Andika yang Kian Perkasa

TEKA-TEKI soal siapa calon pengganti Panglima TNI terjawab sudah. Presiden Jokowi akhirnya mengajukan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Andika Perkasa.
Sama seperti ketika menjawab teka-teki calon Kapolri Idham Azis, Mensesneg Pratikno didaulat jadi pembawa pesan. Penyuka olahraga kardio itu juga seperti biasa, datang ke DPR pada Rabu Pon (3/11). Dia datang membawa Surat Presiden (Surpres) berisi nama calon Panglima TNI yang akan datang.
Bersama jajarannya, Pratikno datang menaiki mobil Alfard berwarna hitam. Ia memakai batik bermotif flora dengan hiasan bunga berwarna merah tepat di dadanya. Batik yang sama ia pakai saat melantik 11 pejabat eselon 1 untuk mengisi jabatan pimpinan tinggi madya di lingkungan Kementerian Sekretariat Negara (Kemsesneg) Januari silam.
Jika sudah diserahkan ke DPR, maka lazimnya DPR tinggal ketuk palu saja. Meski sebetulnya, ada sejumlah tahapan yang mesti dilewati. Jika mengacu pada Undang-undang Nomor 34 tahun 2004, tentang Tentara Nasional Indonesia, maka hak preogratif menentukan calon Panglima TNI memang ada pada Presiden, namun tentu saja setelah mendapat persetujuan DPR.
"Diangkat dan diberhentikan oleh Presiden setelah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)," demikian bunyi dalam pasal 13 ayat 2 UU 34/2004.
Prosesnya dimulai dengan Presiden yang mengusulkan satu orang calon Panglima TNI untuk mendapat persetujuan DPR. Setelah itu, persetujuan DPR terhadap calon Panglima yang dipilih oleh Presiden disampaikan paling lambat 20 (dua puluh) hari, terhitung sejak permohonan persetujuan calon Panglima diterima oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
Perlu diingat, apabila DPR tidak memberikan jawaban, maka dianggap telah menyetujui. Selanjutnya Presiden berwenang mengangkat Panglima baru dan memberhentikan Panglima lama.
Lantas, apakah usulan presiden itu secara otomatis calon Panglima bisa dilantik? Merujuk Pasal 13 Ayat 7 maka disebutkan, apabila DPR tidak menyetujui calon Panglima yang diusulkan, maka Presiden mengusulkan satu orang calon lain sebagai pengganti.
Itu artinya tergantung peta politik di DPR. Apakah dukungan terhadap presiden cukup kuat atau tidak. Jika cukup kuat, maka DPR akan dengan mudah setuju. Jika tidak cukup kuat, maka tentu berjalan alot.
"Apabila tidak menyetujui calon Panglima yang diusulkan oleh Presiden, DPR memberikan alasan tertulis yang menjelaskan ketidaksetujuannya," bunyi UU 34/2004.
Perlu diingat, apabila DPR tidak memberikan jawaban, maka dianggap telah menyetujui. Selanjutnya Presiden berwenang mengangkat Panglima baru dan memberhentikan Panglima lama.
Presiden Joko Widodo atau Jokowi melakukan kunjungan kerja ke tiga negara, Jumat (29/10/2021). Jokowi dilepas sejumlah orang, di antaranya KSAD Andika Perkasa. (Foto: Setneg)
Kejar Target, Tenggat Mepet
Meski dinilai jadi sosok paling pas menggantikan Marsekal Hadi Tjahjanto, namun nama Andika Perkasa bukan tanpa sorotan. Salah satunya soal alasan mengapa Jenderal Andika Perkasa sebagai calon Panglima TNI.
Direktur Eksekutif Setara Institut Ismail Hasani menuturkan, jika mengacu pada rotasi antarmatra, maka semestinya bukan Andika yang dipilih sebagai pengganti Marsekal Hadi Tjahjanto.
“Jika mengacu rotasi antarmatra, tentu kini bukan giliran KSAD,” ujar Ismail Hasani dalam keterangan tertulisnya, Rabu (3/11).
Ismail Hasani | Direktur Eksekutif Setara Institut
Alumnus sekaligus pengajar di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta ini mengingatkan, jika rotasi antarmatra bukan cuma tren, tapi kebijakan yang dasarnya diakomodasi dalam pasal 13 ayat (4) UU TNI. Pasal itu, kata dia, menyebutkan jabatan Panglima TNI dapat dijabat secara bergantian oleh perwira tinggi aktif dari tiap-tiap angkatan yang sedang atau pernah menjabat sebagai kepala staf angkatan.
