CEO MMG Ajak Media Beritakan Covid-19 dengan Pemberitaan Humanis
"Soal pandemi virus Covid-19 ini pemberitaan humanisme ditonjolkan oleh media-media di China. Berbeda di Indonesia, pemberitaan media sangat kental unsur sensasional, politik dan juga merembet ke agama," ujar CEO MMG, Muchlas Rowie.

MONITORDAY.COM - Pemberitaan media cetak, elektronik, dan online mengenai pandemi virus Corona alias Covid-19 berseliweran begitu masif di jagat media sosial (Medsos). Nahasnya, berita yang diproduksi oleh 'sejumlah' media cenderung bernuansa negatif, sehingga terasa hambar dikonsumsi publik.
Alih-alih memberikan informasi yang edukatif kepada masyarakat tentang pencegahan virus Corona, berbagai media justru memberikan kegaduhan di masyarakat sebab lebih mementingkan berita yang memuat sensasi dari pada substansi.
Sebut saja misalnya, berita tentang banyaknya korban yang terpapar virus Corona, kemudian berita tentang drop-nya pasar modal, rush di pusat perbelanjaan, dan lain-lain.
Menanggapi hal itu, Chief Executive Officer (CEO) Monday Media Group (MMG), Muchlas Rowie mengingatkan agar setiap awak media di seluruh Indonesia dapat menyampaikan berita-berita yang bersifat humanis ke publik.
"Lebih baik menjadi relawan dalam mencari berita Humanisme ketimbang mencari berita untuk mencari sensasi," katanya di Jakarta, Rabu (18/03/20).
Menurut Muchlas, media-media di Indonesia harus belajar banyak dari China. Meskipun China diterpa virus Corona, tapi Media di negara Tirai Bambu tersebut mengulas berita Covid-19 dengan kemasan yang sangat berbeda, sehingga tak memunculkan kepanikan di tengah-tengah masyarakat.
"Soal pandemi virus Covid-19 ini pemberitaan humanisme ditonjolkan oleh media-media di China. Berbeda di Indonesia, pemberitaan media sangat kental unsur sensasional, politik dan juga merembet ke agama," ujar Muchlas.
Lebih lanjut ia menilai, saat ini media menyoroti ungkapan mengaitkan virus dengan agama tertentu, sehingga penderita COVID19 yang namanya diexpose langsung dibuatkan narasi latar belakang dengan fantasi pembaca masing masing.
Belum lagi dikatakan Muchlas, pemerintah daerah tertentu melakukan tindakan reaktif yang tak selaras dengan pemerintah pusat, yang malah menimbulkan kegalauan dikalangan rakyat.
"Kebijakan reaktif itu membahayakan jadi perlu dipikirkan dan benar-benar dikaji akibatnya. Ingat jadi pemimpin jangan reaktif membuat kebijakan," tegas Muchlas.