Catatan Kecil dari Bisnis Taksi Online
Driver taksi online di Semarang saat ini katanya sudah mencapai 12 ribu orang.

DALAM suatu perjalanan di kota Semarang, saya memanfaatkan jasa taksi online untuk menuju Bandara Ahmad Yani di Semarang. Saya biasa menggunakan waktu sela untuk mengobrol dengan pengemudi, sebut saja namanya Budi.
Mas Budi sudah dua tahun lebih menjadi driver taksi online. Sebelumnya dia menjadi sopir bus antar provinsi. Di awal menjadi driver taksi online, sangat mudah baginya mendapatkan pemasukan 15 juta dalam sebulan. Dikurangi biaya operasional dan cicilan mobil yang harus dibayar, uang 8 juta lebih bisa didapat. Untuk ukuran pendapatan di kota Semarang angka tersebut tentu cukup lumayan.
Namun belakangan ini untuk bisa mencapai pemasukan 5 juta saja sangat berat. Driver taksi online di Semarang saat ini katanya sudah mencapai 12 ribu orang. Jumlah itu sudah melebihi kapasitas antara pengguna jasa dengan pemberi jasa. Jumlah 12 ribu tersebut juga menjadi penyumbang kemacetan kota Semarang yang cukup signifikan. Kata Mas Budi, kalau kita lihat mobil mobil ukuran 1200an cc berseliweran di jalan dan berhenti di pinggir pinggir jalan, itu umumnya taksi online.
Ironisnya, pemilik aplikasi taksi online tidak pernah berfikir untuk membatasi apalagi mengurangi pengemudi taksi online. Bagi pemilik aplikasi, semakin banyak yang mendaftar jadi driver taksi online semakin bagus dan menguntungkan. Yang menarik pula, menurut Mas Budi sekarang penjualan mobil juga semakin meningkat karena banyak yang digunakan untuk taksi online.
Fenomena bisnis taksi online yang saya dapatkan dari Mas Budi tadi sepertinya tidak hanya menjadi trend di Semarang saja, tetapi juga hampir menjadi trend di beberapa kota besar lainnya. Bahkan Menteri Tenaga Kerja RI Hanif Dakhiri pernah dengan bangga mengatakan bahwa saat ini tingkat pengangguran di Indonesia mencapai titik terendah sepanjang sejarah pasca Refornasi, yaitu di angka 5,5%, dan bisnis taksi online merupakan salah satu penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Saya tidak tahu apakah kita harus bersyukur dengan keadaan ini. Saya juga tidak tahu akan seberapa lama bisnis taksi online ini akan tetap menjadi primadona dan benar benar bisa menjadi solusi penyerapan tenaga kerja yang produktif. Saya agak khawatir bahwa pilihan menjadi driver taksi online adalah pilihan pekerjaan sementara di tengah sulitnya mencari lapangan kerja yang tersedia, dan banyaknya pekerja yang dirumahkan oleh perusahaan.
Kembali ke Mas Budi, ketika saya tanya kenapa dengan pendapatan yang semakin mengecil kok tetap bertahan sebagai driver taksi online? Dia menjawab, sudah terlanjur ambil kredit dari mobil yang dipakainya. Kalau tidak ingin mobilnya disita maka dia harus tetap bertahan di bisnis ini. Dan yang lebih penting lagi, mencari pekerjaan sekarang juga cukup susah. Ya, semoga Mas Budi tetap bisa bertahan dan sukses melunasi kredit mobilnya.
Selamat memperingati Hari Buruh Internasional 1 Mei 2018. Semoga kita akan mendapat harapan baru masa depan yang lebih baik.