Dari Rangga Hingga Roman, Para Pujangga di Era Pop

Puisi dengan demikian tidak eksklusif saja bagi pujangga dan penikmat karya sastra yang intens.

Dari Rangga Hingga Roman, Para Pujangga di Era Pop
Roman (aku kenal entertainment)

MONDAYREVIEW.COM - 28 April 1949 penyair Chairil Anwar meninggal dunia. Chairil Anwar adalah nama yang terus bergaung meski raganya telah berkalang tanah. Puisi-puisinya intens dipelajari di bangku-bangku sekolah. Siapa yang tidak terpesona dengan “kejalangan” kata-katanya?

Chairil Anwar bersalin rupa menjadi produk pop dalam film Ada Apa Dengan Cinta?. Melalui film AADC?, puisi-puisi Chairil Anwar kembali ditelaah dan ditelusuri. Puisi dan karya pop memang menjadi paduan yang menarik. Bagaimana puisi sesungguhnya merupakan hal yang bisa lekat dengan keseharian dan bisa dibuat oleh khalayak luas. Puisi dengan demikian tidak eksklusif saja bagi pujangga dan penikmat karya sastra yang intens.

Dalam karya pop kekinian, kita juga menemui pada sosok Roman dalam sinetron Roman Picisan. Dikisahkan sang tokoh utama ini merupakan seorang yang sastrais. Chairil Anwar, WS Rendra, Kahlil Gibran merupakan deretan nama penyair yang dikagumi Roman. Dalam sinetron stripping tersebut puisi-puisi Roman kerap muncul. Menghadapi situasi tertentu, Roman tak segan mengungkapkannya dalam puisi.

Sementara itu dosen program studi Sastra Indonesia Universitas Negeri Jakarta, Irsyad Ridho menyatakan puisi terus berkembang, tidak hanya di kota-kota besar.

“Saya kira berkembang terus ya perpuisian di Indonesia. Sudah banyak generasi baru yang menuliskan dan membacakan puisi sejak 5-10 tahun. Sudah banyak yang berkontribusi tak hanya di Jakarta namun juga di daerah-daerah, justru di daerah yang tumbuh subur,” ungkap Irsyad Ridho ketika menjadi juri dalam Festival dan Lomba Literasi PKLK 2017 di Pekanbaru, Riau.