2 Siswa SMK Konsumsi Ganja Sintesis, TRUTH : Ini Harus Jadi Perhatian Serius Walikota Dan Kepala Dindikbud Tangerang !
Kasus tertangkapnya 2 pelajar SMK 2 Kota Tangerang yang diduga akibat ganja sintesis mendapatkan sorotan dari salah satu lembaga swadaya masyarakat (LSM), Tangerang Public Transparacy Watch (TRUTH).

MONITORDAY.COM - Kasus tertangkapnya 2 pelajar SMK 2 Kota Tangerang yang diduga akibat ganja sintesis mendapatkan sorotan dari salah satu lembaga swadaya masyarakat (LSM), Tangerang Public Transparacy Watch (TRUTH).
Lembaga ini menilai tertangkapnya dua siswa yang mabuk dikarenakan ganja sintesis, mengindikasikan ada yang salah dalam penerapan praktek pendidikan di sekolah, khususnya di wilayah kota Tangerang.
"Saya kira kasus ini harusnya disikapi serius oleh Kepala Dindikbud Kota Tangerang serta Walikota Tangerang Arief Wismansyah. Perlu dipikirkan bagaimana cara penanggulangan dan dampak yang ditimbulkan saat peredaran narkoba sampai ke tangan siswa," kata Koordinator Divisi Advokasi dan Investigasi TRUTH, Jupry Nugroho dalam siaran persnya, Rabu (24/10/2018)
Dengan adanya kasus ini, Jupry berpandangan banyaknya kegiatan yang dilakukan oleh lembaga yang konsen terhadap zat adiktif dan terlarang, terkesan masih baru sekedar acara serimonial saja belum berdampak besar mengatasi peredaran narkoba.
Kepala sekolah SMK tersebut, lanjutnya, tidak pula sepatutnya berusaha 'lempar handuk' dengan beralasan kurangnya seleksi saat siswa masuk yang disangkutpautkan dengan kasus yang menimpa anak didiknya.
" Tidak bisa dijadikan alasan dong bahwa kejadian tersebut akibat tidak selektifnya ketika Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Kemudian, ditambah dengan alasan kekurangan anggaran, sedangkan tes urine memerlukan anggaran. Kalau begitu alasannya seperti itu, maka tidak logis, kenapa?. Padahal dugaan pungutan liar masih terjadi jika memang dinyatakan biaya pendaftaran masuk sekolah gratis, " tuturnya.
Lebih jauh, Jupry mengatakan institusi pendidikan atau sekolah seharusnya menjadikan siswa lebih baik bukan malah sebaliknya.
"Dimana fungsi pendidik yang seyogyanya memberikan perlindungan atas dampak buruk lingkungan?," tanyanya.
Jupry menambahkan bahwa untuk penanggulangan penggunaan dan peredaran narkoba dan zat adiktif lainnya, tidaklah cukup hanya dengan kegiatan tes urine. Seharusnya sekolah juga intens memberikan pendidikan rohani maupun terkait dampak dari narkoba agar pelajar dapat tereduksi. Sehingga anak didiknya tidak terjerat sebagai pengguna atau mengedarkan barang haram tersebut.
"Tinggal ditanyakan ada tidak hal ini dilakukan oleh pihak sekolah. Jika ada tetapi masih terjadi, maka secara tidak langsung sekolah dapat dianggap gagal dalam mendidik siswanya," pungkasnya.