Waspadai Kelompok yang Mau Membelah Islam
Ketika ranah agama masuk ke politik maka yang terjadi adalah membelah agama, bukan membela agama.

MONDAYREVIEW.COM- Bulan Rajab merupakan bulan bersejarah bagi umat Islam. Sebab di bulan ini, Rasulullah SAW melakukan isra dan mikraj, yang kemudian dalam momentum ini ibadah shalat diawajibkan kepada ummat Islam. Demikian disampaikan KH. Nu'man Bashori Alwi.
Gus Nu'man menjelaskan bahwa pada mulanya, kewajiban shalat bagi umat Islam itu berjumlah 50 kali. Namun dalam perjalanan mikraj itu kemudian Rasulullah memohon kepada Allah agar lima waktu saja, sebab kewajiban 50 waktu pasti akan memberatkan ummat Islam di kemudian hari. Jadilah shalat itu 5 waktu.
"Inilah bentuk tanggungjawab seorang pemimpin sejati yang mengutamakan ummat di atas kepentingan pribadi, sehingga sekarang kita sebagai ummat Muhammad SAW bisa melaksanakan perjuangan Rasulullah, shalat 5 waktu," kata Gus Nu'man, yang merupakan Ketua PP Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi), di hadapan ratusan Jamaah di Kalibata Indah, Jakarta Selatan, Kamis (30/3).
Gus Nu'man juga mengingatkan bahwa shalat itu merupakan tiang agama. Melaksanakan ibadah shalat sama saja dengan menjaga agama Islam dari keruntuhan. Karena menjaga Islam tak perlu dilakukan dengan melakukan aksi sebagaimana dilakukan kelompok radikal.
"Nah kalau sekarang ada kelompok yang mengatasnamakan Islam tetapi perbuatannya mendekati kemungkaran maka bisa disimpulkan kalau shalatnya tidak sempurna artinya diragukan dalam menjalankan rukun Islam yang ke-2 itu," ungkap Gus Numan.
Selain itu, sambung Gus Nu'man, kelompok yang melakukan kemunkararan termasuk dengan melakukan aksi-aksi radikal atau aksi kekerasan sebagaimana dilakukan kelompok Wahabi dan ISIS di Timur Tengah, sama saja dengan melalaikan shalat. Sebab shalatnya tidak mencegah dia berbuat munkar dengan menindas orang yang berbeda aliran atau mereka yang berbeda pendapat.
"Padahal berbeda pendapat itu hal yang niscaya sebagai bentuk kebhinnekaan manusia itu sendiri. Dan al-Quran melegitimasi perbedaan pendapat ini, seperti di QS al-Nisa ayat 59, dengan memerintahkan bila berbeda pendapat kembalikan saja urusan kepada Allah dan Rasul-nya," tegas Gus Nu'man.
Ironisnya, sambung Gus Nu'man, Pilkada DKI Jakarta yang merupakan pesta demokrasi malah digunakan untuk menebar kemunkaran dengan menfitnah atau bahkan menyudutkan orang yang berbeda pilihan politik. Bahkan sampai ada ancaman dan menebar teror dengan menyebutkan tidak akan menshalatkan jenazah karena memilih calon tertentu.
"Ketika ranah agama masuk ke politik maka yang terjadi adalah membelah agama, bukan membela agama. Itu digunakan kelompok radikal. Jadi waspada, yang katanya membela Islam itu justru membelah Islam," ungkap Gus Nu'man.