Urgensi Halal Value Chain bagi Indonesia

Urgensi Halal Value Chain bagi Indonesia
Director of Islamic Economic & Finance Department BI Anwar Bashori menekankan pengembangan ekosistem halal dengan menerapkan konektivitas global/ BI

MONITORDAY.COM - Dalam lima tahun terakhir, industri fesyen muslim tumbuh signifikan dan diakui internasional. Maraknya gaya hidup halal melatarbelakangi fenomena tersebut. Dengan pasar yang cukup besar, muslim Indonesia menjadi kekuatan ekonomi yang diperhitungkan. Data Global Islamic Econo­mic Report 2017-2018 menunjukkan skor indikator ekonomi syariah dan data Indonesia masih berada pada urutan ke-11.

Bank Indonesia menyadari benar fakta, peluang dan tantangan tersebut. Director of Islamic Economic & Finance Department BI Anwar Bashori menekankan pengembangan ekosistem halal itu dengan menerapkan konektivitas global agar ekonomi syariah di Indonesia menjadi pemain. Tak hanya berhenti sebagai konsumen.

Indonesia sangat membutuhkan kepastian kehalalan dalam setiap produk, termasuk di pasar maya. Jumlah penduduk muslim Indonesia adalah yang terbesar di dunia. Potensi ini tentu tak dapat dpandang sebelah mata. Sehingga Bank Indonesia (BI) berinisiatif mengembangkan ekosistem halal value chain berbasis digital.

Gayung pun bersambut. Dukungan datang untuk inisiatif BI itu, salah satunya dari Hijup, e-commerce fesyen muslim. Menurut CEO Hijup Diajeng Lestari, dukungan terhadap pengembangan ekosistem halal value chain berbasis digital, yaitu memperkuat ekonomi syariah.

Lapak fesyen di dunia maya tumbuh sangat pesat. Dan sebagai salah satu e-commerce, Hijup meneguhkan konsistensinya sebagai pemain di ranah subsektor fesyen sebagai salah satu bidang industri kreatif. Hijup hadir untuk menjadi pemain di pasar muslim, tidak hanya sebagai pasar yang konsumtif, tetapi juga mendukung pemanfaatan potensi industri syariah Indonesia

Kesepakatan bersama pembentukan task force implementasi halal value chain berbasis digital dengan Asosiasi Fintech Syariah Indonesia serta difasilitasi BI. Wujudnya antara lain kerja sama antara Hijup dan AFSI, yaitu pengembangan kolaborasi produksi para tenant Hijup menggunakan sistem syariah murabahah dengan pola pembiayaan memakai sistem pembelian model aset produksi.

Memahami value chain atau rantai nilai

Rantai nilai adalah model bisnis langkah demi langkah untuk mengubah produk atau layanan dari ide menjadi kenyataan. Rantai nilai membantu meningkatkan efisiensi bisnis sehingga bisnis dapat memberikan nilai paling banyak dengan biaya serendah mungkin.

Tujuan akhir dari rantai nilai adalah untuk menciptakan keunggulan kompetitif bagi perusahaan dengan meningkatkan produktivitas sambil menjaga biaya tetap masuk akal. Karena persaingan yang terus meningkat untuk harga yang tidak ada duanya, produk yang luar biasa, dan loyalitas pelanggan, perusahaan harus terus memeriksa nilai yang mereka ciptakan untuk mempertahankan keunggulan kompetitif mereka. Rantai nilai dapat membantu perusahaan untuk membedakan area bisnisnya yang tidak efisien, kemudian menerapkan strategi yang akan mengoptimalkan prosedurnya untuk efisiensi dan profitabilitas maksimum.

Selain memastikan bahwa mekanisme produksi berjalan mulus dan efisien, penting bagi bisnis untuk menjaga agar pelanggan tetap percaya diri dan cukup aman untuk tetap setia. Analisis rantai nilai juga dapat membantu dalam hal ini.

Tujuan menyeluruh dari rantai nilai adalah memberikan nilai paling banyak dengan biaya paling rendah untuk menciptakan keunggulan kompetitif.

Menurut Michael E. Porter, dari Harvard Business School, keunggulan kompetitif tidak dapat dipahami dengan melihat perusahaan secara keseluruhan. Ini berasal dari banyak aktivitas diskrit yang dilakukan perusahaan dalam merancang, memproduksi, memasarkan, mengirimkan, dan mendukung produknya.

Dengan kata lain, penting untuk memaksimalkan nilai pada setiap titik tertentu dalam proses perusahaan.

Komponen Rantai Nilai

Dalam konsepnya tentang rantai nilai, Porter membagi aktivitas bisnis menjadi dua kategori, "primer" dan "pendukung", yang contoh aktivitasnya kami cantumkan di bawah.2 Aktivitas spesifik di setiap kategori akan bervariasi menurut industrinya.

Kegiatan Utama

Kegiatan utama terdiri dari lima komponen, dan semuanya penting untuk menambah nilai dan menciptakan keunggulan kompetitif:

  • Logistik masuk mencakup fungsi seperti penerimaan, pergudangan, dan pengelolaan inventaris.
  • Operasi mencakup prosedur untuk mengubah bahan mentah menjadi produk jadi.
  • Logistik keluar mencakup kegiatan untuk mendistribusikan produk akhir kepada konsumen.
  • Pemasaran dan penjualan mencakup strategi untuk meningkatkan visibilitas dan menargetkan pelanggan yang sesuai — seperti iklan, promosi, dan harga.
  • Layanan mencakup program untuk memelihara produk dan meningkatkan pengalaman konsumen — seperti layanan pelanggan, pemeliharaan, perbaikan, pengembalian dana, dan pertukaran.

Aktivitas Penunjang

Peran kegiatan pendukung adalah membantu membuat kegiatan utama lebih efisien. Ketika Anda meningkatkan efisiensi salah satu dari empat aktivitas pendukung, hal itu menguntungkan setidaknya satu dari lima aktivitas utama. Kegiatan pendukung ini umumnya dilambangkan sebagai biaya overhead pada laporan laba rugi perusahaan:

  • Pengadaan berkaitan dengan bagaimana perusahaan memperoleh bahan baku.
  • Perkembangan teknologi digunakan pada tahap penelitian dan pengembangan (R&D) perusahaan — seperti merancang dan mengembangkan teknik manufaktur dan mengotomatiskan proses.
  • Manajemen sumber daya manusia (SDM) melibatkan perekrutan dan mempertahankan karyawan yang akan memenuhi strategi bisnis perusahaan dan membantu merancang, memasarkan, dan menjual produk.
  • Infrastruktur mencakup sistem perusahaan dan komposisi tim manajemennya — seperti perencanaan, akuntansi, keuangan, dan kendali mutu.