Berapa Jumlah Wirausahawan Kita?

Di kalangan milenial terjadi perubahan orientasi kerja. Banyak yang sudah memantapkan diri untuk menjadi wirausahawan. Dan sejak dini mereka membangun basis bisnisnya. Namun dalam fase transisi ini sebagian pencari kerja belum ‘move on’ dari cerita lama. Menjadi ASN atau bekerja di perusahaan besar dan bonafit masih menjadi impian banyak pencari kerja di Indonesia.

Berapa Jumlah Wirausahawan Kita?
(c)cartoonstock

MONDAYREVIEW.COM -  Di kalangan milenial terjadi perubahan orientasi kerja. Banyak yang sudah memantapkan diri untuk menjadi wirausahawan. Dan sejak dini mereka membangun basis bisnisnya. Namun dalam fase transisi ini sebagian pencari kerja belum ‘move on’ dari cerita lama. Menjadi ASN atau bekerja di perusahaan besar dan bonafit masih menjadi impian banyak pencari kerja di Indonesia.

Untuk sementara orang gaji tetap dan seragam berpangkat melambangkan gengsi dan reputasi? Mungkin saja! Kepastian masa depan menjadi alasan. Padahal untuk menjadi bangsa besar kita membutuhkan lebih banyak wirausahawan. Pun para pegawai kantoran harus memiliki wawasan kewirausahaan agar lembaga yang menaunginya dijalankan di atas prinsip Good and Clean Governance (GCG).

Coba kita tengok pendapat ahli. Sosiolog David McCleland mengemukakan bahwa, apabila sebuah negara ingin menjadi makmur, minimal sejumlah 2% dari prosetase keseluruhan penduduk di negara tersebut menjadi wirausahawan. Wah, besar juga ya?

Mengapa dengan semakin banyak wirausahawan disuatu negara akan meningkatkan daya saing negara tersebut ? Sebuah negara yang memiliki wirausahawan banyak tentunya akan mendapatkan penghasilan yang besar dari sektor pajak, atas kegiatan ekonomi yang mereka lakukan, coba bayangkan apabila suatu negara terlalu banyak pegawai negeri sipil yang kurang atau bahkan tidak produktif, maka mereka setiap bulan memakan anggaran negara untuk menggaji mereka, namun sumbangsih mereka pada perekonomian nasional sangat minim baik dari segi pajak maupun tingkat konsumsi.

Indonesia sendiri sampai saat ini menurut sebuah riset jumlah penduduk yang menjadi wirausaha baru sekitar 0,18% di tahun 2012. Pada tahun 2016, rasio wirausaha di tanah air baru 1,65 persen, hingga akhir tahun 2017 telah mencapai lebih dari 3,1 persen. Pada 2019 ditargetkan mencapai 5%.

Menurut Kemenperin, walaupun sudah mencapai 8,06 juta jiwa namun jumlah wirausaha di Indonesia masih terbilang rendah, dibanding negara lain. Kondisi perekonomian Indonesia tertinggal jauh dari negara tetangga yaitu Singapura yang memiliki prosentase wirausaha sebesar 7%, Malaysia 5%, China 10%, apalagi jika harus dibandingkan dengan negara adidaya Amerika Serikat yang hampir 13% penduduknya menjadi wirausahawan.

Pengetahuan seputar kewirausahaan yang tumbuh dan berkembang akan membangkitkan semangat masyarakat Indonesia khususnya generasi muda atau mahasiswa, untuk ikut menciptakan lapangan kerja dengan berwirausaha. Kemandirian dan reputasi sebagai pengusaha harus ditanamkan. Apresiasi pada niat, cita-cita, dan usaha untuk menjadi pengusaha yang mandiri harus terus-menerus digelorakan.

Tidak hanya menjadi pencari kerja (job seeking). Itulah kata kuncinya! Dengan dilandasi semangat kebangsaan dan jiwa patriotisme bahwa bangsa Indonesia harus mampu bersaing dikancah percaturan perekonomian dunia. Perang ekonomi atau perang dagang terjadi tanpa mengenal waktu. Intervensi modal asing bak simalakama. Kita membutuhkan investasi tapi kita juga tak mau dijajah oleh modal asing.  

Dengan semakin banyak penduduk menjadi wirausaha, maka ekonomi mereka akan mandiri, tidak akan bergantung pada sistem ekonomi yang bergantung pada para pemodal. Distribusi modal akan semakin merata. Pun modal akan berputar lebih produktif. Bukan mengendap di sektor finansial dan menjadi utang bunga berbunga.

Pemerintah harus pro aktif menyediakan modal bagi para pengusaha agar benar-benar produktif dengan bunga yang kompetitif, dan tidak menghancurkan pengusaha maupun pemerintah. Modal produktif memang bertumpu pada kredit. Tentu ini harus difahami sebagai konsekuensi dari sistem perekonomian kapitalistik yang meniscayakan kehadiran modal untuk menggerakkan ekonomi suatu negara. Namun modal utama sesungguhnya adalah wawasan dan keterampilan warga bangsa dalam berwirausaha.

Hasil keuntungan usaha mereka akan disimpan di bank-bank dalam negeri, sehingga perputaran uang semakin lancar, dengan hal tersebut modal mereka akan bertambah sehingga mampu menembus pangsa pasar global. Kreatif, inovatif dan tangguh menjadi kata kuncinya.

Produktivitas para wirausahawan akan menaikkan neraca ekspor-impor dan akan menambah devisa negara secara signifikan, maka dengan hal tersebut sangatlah jelas, bahwa kewirausahaan memiliki peran yang sangat penting untuk menaikkan harkat martabat suatu bangsa dikancah internasional.

Selanjutnya ditinjau dari segi GNP (Gross National Product), apabila semakin banyak uang yang dihasilkan oleh putra-putri bangsa Indonesia, karena berwirausaha maka uang yang dihasilkan berpeluang semakin besar, berbeda dengan gaji yang nominalnya relatif tetap.

GNP merupakan keseluruhan barang dan jasa yang diproduksi warga negara penduduk tersebut dimanapun berada (di dalam dan luar negeri). Meningkatnya GNP ini akan semakin memperkuat ekonomi nasional secara makro, dan mempercepat roda pembangunan nasional, karena ketersediaan anggaran semakin meningkat.