Digitalisasi dan Masa Depan Perbankan

MONITORDAY.COM - Orang perlu pinjaman baik untuk kebutuhan produktif maupun konsumtif. Modal usaha sebagian harus dipinjam dari pihak lain. Baik untuk memulai ataupun melakukan ekspansi usaha. Orang juga membutuhkan KPR, kredit kendaraan, bahkan transaksi yang relatif kecil atau sering menggunakan kartu kredit. Yang dalam perkembangannya volume transaksi juga semakin meningkat seiring pertumbuhan ekonomi, gaya hidup dan teknologi.
Intinya semakin banyak orang membutuhkan layanan finansial. Transaksi yang aman, nyaman, cepat dan fleksibel. Kebutuhan itu dijawab oleh lahirnya fintech, e-money, e-wallet, mata uang digital, mata uang kripto, aset kripto, dan beragam inovasi produk keuangan modern berbasis digital.
Meski begitu masih banyak orang yang belum melek perbankan. Mereka belum mendapat akses perbankan dengan latar belakang dan alasan yang beragam. Pada 2008 dan setelah lebih dari 100 tahun pertumbuhan cabang bank yang luar biasa, inklusi keuangan masih belum ada separuh penduduk di planet ini. Pada 2011, hanya 51 persen dari populasi dunia yang memiliki rekening bank.
Bantuan sosial tunai melalui rekening bank mendorong inklusi finansial. Kalangan menengah ke bawah kini mau tak mau punya rekening agar berbagai bantuan sosial dapat diterima. Bantuan tunai yang sejatinya tak lagi tunai karena dikirim melalui transfer atau pemindahbukuan ke rekening penerima.
Perbankan bersaing dengan fintech. Meski perbankan konvensional sendiri juga beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan platform teknologi finansial. Kini dengan Gerbang Pembayaran Nasional transaksi non tunai semakin mudah. Hampir tak terkendala dan amat cepat.
Sejalan dengan hal itu muncul bank mini atau bank digital. Para investor termasuk pemilik bank besar pun masuk ke dalam bisnis ini. Bank mini dianggap mampu mengimbangi sepak terjang fintech. Bahkan menjadi tempat bertemunya ekosistem perbankan dengan fintech. Seperti tampak dalam pendirian Bank Jago yang sebagian sahamnya dimiliki GoTo.
Pada prinsipnya publik memerlukan layanan yang adil dan menguntungkan. Bagi kalangan muslim kehadiran bank digital dan fintech dapat menjadi jembatan terwujudnya ekosistem keuangan syariah. Algoritma semakin kuat perannya dalam menghubungkan lender dengan borrower. Konsep bagi hasil semakin mungkin digulirkan.
Sebagaimana banyak diramalkan para ahli ekonomi dan perbankan masa depan keuangan dunia sangat mungkin akan berubah. Termasuk diantaranya peran dan fungsi perbankan yang selama ini menjadi jembatan bagi kalangan bisnis dan nasabah pada umumnya dalam membangun struktur modal, mengakses pembiayaan, berinvestasi dan melakukan berbagai transaksi pembayaran.
DI masa depan mamanya mungkin tetap bank tetapi substansinya lebih dekat dengan perusahaan teknologi penyedia layanan transaksi finansial.