ATUPSI Gelar Morning Talkshow Transformasi Perpustakaan Di Era Disrupsi
Tantangan di Era disrupsi menuntut perpustakaan harus berinovasi

MONITORDAY.COM - Pergeseran perpustakaan di era disrupsi ini berdampak pada perpustakaan dan pustakawan. Hal ini terungkap di Morning Talkshow Asosiasi Tenaga Perpustakaan Sekolah indonesia (ATUPSI) pada jum'at (29/11/2019) yang menghadirkan sejumlah pakar ternama seperti Ir. Ferry Yulmarino, M.Ed., Kepala Subdirektorat Peningkatan Kompetensi dan Kualifikasi, sebagai pihak yang mewakili Direktur Pembinaan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK), Founder IOS (Indonesia One Search), Media Kernels Indonesia & Drone Emprit, Ismail Fahmi,Ph.D, Ketua Umum ATUP SI, Muhammad Ihsanudin, M. Hum, berupaya menjawab tantangan perpustakaan di era disrupsi ini.
Talkshow yang dipandu Ketua Atupsi Kota Cirebon, Hariyani Prasetyaningtyas mengawali isu perpustakaan yang menjadi perhatian di era disrupsi ini, dengan ragam tantangan yang dihadapi tenaga pendidik terlebih pustakawan dituntut harus berani berinovasi karena Era disrupsi memunculkan fenomena ketidakpastian dengan perubahan yang sangat cepat.
"Salah satu diantaranya adalah perkembangan infrastuktur teknologi informasi dan komunikasi yang tidak linear, melainkan eksponensial dan mengalami proses perubahan yang semakin adaptif terhadap kehidupan manusia" sorot Ketua Atupsi Jabar saat memandu Talkshow ATUPSI di ruang Serbaguna Perpusdikbud, jl Jendral Sudirman Senayan Jakarta.
Selanjutnya, Kepala Subdirektorat Peningkatan Kompetensi dan Kualifikasi yang mewakili Dirjen GTK menyebutkan berbagai upaya terus digalakkan dan ditingkatkan, oleh karena itu konstitusi mengamanahi Dirjen GTK untuk menyelengarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di Bidang pembinaan guru, pendidik lainnya dan tenaga kependidikan salah satunya pustakawan. Karenanya, Dirjen GTK concern pada perumusan kebijakan pengembangan tenaga perpustakaan, strategi pengembangan termasuk meningkatkan kompetensi Pustakawan Sekolah.
Sebagai upaya mendukung kebijakan pemerintah, Ismail Fahmi mengembangkan perpustakaan digital IOS (Indonesia One Search), sebuah portal web untuk menjelajah pengetahuan Indonesia. IOS telah menjadi wadah bagi seluruh perpustakaan di Indonesia dalam satu jejaring perpustakaan digital nasional.
Lulusan Universitas Groningen jurusan Information Science ini juga membeberkan saat ini telah terintegrasi sejumlah 9,770,363 rekod. Koleksi ini dikumpulkan dengan metode harvesting otomatis dari repositori milik organisasi mitra yang berasal dari berbagai sektor, yaitu; 1.231 institusi, 1.523 perpustakaan dan 5.833 institusional repositori di Indonesia.
"Jumlah ini akan terus berkembang. Ke depan, layanan IoS akan digunakan untuk mendeteksi plagiarisme sehingga meningkatkan kualitas riset dan kualitas pendidikan di Indonesia" bebernya
Pada kesempatan yang sama, Ketum Atupsi lebih menekankan pada sinergitas antar stakeholders (pemangku kepentingan) dalam membangun perpustakaan sekolah yg sesuai dengan kebutuhan pemustaka di era digital ini. Dirinya juga mendukung Transformasi Pelayanan Perpustakaan Umum Berbasis Institusi Sosial yang digagas okeh Perpustakaan Nasional.
Kesempatan yang sama, peserta antusias mengikuti talkshow dengan mengajukan sejumlah pertanyaan perihal tema talkshow. Mereka akui, talkshow yang dimotori ATUPSI sangat bermanfaat terutama para pustakawan. Selain itu, plakat apresiasi juga diberikan kepada setiap narasumber yang sudah menuangkan gagasan terbaik terkait perpustakaan dan era disrupsi saat ini.
Diakhir Morning Talkshow ATUPSI, Hariyani Prasetyaningtyas yang disapa Yayas menandaskan, perpustakaan harus dapat berfungsi sebagai katalisator perubahan budaya mengingat setiap perubahan perilaku pada masyarakat pada hakekatnya adalah perubahan budaya masyarakat dan perpustakaan harus dapat membangun ekosistem pengetahuan dan literasi masyarakat.
"Perpustakaan juga berfungsi sebagai jembatan komunikasi dan informasi antara masyarakat, pemerintah, swasta, lembaga pendidikan, lembaga riset, penerbit, peneliti, usaha rekaman, museum, pengarsipan, dan media massa, serta perpustakaan harus mampu melakukan mobilisasi pengetahuan melalui berbagai cara termasuk kemas ulang informasi. Mobilisasi pengetahuan dapat memberikan masukan-masukan berharga kepada para pengambil keputusan sebagai masukan dari masyarakat" tutupnya