Eep Saefulloh Fatah yang Saya Kenal
Eep secara benderang menyatakan sebagai konsultan politik, sedangkan beberapa pengamat ataupun lembaga lainnya masih abu-abu menyatakan posisinya.

MONDAYREVIEW.COM – Nama Eep Saefulloh Fatah menyeruak di antara kisah kemenangan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Eep melalui PolMark Indonesia merupakan konsultan politik bagi pasangan bernomor urut 3 tersebut. Kemenangan Anies-Sandi dengan margin 15-18% menurut beberapa lembaga survei, melambungkan nama sosok kelahiran Cibarusah 49 tahun yang lalu tersebut sebagai sosok yang layak diperbincangkan.
Sandiaga Uno dalam sebuah wawancara di tv mengatakan survei awal dirinya hanya mencatatkan angka 0.4%. Kini, siapa yang tak kenal dengan Sandiaga Uno dengan sebutan ‘OK OCE’-nya? Maka naiknya elektabilitas Sandiaga Uno dan Anies Baswedan ditengarai tak terlepas dari tangan dingin Eep sebagai konsultan politik.
Pengamat Politik yang Pandai Menulis dan Berbicara
Sejenak mari mengambil lini masa waktu di era 1997, 1998. Ketika itu Eep Saefulloh merupakan pengamat politik andal. Ia sering diundang sebagai pembicara dan tulisan-tulisannya kerap tampil di media nasional. Alumnus Ilmu Politik Universitas Indonesia ini merupakan pengamat politik yang pandai menulis dan berbicara.
Analisanya cerdas dan dipadukan dengan kalimat puitis merupakan kekhasan dari seorang Eep. Tak heran jika banyak orang yang terinspirasi karenanya. Teman saya yang kini menjadi dosen di jurusan Ilmu Politik UI pun merasa terinspirasi, baik dari sisi verbal dan tulisan. Tulisan-tulisan Eep bisa terlacak dalam buku-bukunya seperti Bangsa Saya yang menyebalkan: Catatan tentang Kekuasaan yang Pongah, Zaman Kesempatan: Agenda-agenda Besar Demokratisasi Pasca Orde Baru, Konflik Manipulasi dan Kebangkrutan Orde Baru: Manajemen Konflik Malari, Petisi 50 dan Tanjung Priok.
Eep dan Dunia Kampus
Eep memang memiliki latar belakang yang moncer sejak dulu. Ia adalah mahasiswa berprestasi di Universitas Indonesia. Tak sekadar cakap secara akademik, Eep pun aktif berorganisasi. Eep adalah ketua pertama Forum Studi Islam (FSI) Fisip UI. Eep adalah Ketua Senat Mahasiswa Fisip Universitas Indonesia.
Warna Islam dari Eep terlihat dalam tulisannya ketika Eep mengistilahkan kebaikan yang tidak terorganisir akan kalah oleh kebatilan yang terorganisir. Eep pun menyarankan agar umat Islam membentuk barisan seperti diperintahkan dalam surat Ash-Shaff ayat 4. Eep juga yang menyatakan bahwa ketika shadaqallahul 'azhim, sesungguhnya umat Islam belum selesai mengaji. Karena umat Islam harus mengaktualisasikan nilai-nilai ayat suci dalam kehidupan sehari-hari.
Saya merasa beruntung pernah diajarkan oleh Eep. Ia adalah sosok yang well prepare ketika mengajar. Di mata kuliah yang diampunya seperti Kekuatan-Kekuatan Politik di Indonesia, Lembaga Eksekutif dan Birokrasi di Indonesia, Globalisasi dan Politik Indonesia, slide yang diberikannya memasukkan data-data terbaru. Selesai mengajar para mahasiswa pun dengan antusias meminta materi kuliah yang dihantarkan Eep.
Eep Sang Konsultan Politik
Eep akhirnya memasuki lembaran baru dalam hidupnya ketika berhenti sebagai dosen dan mencoba peruntungannya dengan membuka PolMark Indonesia pada 20 Oktober 2009. Survei dan konsultan politik merupakan area yang ditangani PolMark Indonesia dimana Eep menjadi founder sekaligus CEO-nya.
