Cadangan Logistik Strategis

Mempertahankan diri adalah naluri manusia. Bertahan dari ancaman dan bencana untuk melanjutkan kehidupannya. Kebutuhan pangan menjadi salah satu unsur penting untuk bertahan hidup. Pandemi virus korona membawa manusia pada kesadaran baru bahwa cadangan logistik perlu dipersiapkan secara sistemik.

Cadangan Logistik Strategis
ilustrasi panen padi/net

MONDAYREVIEW.COM –  Mempertahankan diri adalah naluri manusia. Bertahan dari ancaman dan bencana untuk melanjutkan kehidupannya. Kebutuhan pangan menjadi salah satu unsur penting untuk bertahan hidup. Pandemi virus korona membawa manusia pada kesadaran baru bahwa cadangan logistik perlu dipersiapkan secara sistemik.  

Program Badan Cadangan Logistik Strategis (BCLS) berfungsi untuk mendukung ketahanan pangan negara dalam menghadapi kondisi tertentu, baik karena bencana alam, maupun non alam. Program itu meliputi ketersediaan cadangan logistik strategis yang mencakup karbohidrat, protein, cadangan farmasi, dan obat-obatan. Disamping itu juga cadangan energi strategis bahan bakar minyak terbarukan.

Kondisi ketersediaan pangan di tiap provinsi tidak sama, dalam hal ini ada daerah yang surplus dan defisit. Untuk itu, mengembangkan sistem logistik pangan sangat penting guna menjamin kelancaran distribusi pangan yang terjangkau dan merata ke seluruh wilayah Indonesia.

Sistem logistik pangan nasional yang kuat harus bertumpu pada empat strategi, yaitu peningkatan produksi, perbaikan sistem distribusi, pengembangan kelembagaan, dan mendorong konsumsi pangan lokal. Kelembagaan distribusi pangan, harus diperkuat dan dikelola oleh BUMN sebagai national hub dan BUMD sebagai regional hub yang dilakukan dengan pengendalian bersama oleh stakeholder terkait.

Menurut Guru Besar IPB, Yandra Arkeman perlu sistem logistik pangan yang menjamin akurasi, presisi, real time dan transparan. Pentingnya  sistem logistik pangan ini dianalogikan seperti GPS yang mampu memetakan wilayah yang padat dan lancar, dari daerah surplus ke defisit. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah sistem logistik pangan presisi tinggi.

Sehingga kita tahu cabai di suatu provinsi itu minggu depan tersedia atau tidak, kalau tidak tersedia kita lakukan intervensi. Penting untuk meningkatkan Cadangan Pangan Pemerintah Daerah (CPPD) dan juga lumbung pangan masyarakat (LPM).

Terlebih lagi berdasarkan BMKG, Indonesia akan menghadapi musim kering pada akhir Juni sampai Agustus yang akan berpengaruh terhadap produksi pangan. Jika kita bisa kelola dengan baik dan menyiapkan CPPD dan LPM, sekarang inilah momentumnya untuk melewati musim kering yang akan kita hadapi ke depan.

Selain menggenjot produksi, dalam strategi pengembangan sistem logistik pangan nasional, Penting untuk mendorong pengembangan pangan lokal. Hal ini penting mengingat pandemi ini memaksa setiap negara untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri dan cenderung menahan ekspor produk pangannya. 

Sumber karbohidrat misalnya, tidak hanya beras. Jadi lupakan pangan impor, konsumsi produk pangan lokal kita, produksinya kita tingkatkan. Pemerintah mengembangkan industri pangan lokal dengan fokus pada pengembangan tepung lokal.

Pengembangan Industri Pangan Lokal (PIPL) yang  mempunyai tujuan untuk mengurangi penggunaan terigu yang sepenuhnya berasal dari impor.Tujuannya sederhana, kita punya grand desain untuk mengurangi impor gandum 10 juta per tahun, itu kita ingin gantikan 10% saja dengan tepung lokal kita.

Menurut Guru besar IPB Muhammad Firdaus pangan lokal sangat penting sebagai salah satu komponen dari strategi pengembangan sistem logistik pangan nasional. Pandemi ini, menurut Firdaus, melahirkan pola baru konsumsi pangan yang lebih berimbang (new diet). Karena itu, dia menyebut dua skenario diversifikasi pangan, yaitu diversifikasi pangan karbohidrat non beras saja, dan diversifikasi ke sumber pangan non karbohidrat seperti kacang, protein hewani, sayur, dan buah.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat atau PUPR melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (SDA) mengalokasikan Rp8,68 triliun untuk penugasan dukungan terhadap ketahanan pangan yang terdiri dari pengembangan lumbung pangan (food estate) dan percepatan bendungan pada 2021. Demikian menurut Direktur Jenderal SDA Jarot Widyoko sebagaimana dilaporkan Antara.

Untuk food estate dan percepatan bendungan kurang lebih Rp8,68 triliun. Dukungan terhadap ketahanan pangan ini merupakan bagian dari penugasan ketahanan pangan, kawasan industri, dan pengendalian banjir dengan total anggaran Rp14,03 triliun pada 2021.

Dukungan terhadap pengembangan kawasan industri di mana terdapat dua yakni kawasan industri Batang dan kawasan industri Subang mendapat alokasi anggaran sebesar Rp1,57 triliun. Sedangkan untuk dukungan program pemulihan ekonomi nasional atau PEN sekitar Rp75 miliar. Dan untuk pengendalian banjir Jakarta serta daerah lainnya sebesar Rp3,70 triliun.

Sebelumnya Kementerian PUPR mengungkapkan bahwa peningkatan ketahanan pangan merupakan salah satu dari enam program prioritas kementerian pada tahun 2021. Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan untuk meningkatkan ketahanan pangan dilakukan pengembangan food estate di Kalteng.

Pertama, untuk tanaman padi di lahan aluvial seluas 165 ribu hektare pada lahan Eks-Pengembangan Lahan Gambut (PLG).

Kedua, untuk tanaman singkong dengan leading sektor Kementerian Pertahanan seluas 60 ribu hektare. Sebagai tahap awal akan mulai dikerjakan peningkatan dan rehabilitasi irigasi seluas 32 ribu hektare pada Oktober 2020 yang terdiri dari 30 ribu hektare di kawasan dengan kondisi sawah dan irigasi baik, serta 2.000 hektare di Kecamatan Dadahup.

Selain itu dilakukan kegiatan pengembangan irigasi baru seluas 25 ribu hektare antara lain Jambo Aye, Batang Asai, Slinga, Bintang Bano, Tingal, Karau, Amandit, dan Rehabilitasi dan peningkatan irigasi 250 ribu hektare di Kabupaten Kapuas dan Pulang Pisau (Food Estate Kalteng), Cikunten, Manganti, Batang Ilung, Batanghari, termasuk irigasi tambak dan jaringan Irigasi Tanah (JIAT) dengan alokasi anggaran sebesar Rp12,5 triliun.