Antisipasi Dini Hadapi Letusan Gunung Merapi
BNPB terus memastikan kesiapsiagaan semua pihak, khususnya di tingkat desa, dalam menghadapi ancaman bahaya letusan Gunung Merapi dan pandemi Covid-19.

MONDAYREVIEW.COM – Gunung Merapi merupakan salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia bahkan dunia. Tercatat Gunung Merapi sempat beberapa kali mengalami letusan yang berdampak kepada masyarakat sekitar. Masyarakat di sekitar gunung harus mengungsi ke tempat yang aman. Harta benda pun banyak yang harus direlakan demi menyelamatkan diri dari letusan. Yogyakarta sementara menjadi kota mati akibat letusan tersebut. Debu-debunya terbang bahkan sampai ke provinsi di luar Yogyakarta. Letusan Gunung Merapi sebenarnya bisa diantisipasi bila kita bisa mendeteksinya sejak dini. Tahun 2020 ini diperkirakan akan kembali terjadi letusan Gunung Merapi.
Bentuk atau morfologi puncak Gunung Merapi sudah mulai menunjukkan perubahan. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta mengungkapkannya berdasarkan analisis foto dari sektor tenggara, tepatnya dari stasiun Deles3, 26 November terhadap 19 November 2020.
Menurut Kepala BPPTKG Yogyakarta Hanik Humaida, perubahan morfologi itu ditunjukkan dengan runtuhnya sebagian kubah Lava1954 atau lava yang terbentuk saat erupsi 1954 silam. Sedang berdasarkan catatan menggunakan alat EDM, deformasi Merapi yang terpantau pada minggu ini menunjukkan adanya laju pemendekan jarak sebesar 11 sentimeter/hari. Cuaca di Gunung Merapi umumnya cerah pada pagi, sedangkan siang hingga malam berkabut. Asap putih, ketebalan tipis hingga tebal dengan tekanan lemah hingga sedang.
Tinggi asap maksimum 750 meter teramati dari Pos Pengamatan Gunung Merapi Babadan pada 26 November 2020 jam 05.50 WIB. Sedangkan guguran teramati dari Pos Pengamatan Gunung Merapi Babadan dengan jarak luncur maksimal sejauh satu kilometer di sektor barat ke arah hulu Kali Lamat pada 22 November pukul 06.48 WIB. Secara visual, dalam periode pengamatan 20–26 November 2020, kondisi cuaca di Gunung Merapi umumnya cerah pada pagi, sedangkan siang hingga malam berkabut. Asap putih, ketebalan tipis hingga tebal dengan tekanan lemah hingga sedang.
Tercatat hingga hari ini Sabtu 14 November 2020 Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sebanyak berjumlah 1.558 jiwa mengungsi karena erupsi Gunung Merapi Yogyakarta. Berdasarkan data yang dikutip Jurnal Gaya dari rri.co.id jumlah warga dievakuasi terbesar di Kabupaten Magelang 814 jiwa, Klaten 307, Boyolali 253 dan Sleman 184. Hewan ternak yang telah dievakuasi berjumlah 3.066 jiwa, dengan rincian di Kabupaten Boyolali berjumlah 2.874 ekor, 0Klaten 113 dan Sleman 79.
BNPB terus memastikan kesiapsiagaan semua pihak, khususnya di tingkat desa, dalam menghadapi ancaman bahaya letusan Gunung Merapi dan pandemi Covid-19. Mulai tahun 2010 lalu desa-desa sekeliling Gunung Merapi sudah melakukan desa tangguh bencana. Dari hasil diskusi dengan masyarakat lereng Gunung Merapi, mereka bisa menangani sejauh ini dan apabila membutuhkan bantuan, ini akan disampaikan. Selain ancaman letusan, masyarakat juga diancam dengan adanya covid-19. Hal ini membuat BNPB harus bekerja ekstra mengamankan masyarakat dari letusan dan covid-19.