Meski begitu, banyak juga pihak yang menyebut rotasi antarmatra itu tidak mutlak. Presiden tetap punya hak preogratif, sesuai dengan kebutuhan negara.
Presiden memandang bahwa Andika akan bisa banyak berperan dalam isu-isu menyangkut dinamika lingkungan strategis kawasan.
Pemerhati isu pertahanan dari Institute for Security and Strategic Studies Khairul Fahmi menuturkan, keputusan presiden memilih Andika bisa jadi tidak lepas dari kuatnya akses dan jejaring internasional yang dimiliki eks-Kadispenad itu.
Menurut Fahmi, hal tersebut memang diperlukan oleh seorang Panglima TNI. “Sehingga mungkin presiden memandang bahwa Andika akan bisa banyak berperan dalam isu-isu menyangkut dinamika lingkungan strategis kawasan,” bebernya.
Salah satu isu yang dimaksud mungkin adalah penyelesaian konflik di kawasan Laut China Selatan. “Laut China Selatan adalah salah satu wilayah ekonomi dan lingkungan hidup yang paling penting di dunia,” tulis ShareAmerika, sebuah platform Kemenlu Amerika Serikat.
Sayangnya, dengan masa tugas yang cuma 1 tahun, peran Andika Perkasa jadi gampang-gampang susah. Satu sisi ada tantangan besar, namun sisi lain dia harus bekerja secara efisien.
“Jenderal Andika itu harus bisa menunjukkan bahwa dalam setahun nanti, dia tetap bisa berbuat banyak, melakukan perubahan positif, dan mencatat prestasi,” ujar Fahmi.
Artinya Jenderal Andika dituntuk untuk lebih perkasa dibanding para pendahulunya, karena bakal jadi panglima TNI dengan masa tugas paling singkat, namun tantangan paling hebat. Apa tantangan lainya?
Di samping perkerjaan rumah yang sudah disampaikan DPR, Andika ke depan juga punya tugas berat memperbaiki pertahanan siber. Perlu diingat, di era digital, pertahanan siber sama pentingnya dengan kelengkapan alutsista konvensional.
Publik dunia tentu ingat betul, ketika fasilitas pengayaan nuklir Natanz Iran diserang oleh worm Stuxnet September 2010 silam. Dugaan kuat, serangan itu secara khusus dibuat dan digunakan untuk melumpuhkanya. Ini menjadi penanda bahwa perang siber bukan isapan jempol dan semua negara terutama institusi militernya harus kuat dalam aspek ini.
Hassan Rowhani, Presiden Iran ketika itu (kedua dari kanan) mendengarkan penjelasan kepala Organisasi Energi Atom Iran (AEOI) saat mengunjungi pameran pencapaian nuklir di Teheran.
Worm komputer 500-kilobyte itu menginfeksi setidaknya 14 lokasi industri di Iran, termasuk pabrik pengayaan uranium Natanz. Stuxnet diyakini dikembangkan dan digunakan oleh Amerika Serikat dan Israel. Dua negara dengan militer terkuat di dunia ini tak hanya canggih dalam perang konvensional.
Itulah mengapa senjata dalam perang siber tak kalah berbahayanya dengan senjata konvensional. Tak cuma bedil dan meriam, tentara modern termasuk TNI harus memiliki keunggulan persenjataan dalam perang siber.
Adopsi internet of things membuat industri manufaktur dan jasa semakin rentan terhadap ancaman dari luar. Hampir tidak ada fasilitas publik yang tidak terkoneksi dan terintegrasi dengan sistem informasi terpusat. Dan pada akhirnya terhubung dengan jejaring luas di dunia maya.
Apa jadinya jika musuh menyerang infrastruktur penting, termasuk entitas seperti sistem transportasi, sistem perbankan, jaringan listrik, pasokan air, bendungan, dan rumah sakit.
Dari perspektif keamanan nasional, ketidakstabilan infrastruktur digital kritis menimbulkan kerusakan pada layanan atau proses modern yang vital. Misalnya, serangan terhadap jaringan energi dapat memiliki konsekuensi besar bagi sektor industri, komersial, dan swasta.
Senjata dan jenis serangan siber sangat beragam. Antara lain dalam bentuk virus, phishing, worm komputer, dan perangkat lunak perusak yang dapat menghancurkan infrastruktur penting.
