, untuk memungkinkan orang lain yang mungkin membutuhkan vaksin lebih mendesak untuk pergi lebih dulu.
SAGE merekomendasikan penggunaan Janssen Ad26.CoV2.S sebagai satu dosis (0,5 ml) yang diberikan secara intramuskular. Harus ada interval minimal 14 hari antara pemberian vaksin ini dan vaksin lainnya terhadap kondisi kesehatan lainnya. Rekomendasi ini dapat diamandemen ketika data tentang pemberian bersama dengan vaksin lain telah tersedia.
Dalam 28 hari setelah inokulasi Janssen Ad26.CoV2.S ditemukan memiliki kemanjuran 85,4% terhadap penyakit parah dan 93,1% terhadap rawat inap. Dosis tunggal Janssen Ad26.COV2.S ditemukan dalam uji klinis memiliki kemanjuran 66,9% terhadap infeksi SARS-CoV-2 gejala sedang dan berat.