PolMark Indonesia mampu tumbuh berkembang sebagai lembaga kredibel. Terbukti PolMark Indonesia menjadi konsultan politik dari Jokowi-Ahok di Pilkada DKI Jakarta 2012, Aher-Deddy Mizwar di Pilkada Jawa Barat 2013, Jokowi-JK di Pilpres 2014, dan Anies-Sandi di Pilkada DKI Jakarta 2017. Semua pemilihan tersebut berhasil dimenangkan. Dalam istilah teman saya, Eep bagaikan Andrea Pirlo dalam konteks politik Indonesia. Seperti diketahui Andrea Pirlo merupakan sosok playmaker jenius yang sukses di AC Milan, Juventus, dan membawa Italia menjadi juara Piala Dunia 2006.
Jika pada pemilihan-pemilihan umum sebelumnya, Eep memang diakui sebagai sosok sukses, namun praktis tak terkena dampak konflik politik. Tapi tidak dengan di Pilkada DKI Jakarta 2017. Eep Saefulloh Fatah termasuk sosok yang kena sorotan dari pendukung Ahok. Situs Seword diantaranya menurunkan tulisan “Eep Saefulloh Fatah Pemenang Pilkada DKI Jakarta Sesungguhnya”. Tentu sudah mafhum diketahui keberpihakan dari Seword dan bagaimana “teganya” ketika menguliti seseorang. Tentu secara prinsip jurnalistik, Seword layak untuk dipertanyakan secara cover both side, dan sebagainya. Namun dengan menguatnya konsep post-truth, situs Seword pun menjadi rujukan bagi pendukung Jokowi dan Ahok.
Salah seorang teman wanita di Facebook saya pun membuat testimoni hari ini. Menurutnya Ee* pernah merayunya dengan mengatakan “Saya sedang menatap karya Tuhan yang luar biasa, cantik dan mempesona”. Teman saya ini pernah berkuliah di Ilmu Politik UI. Ya, memang dia tidak menyebut secara benderang nama Eep, namun dengan preferensi dukungannya kepada Ahok dan komentarnya, tersirat bahwa yang dimaksud adalah Eep Saefulloh Fatah.
Eep Saefulloh Fatah sebagai konsultan politik Anies-Sandi memang terlihat jelas di publik. Pasca debat final, Eep ikut mendampingi Anies-Sandi ketika memberikan konferensi pers.
Hari ini nama Eep kembali viral. Tulisan Eep di grup WA tentang Pilkada DKI Jakarta ramai di-share. Bagaimana Eep memberikan analisa yang komprehensif mengenai penyebab kekalahan Ahok.
Jika Eep untuk kemudian menjadi sasaran tembak dari pendukung Ahok, maka sesungguhnya ini menunjukkan bagaimana politik dapat bekerja. Sisi personal Eep bisa jadi dipermasalahkan, seperti rayuannya terhadap wanita (tentu kebenarannya masih harus diverifikasi). Yang jelas Eep terkena pengujian karakter seperti para politikus, dimana masa lalunya akan coba diungkap, celah dan nodanya akan coba dicari atau dihidangkan ke publik.
Maka boleh jadi pasca Pilkada DKI Jakarta 2017 akan memberikan pengalaman baru bagi seorang Eep Saefulloh Fatah. Dan semoga ia tetap dapat bersikap sebagai warga negara yang baik yang selama ini didengungkannya. Seorang warga negara yang tahu hak dan kewajibannya. Warga negara yang turut memperjuangkan terlaksananya demokrasi substansial.
Yang jelas menurut sepengetahuan saya hal itu coba dilakukan Eep dengan selalu menegaskan posisinya jika berada di pihak konsultan politik kandidat tertentu. Eep secara benderang menyatakan sebagai konsultan politik, sedangkan beberapa pengamat ataupun lembaga lainnya masih abu-abu menyatakan posisinya. Padahal dari sisi ilmiah dan demokrasi dapat tercederai manakala pengamat yang seolah-olah netral, namun sesungguhnya merupakan konsultan politik ataupun pendukung garis keras dari calon tertentu.