Serangan fatal dapat melumpuhkan layanan (DDoS) terdistribusi yang mencegah pengguna yang sah mengakses jaringan atau perangkat komputer yang ditargetkan. Peralatan militer dan sipil yang vital dapat disabotase. Spyware atau spionase dunia maya yang mengakibatkan pencurian informasi yang membahayakan keamanan dan stabilitas nasional dan ransomware mampu menahan sistem kontrol atau sandera data.
Panglima TNI kelak menghadapi tantangan perang siber. Jika Jenderal Andika Perkasa yang pernah menempuh pendidikan di The Military College of Vermont, Norwich University, Norwich dan National War College, National Defense University, Amerika Serikat dilantik menjadi Panglima TNI maka aspek ini tentu akan menjadi perhatiannya.
Lebih dari itu Andika menjalani sebagian besar karier militernya di Kopassus. Ia pernah memimpin Peleton Grup 2/Para Komando, Komandan Unit 3 Grup 2/Para Komando, Komandan Subtim 2 Sat Gultor 81, Komandan Tim 3 Sat Gultor 81, Komandan Resimen 62 Yon 21 Grup 2/Para Komando, dan Komandan Batalyon (Danyon) 32/Apta Sandhi Prayuda Utama, Grup 3/Sandhi Yudha.
Panglima TNI kelak menghadapi tantangan perang siber. Jika Jenderal Andika Perkasa yang pernah menempuh pendidikan di The Military College of Vermont, Norwich University, Norwich dan National War College, National Defense University, Amerika Serikat dilantik menjadi Panglima TNI maka aspek ini tentu akan menjadi perhatiannya.
Sinyal dan Otot Kuat Andika
Hal paling menarik selain bagaimana Jenderal Andika Perkasa menjalankan tugas dengan tenggat waktu super mepet, adalah soal ‘sinyal dan otot kuatnya’. Ya, calon Panglima TNI, Andika Perkasa memang dikenal rutin berolahraga. Postur tubuhnya kekar luar biasa, padahal ia sudah tak muda usia.
Andika Perkasa sedang melakukan fitnes.
Setidaknya ini diungkap Serma Jeni Firdaus, pendamping fitnesnya melalui akun YouTube TNI AD. Andika Perkasa diketahui tetap menyempatkan waktu berolahraga di tengah kesibukannya.
Bagi lulusan Akmil tahun 1987 ini, olahraga jadi kewajiban yang harus dilakukan setiap hari. Selain itu, hebatnya, dia bisa menjaga pola makan. Andika diketahui tak lagi mengkonsumsi nasi sebagai sumber karbohidrat.
“Tips-tips beliau tetap bugar di usia 50 tahun adalah rutin berolahraga, fitnes,” ujar Serma Jeni dalam video YouTube yang disiarkan Senin (3/5).
Selain berolahraga, kata dia, Jenderal Andika pun menjaga pola makannya dengan baik.
Ketika dimintai keterangan soal penunjukan Jenderal Andika, Wapres RI ke-10 dan 12, Jusuf Kalla berseloroh, dirinya mendukung Jenderal Andika lantaran punya pengalaman dan punya otot yang kekar.
“Beliau sudah berpengalaman dan kekar lagi,” ujar JK, Rabu (4/11).
Jadi, wajar saja jika ada anggapan penunjukkan Jenderal Andika sebagai Panglima TNI sejatinya punya sinyal kuat untuk Pilpres 2024. Selain cukup populer, menantu mantan Kepala BIN, Jenderal TNI (Purn) AM Hendropriyono ini masih bersih dari isu korupsi dan pelanggaran HAM berat. [ ]
Seperti halnya Jokowi, JK jika merujuk kamus kitab primbon Jawa kuno, berada di bawah naungan watak Lakuning Rembulan. Yang berarti wataknya dapat menerangi hati setiap orang. Mereka yang punya watak ini selalu tahu siapa yang pantas jadi pemimpin masa depan. Baik JK maupun Jokowi sama-sama sudah terbukti bisa melakukannya.
Jadi, wajar saja jika ada anggapan penunjukkan Jenderal Andika sebagai Panglima TNI sejatinya punya sinyal kuat untuk Pilpres 2024. Selain cukup populer, menantu mantan Kepala BIN, Jenderal TNI (Purn) AM Hendropriyono ini masih bersih dari isu korupsi dan pelanggaran HAM berat. [ ]
-----------------------------
Penulis: Ma’ruf M.
Riset dan Data: Taufan Agasta, Dani Setiawan.
Reporter: Faisal Ma’arif, Hendi Firdaus.
Tata Letak: Deni Irawan.