Di Balik Langkah Strategis Holdingisasi BUMN Industri Pertahanan

Di Balik Langkah Strategis Holdingisasi BUMN Industri Pertahanan
ilustrasi radar jangkauan sedang/ net

MONITORDAY.COM - Apakah Indonesia harus selalu membeli senjata dan piranti yang terkait dengan sistem pertahanan? Tentu saja tidak. Secara bertahap Indonesia harus semakin mandiri. Industri pertahanan terutama BUMN terkait harus memiliki langkah dan rencana yang jelas. Disamping itu industri pertahanan tidak hanya mencakup Industri senjata. Bahkan dalam suasana damai, Industri pertahanan biasanya lebih sedikit memproduksi alat perang. 

Industri harus dibangun dan dikelola dengan efisien. Tak terkecuali industri pertahanan. Terkait dengan upaya agar BUMN industri pertahanan Indonesia dapat tumbuh lebih kuat maka Kementerian BUMN mengambil langkah holdingisasi industri terkait. Sebagai negara dengan luas wilayah yang besar Indonesia membutuhkan sistem pertahanan dengan dukungan peralatan yang memadai. 

Langkah holdingisasi ini dipandu oleh sebuah visi atas masa depan pertahanan Indonesia ditinjau dari sisi kepentingan Industri nasional dan kepentingan pertahanan dan keamanan negara. Holding BUMN Industri Pertahanan (Indhan) Defend ID berkomitmen sepenuhnya untuk membangun industri pertahanan nasional yang maju, kuat, mandiri, berdaya saing dan terkemuka di pasar global.

PT Len Industri selaku induk holding dengan empat anggota Indhan lainnya, yaitu PT Dirgantara Indonesia, PT PAL Indonesia, PT Pindad, dan PT Dahana. BUMN seperti PT Len Industri mungkin belum dikenal luas oleh publik. Salah satu produk BUMN ini adalah produk komunikasi pertahanan termasuk diantaranya adalah sistem radar. Publik mungkin lebih mengenal Pindad sebagai pabrik sebagai pabrik senjata dan kendaraan tempur, PTDI sebagai pembuat pesawat terbang, PT PAL sebagai pembuat kapal laut, dan PT Dahana sebagai pembuat bahan peledak.    

Tujuan jangka panjang holding ini adalah menciptakan kemandirian alpalhankam (alat peralatan pertahanan dan keamanan) TNI dan POLRI, mengintegrasikan industri pendukung C5ISR (Command, Control, Communication, Computer, Cyber, Intelligence, Surveillance, and Reconnaissance) dan energetic material, pengembangan supply chain, serta mendukung program prioritas pemerintah.

Industri pertahanan harus mengembangkan dua jalur produksi, yaitu jalur memproduksi barang-barang umum dan memproduksi kebutuhan pertahanan negara. Dengan demikian industri tersebut dapat berkembang secara mandiri dan menjadi industri yang berdaya saing. Kinerja keuangan industri pertahanan harus tumbuh dengan baik. Termasuk dengan dukungan penjualan produk komersial yang tidak terkait langsung dengan senjata.  

Perbandingan kapasitas antara jalur pertama dengan jalur kedua tergantung pada situasi yang dihadapi. Dalam keadaan damai jalur pertama lebih besar, sedangkan pada keadaan darurat/perang harus mampu dikembangkan dengan cepat melalui konvensi atau transformasi sejalan dengan tuntutan kebutuhan pertahanan negara yang meningkat. 

Karena industri pertahanan bergerak di bidang pemenuhan kebutuhan partahanan, maka diperlukan institusi pembina yang menjembatani kepentingan Angkatan Bersenjata sebagai konsumen dengan industri sebagai produsen. Dalam menghadapi keadaan darurat/perang, industri pertahanan merupakan sandaran utama bagi pelaksanaan mobilitas industri. Karena itu harus sudah terinventarisasi dan teridentifikasi sedini mungkin pada waktu damai.