Video Keberagaman Ahok-Djarot, Karena Kontroversial Akan Menjadi Viral

video keragaman itu telah dihitung masak-masak. Kontroversial akan menjadi viral. Klarifikasi akan menyusul kemudian sebagai “air” yang memadamkan “api”.

Video Keberagaman Ahok-Djarot, Karena Kontroversial Akan Menjadi Viral
Video Kampanye Ahok-Djarot

MONDAYREVIEW.COM – Tinggal hitungan hari menuju hari pencoblosan Pilkada DKI Jakarta pada 19 April 2017. Ibaratnya kurva, inilah saatnya untuk menggeber kampanye dan mencapai puncak dari promosi. Maka promosi yang standar dan biasa saja akan sekadar hilang ditelan ragam isu lain yang lebih menarik.

Pada 9 April 2017, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mencuit di Twitter dengan menuliskan tagar #BeragamItuBasukiDjarot sembari menautkan video kampanye berdurasi 2 menit. Video itulah yang kemudian memantik reaksi hingga muncul tagar #KampanyeAhokJahat. Dalam video itu muncul adegan sekelompok pria berpeci tengah berdemonstrasi dan membawa spanduk “Ganyang Cina”. Adegan inilah yang paling disorot karena menyudutkan umat Islam.

Cuitan #BeragamItuBasukiDjarot dan video kampanye tersebut memang kini telah dihapus dari akun resmi Ahok (@basuki_btp). Namun, kontroversi terhadap video tersebut masih berlangsung hingga sekarang. Apakah telah terjadi blunder dalam video tersebut? Apakah tim kampanye Ahok-Djarot abai terhadap detail yang kiranya dapat melukai hati umat Islam?

Jika menurut hemat saya video tersebut telah melalui perencanaan yang rapi. Dalam pembuatan video lazimnya terdapat story board, maka adegan sekelompok pria berpeci dengan dengan latar spanduk “Ganyang Cina” tentu telah terdeteksi semenjak perencanaan.

Dari video kampanye tersebut, “jalan keluar” terhadap tagar #KampanyeAhokJahat sesungguhnya telah tersedia di dalam video tersebut. Terdapat ibu guru berjilbab yang mengajarkan Bhinneka Tunggal Ika kepada anak SD, tokoh yang menyerupai Bung Tomo yang dikenal dengan pekikan ‘Allahu Akbar’, serta doa bersama dimana salah satunya merupakan seorang muslim. Maka mana mungkin #KampanyeAhokJahat, dengan adanya adegan yang pro terhadap umat Islam tersebut – begitulah kira-kira “jalan keluar” yang disediakan dari video kampanye yang ada.

Dengan komposisi 85% penduduk DKI Jakarta beragama Islam, tentu tim Ahok-Djarot telah berhitung dengan cermat. Dalih yang bisa dikemukakan bahwa memang ada kelompok militan, radikal, anti keragaman dari umat Islam; merekalah yang dimaksudkan dalam narasi sekelompok pria berpeci dengan latar spanduk ‘Ganyang Cina’. Dalam debat pilkada terakhir di putaran pertama, Ahok pun telah menyintas bahwa dirinya akan mendukung Islam Nusantara, bukan gerakan Islam yang aneh-aneh.

Maka nukilan adegan kontroversial tersebut merupakan spesifikasi pihak mana yang dipandang sebagai rival dan ditabalkan anti keragaman. Tentu narasi ini bukanlah narasi baru, melainkan telah berulang kali disulam baik oleh Ahok dan para pendukungnya.

Saya percaya video keragaman itu telah dihitung masak-masak. Kontroversial akan menjadi viral. Klarifikasi akan menyusul kemudian sebagai “air” yang memadamkan “api”. Pola semacam ini sesungguhnya merupakan template yang kerap digunakan Ahok dan para pendukungnya. Maka di akhir-akhir masa kampanye, video keberagaman ini diharapkan menjadi episentrum kontroversi yang menjadi viral dan diharapkan ujung-ujungnya berpengaruh pada keterpilihan pada 19 April 2017. Tinggallah warga DKI Jakarta yang menentukan seberapa relevan video keberagaman ini.