DRPM-FIB UI Gelar Pelatihan Menulis Gratis bagi Guru Sekolah Dasar

Memantik literasi guru SD lewat pelatihan menulis

DRPM-FIB UI Gelar Pelatihan Menulis Gratis bagi Guru Sekolah Dasar
Poster pelatihan menulis gratis bagi guru SD se-Kecamatan Bojonggede

MONITORDAY.COM - Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat (DRPM) Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia (FIB-UI) menggelar pelatihan menulis bagi guru-guru SD se-Kecamatan Bojonggede. Pelatihan yang diikuti 33 peserta ini dilakukan secara daring melalui zoom meeting dalam lima kali pertemuan setiap hari Minggu, 27 September—25 Oktober 2020.

Maman S. Mahayana selaku instruktur mengatakan, pendidikan di sekolah dasar mesti menjadi basis dan titik berangkat dimulainya pembiasaan literasi. Berdasarkan pemikiran itu, pelatihan menulis bagi guru sekolah dasar (SD) menempati posisi strategis.

“Para guru perlu dibekali senjata yang dapat menanamkan, menumbuhkan, dan menyemarakkan kehidupan literasi,” kata Maman yang juga Dosen FIB UI ini kepada monitorday.com, Sabtu (07/11/20).

Selama proses pelatihan menulis berlangsung, para peserta tampak memiliki antusias yang tinggi. Hal itu dibuktikan dengan komitmen mereka yang tak pernah absen mengikuti pelatihan menulis. Terlebih selalu melaksanakan tugas-tugas yang diberikan pemateri di tiap akhir pertemuan.

“Meskipun ketikutsertaan para guru dalam pelatihan ini di tengah kesibukan mengerjakan tugas-tugas sekolah, mereka tetap merasa senang, karena metode pembelajarannya sederhana: praktik dan diskusi. Isinya memberi motivasi dan tantangan,” ujar Maman.

Materi-materi yang disampaikan dalam pelatihan ini antara lain, menulis surat, menceritakan pengalaman mengajar semasa pandemi, membuat profil sekolah, hingga menyusun cerita rakyat.

Dengan menekankan pada keterampilan, lanjut Maman, setiap akhir pertemuan peserta diberi tugas menulis. Materinya sengaja dipilih dengan mempertimbangkan tingkat kemudahan dan kesulitan.

“Materi menulis surat, misalnya, mengawali tugas mandiri pelatihan ini mengingat, menulis surat tentulah mudah dikerjakan para guru. Tugas kelima, dengan tingkat kesulitan yang relatif tinggi, peserta diminta menyusun cerita rakyat atau mitos yang berkembang di sekitar wilayah Bojonggede,” tutur Maman.

Selanjutnya, hasil tugas para peserta kemudian didiskusikan setelah sebelumnya dikoreksi cermat dan diberi komentar. Bagian diskusi itulah yang membuka mata para peserta, bahwa selama ini mereka abai pada bahasa nasionalnya sendiri. Hal ini dilakukan guna menumbuhkan kesadaran, bahwa menulis tidak sama dengan berbicara.

"Sekalian sebagai usaha menanamkan pembiasaan menulis cermat, hati-hati, dan pentingnya koreksi, editing, dan membaca ulang tulisan sendiri (self correction)," pungkas Maman.

“Berdasarkan tugas-tugas itu, tampak bahwa ada peningkatan kualitas tulisan, makin berkurangnya kesalahan teknis dan ejaan, dan adanya keberanian untuk membuat tulisan yang lebih lugas, judul-judul yang puitis, dan ungkapan yang lebih metaforis,” imbuh Kritikus Sastra ini kemudian.

 

Pelatihan Menulis Beri Pengaruh Positif

Berdasarkan pengakuan para peserta, pelatihan menulis yang digelar DRPM-FIB UI ini memberi pengaruh positif pada sikap berbahasa. Seperti yang disampaikan seorang Guru SDN Pabuaran bernama Netty Patryana. Ia mengaku, sejak mengikuti pelatihan tersebut dirinya jadi lebih sering membuka kamus saat menulis untuk menghindari kesalahan dalam penggunaan ejaan.

 “Saya jadi lebih berhati-hati saat menulis. Juga mulai sering membuka kamus dan pedoman ejaan,” ujar Netty.

Nuraini, Guru SD Kartika Sejahtera Tanjurhalang juga turut berbagi kesan selama mengikuti pelatihan menulis. Ia mengaku baru menyadari bahwa ternyata kunci dari menulis adalah percaya diri alias keberanian.

“Sebelum pelatihan, saya ragu, apakah saya bisa menulis. Tetapi, setelah pertemuan pertama dan kedua, keraguan itu hilang seketika. Kuncinya, keberanian menulis apa pun tanpa dibebani perasaan takut salah,” tukasnya.

 Arie Wijayantie, guru SDN Bojonggede 07 juga tak mau ketinggalan memberikan pengakuan. Ia bersyukur bisa mengikuti pelatihan menulis ini. Menurutnya, metode yang digunakan pemateri membuat suasana pelatihan menulis jadi menyenangkan.

 “Suasananya jadi menyenangkan, ketika instruktur menayangkan kalimat para peserta yang logikanya terbalik-balik, dan narasinya ngelantur ke mana-mana. Kalimat-kalimat itu jadinya lucu!” ujarnya.