2. Mariam Al Ijiliya
Mariam Al Ijiliya atau yang dikenal dengan Mariam Al Astrolabi merupakan astronom perempuan muslimah. Dia dilahirkan di Suriah pada abad ke 10 Masehi. Karyanya adalah menemukan astrolab. Astrolab merupakan perangkat astronomi untuk menentukan lokasi perbintangan. Di zaman keemasan Islam astrolab juga bisa digunakan untuk kepentingan ibadah seperti penentuan arah kiblat.
3. Rufaida Al Aslamia
Rufaida merupakan perawat dan dokter bedah perempuan pertama dalam dunia Islam. Dia lahir pada tahun 570 Masehi. Dia merupakan kaum Anshor yang menyambut Nabi Muhammad SAW saat hijrah ke Madinah. Kepiawaiannya dalam merawat orang yang terluka digunakan dalam membantu Perang Badar, Perang Uhud dan Perang Khandaq.
Setelah peperangan usai, perempuan Muslim itu melanjutkan kegiatan sosialnya menolong pasien yang membutuhkan. Rufaida juga senang hati membantu anak-anak yatim piatu, cacat dan miskin hingga akhir hayatnya. Kisah inspiratif tentang ketangguhan dan kehebatan Rufaida dalam dunia keperawatan diceritakan dari generasi ke generasi. Di Pakistan, namanya pun diabadikan menjadi nama sebuah gedung Aga Khan University.
4. Prof. Bina Shaheen Siddiqui
Prof. Bina Shaheen Siddiqui merupakan ilmuwan perempuan asal Pakistan yang mempunyai 12 paten termasuk konstituen anti kanker. Dia memperoleh gelar Ph.D dari Pakistan pada tahun 2001. Saat ini dia dipercaya sebagai Professor di HEJ Research Institute of Chemistry. Beliau memperoleh penghargaan dari luar dan dalam negeri. Karya tulisnya pun dimuat baik di jurnal nasional maupun internasional.
5. Prof. Nesreen Ghaddar
Nesreen Ghaddar merupakan ilmuwan muslimah asal Lebanon. Dia mempunyai keahlian dalam ilmu teknik mesin. Keahliannya diabdikan di American University of Beirut sebagai guru besar dalam bidang teknik mesin. Dia juga memimpin jurnal teknik terapan dan menjadi di Akademi Sains Islam Dunia.
6. Tri Mumpuni Wiyatno
Tri Mumpuni merupakan ilmuwan perempuan muslimah asal Indonesia. Karyanya yang diakui dunia adalah Pembangkit Listrik Tenagah Mikrohidro yang telah dia bangun di puluhan lokasi di Indonesia. Alumni IPB ini beserta suaminya melihat potensi air yang ada di desa-desa yang belum diterangi listrik. Oleh karena itu merencanakan pembangunan PLTMH dengan terlebih dahulu meminta izin kepada kepala desa.
Agar PLTMH yang dibuat bisa terus mengalirkan listri, maka tidak boleh dilakukan penebangan terhadap pohon dan vegetasi di sekitar aliran sungai. Tri tak jarang harus menginap di desa tempat dia membangun PLTMH. Berkat karyanya Tri mendapatkan Ashden Award pada tahun 2012, Ramon Magsaysay Award pada tahun 2011 dan Climate Hero pada tahun 2005.