Agenda Reformasi Yang Memupus Kebencian
Bergabungnya dua tokoh politik, Mahathir Mohammad dan Anwar Ibrahim membawa harapan baru bagi Malaysia. Lalu, bagaimana nasib mantan Perdana Menteri Najib Razak?

MONDAYREVIEW- Tak ada hadiah terindah jelang Ramadhan tahun ini bagi Nurul Izzah, kecuali ayahnya, Anwar Ibrahim dibebaskan dari penjara. Pada Rabu lalu (16/5), Anwar mendapat pengampunn penuh dari Yang di-Pertuan Agong Sultan Muhammad V, artinya Anwar dibebaskan dari penjara dan mendapat rehabilitasi hak-hak politiknya.
“Alloh dalam seluruh kebijakan-Nya yang tak terbatas telah mengabulkan kepada kita kepulangan ini. Sungguh cara yang sangat baik untuk menyambut Ramadhan,” ucap Nurul Izah via akun Instagramnya.
Seusai dibebaskan dari penjara, Anwar Ibrahim menyatakan berterimakasih kepada Perdana Menteri Mahathir Mohammad yang telah mengupayakan pembebasan dan pengampunan dirinya. Anwar mengaku tak memendam benci terhadap Mahathir, meskipun ia pernah menjebloskannya ke penjara.
“Dia (Mahathir-red) telah membuktikan diri, dia berjuang dan bekerja keras tanpa kenal lelah, dia mendukung agenda reformasi, dan memfasilitasi pembebasan saya, mengapa saya harus memendam kebencian kepadanya:” tegas Anwar, ketika ditanya sejumlah wartawan.
Anwar Ibrahim awalnya anak emas dan kader politik Mahathir Muhammad. Ia pernah menjadi Wakil Perdana Menteri saat Mahathir memegang kekuasaan di Malaysia. Namun, kedua tokoh ini pernah berseteru. Saat terjadi krisis moneter, Mahathir ingin menerapkan sistem kurs tetap dalam mata uang ringgit tapi ditentang oleh Anwar. Akibatnya, pada 2 September 1998, Anwar dipecat dari jabatannya sebagai wakil perdana menteri, lalu diganti oleh Abdullah Badawi.
Bahkan, setahun kemudian Anwar diseret dengan tuduhan korupsi dan divonis 6 tahun penjara. Anwar juga dijerat dengan kasus sodomi dan dijatuhi hukuman tambahan 9 tahun penjara. Namun, Mahkamah Federal Malaysia membatalkan tuduhan itu dan membebaskan Anwar pada tahun 2004. Anwar kemudian melanjutkan karir politiknya, dengan mendirikan Partai Keadilan Nasional sebagai kelompok oposisi.
Kekuatan partai oposisi makin mengkhawatirkan partai penguasa UMNO dengan partai koalisinya di Barisan Nasional, sehingga pada masa Perdana Menteri Najib Razak, Anwar kembali dituduh terlibat kasus sodomi dan dijatuhi hukuman penjara selama 5 tahun pada tahun 2015.
Kekuatan partai penguasa akhirnya rontok, setelah Mahathir Mohammad menyatakan diri keluar dari UMNO dan memilih bergabung dengan koalisi Partai Oposisi, yang dipimpin istri Anwar Ibrahim, Wan Azizah. Tentu bergabung Mahathir tak begitu mudah diterima oleh keluarga Anwar yang merasakan penderitaan akibat tekanan politik.
Putri Anwar Ibrahim, Nurul Izzah, menyatakan tidaklah mudah memercayai seorang mantan diktator “Namun, dia telah membuka diri bagi pandangan berbeda yang dia adopsi, berkomitmen pada agenda reformasi, dan saya di sini akan memastikan saya bisa menjaga kemungkinan pelanggaran," ujarnya.
Mahathir Mohammad tahu diri, ia juga menaruh simpati atas penderitaan yang dialami Anwar dan keluarganya. “Saya tahu bagaimana perasaan Anwar. Selama pemerintahan saya, dia dikirim ke penjara. Tidak mudah baginya untuk menerima saya dan menjabat tangan saya,” kata Mahathir seperti dikutip The Malaysia Insight.
Kemenangan Koalisi Partai Oposisi, Pakatan Harapan dalam Pemilu Malaysia tentu memberi harapan baru bagi rakyat Malaysia. Anwar kembali bersatu dengan Mahathir, setelah 18 tahun dipisahkan karena perbedaan haluan poltik. Mereka dipersatukan dalam kepentingan besar untuk menumbangkan rezim Nazib Razak yang mereka tuduh korupsi.
Setelah Mahathir menjalankan tugasnya Perdana Menteri Malaysia selama 2 tahun. Dalam kesepakatan, jabatan perdana menteri akan diserahkan kepada Anwar Ibrahim, dan Mahathir memilih memainkan perannya di belakang layar. Bersatunya dua tokoh Malaysia ini diharapkan bisa abadi dan kembali membawa kemajuan bagi Malaysia.
Sementara, babak baru bagi pemerintahan Mahathir adalah membongkar tuduhan korupsi yang dilakukan Mantan Perdana Menteri Najib Razak. Apakah jejak ini akan dilanjutkan oleh Anwar Ibrahim?