Berebut Batas Di Lembah Galwan
Pertempuran brutal tanpa senjata api terjadi di perbatasan di Lembah Galwan, kawasan Ladakh, perbatasan Tiongkok-India. Di tengah malam buta dua seteru bertemu. Konflik berdarah tak bisa dicegah. Suasana panas membara walau dingin menggigit kulit di ketinggian 14.000 kaki atau 4.267 meter dpl.

MONDAYREVIEW.COM - Pertempuran brutal tanpa senjata api terjadi di perbatasan di Lembah Galwan, kawasan Ladakh, perbatasan Tiongkok-India. Di tengah malam buta dua seteru bertemu. Konflik berdarah tak bisa dicegah. Suasana panas membara walau dingin menggigit kulit di ketinggian 14.000 kaki atau 4.267 meter dpl. Sebagai perbandingan Gunung Semeru di Jawa Timur tingginya 3.676 meter dpl.
Tak kurang dari 20 tentara India tewas termasuk seorang kolonel karena luka parah dan kedingingan. Mereka dari Resimen Bihar yang mengingatkan kita pada tentara Sepoy atau Gurkha yang pernah bertempur di Surabaya di tahun 1945. Tentara Bihari dikenal dengan kemampuan beladirinya. Tiongkok sendiri belum mengumumkan jumlah korban jiwa di kubu mereka namun intelijen AS memperkirakan telah melayang 34 arwah Tentara Merah.
Dua negara ini memiliki penduduk terbanyak di dunia. Keduanya juga memiliki senjata nuklir. Namun dalam konflik berdarah terakhir ini pertempuran ‘gaya lama’ yang terjadi. Kedua negara terikat dengan perjanjian untuk tidak menggunakan senjata api. Toh banyak juga korban jiwa yang meregang nyawa.
Akarnya masalah klasik yang tak jua mampu dijembatani. Perang perbatasan India-Tiongkok terjadi tahun 1962. Sejak itu berbagai insiden telah terjadi di dekat Danau Pangong yang disengketakan di Ladakh dan Daerah Otonomi Tibet, serta perbatasan antara Sikkim dan Daerah Otonomi Tibet.
Selain itu, pertemuan langsung sedang berlangsung di lokasi-lokasi di Ladakh timur, di sepanjang Garis Kontrol Aktual (LAC) yang merupakan hasil dari Perang Sino-India 1962. Pada pertengahan Juni, pasukan Tiongkok keberatan dengan pembangunan jalan India di lembah Sungai Galwan.
Berbagai alasan telah dikutip sebagai pemicu pertempuran kecil ini. Profesor MIT Taylor Fravel mengatakan bahwa ini adalah tanggapan dari Tiongkok terhadap pengembangan infrastruktur India di Ladakh, khususnya Jalan Darbuk – Shyok – DBO.
Insiden ini adalah bagian dari unjuk kekuatan bagi Tiongkok di tengah pandemi COVID-19 yang telah merusak ekonomi Tiongkok dan reputasi internasional. India sendiri termasuk negara yang masih berkutat dengan pandemi yang diduga menyebar dari Wuhan ini. Lockdown yang diterapkan di India diberlakuan dengat sangat keras hingga berdampak mengenaskan pada kalangan masyarakat miskin urban.
Tiongkok memang menghadapi tekanan berat. Lobsang Sangay, Presiden pemerintahan Tibet di pengasingan, menyatakan bahwa Tiongkok meningkatkan masalah perbatasan karena masalah internal di dalam Tiongkok dan tekanan internasional diberikan pada Tiongkok atas COVID-19.
Global Times, yang dimiliki oleh pemerintah Tiongkok, menyalahkan India atas pertikaian dan mengklaim bahwa India "secara ilegal membangun fasilitas pertahanan melintasi perbatasan ke wilayah Tiongkok di wilayah Lembah Galwan."
Long Xingchun, seorang peneliti senior di Universitas Studi Asing Beijing, menulis bahwa gesekan perbatasan adalah "kecelakaan." India jelas menyadari bahwa wilayah Lembah Galwan ada di wilayah Tiongkok.
Pada tanggal 26 Mei, pemimpin Tiongkok Xi Jinping mendesak militer untuk mempersiapkan skenario terburuk dan meningkatkan kesiapsiagaan pertempuran. Lebih jauh, dia mengatakan bahwa pandemi COVID-19 membawa perubahan besar pada lanskap global tentang keamanan dan pembangunan Tiongkok.
Diplomasi menjadi harapan komunitas internasional agar konflik dapat diselesaikan tanpa pertumpahan darah. Apalagi tak jauh dari sana ada konflik India-Pakistan di Kashmir. Juga masalah pendudukan Tiongkok atas Tibet yang masih menyisakan ganjalan terutama dalam penegakan HAM.