Tips Tahan Banting Menghadapi Resesi Ala 50 Orang Terkaya Sedunia
Majalah bisnis asal Amerika Serikat, Forbes baru saja merilis daftar 50 orang terkaya Indonesia yang memiliki total kekayaan senilai US$133 miliar atau Rp 1,873.17 triliun. Jumlah itu hanya turun 1.2?ri daftar yang dirilis pada tahun lalu.

MONDAYREVIEW.COM – Pandemi membuat resesi ekonomi tak terelakkan. Resesi merupakan penurunan pertumbuhan ekonomi yang masih belum sampai tahap depresi. Namun resesi tetap memberikan pengaruh yang cukup besar bagi penurunan kesejahteraan masyarakat. Resesi yang disebabkan pandemi tak pandang bulu menghantam siapapun. Orang kaya maupun orang miskin terkena dampak resesi ini.
Majalah bisnis asal Amerika Serikat, Forbes baru saja merilis daftar 50 orang terkaya Indonesia yang memiliki total kekayaan senilai US$133 miliar atau Rp 1,873.17 triliun. Jumlah itu hanya turun 1.2% dari daftar yang dirilis pada tahun lalu. Artinya orang-orang super kaya tersebut bisa dikatakan tahan banting terhadap krisis yang diakibatkan oleh pandemi COVID-19.
Menurut Stevanus Pangestu, dosen ekonomi dari Universitas Katolik Atma Jaya dan Muhamad Rifki Fadilah, peneliti ekonomi dari The Indonesian Institute, berikut ini adalah beberapa tips yang kita bisa ambil dari mereka dalam mengelola keuangan supaya tahan krisis akibat pandemi:
1. Memiliki pendidikan dan literasi keuangan yang baik
Orang-orang kaya dapat digolongkan masuk ke dalam golongan kelas menengah atas. Golongan ini memiliki karakter khusus yaitu tingkat pendidikan yang lebih baik. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi, mereka memiliki literasi di bidang keuangan dan kemampuan ini membuat mereka dapat mengelola keuangannya dengan baik.
Walaupun pendiri atau generasi pertama memiliki pendidikan yang terbatas, mereka memastikan generasi penerusnya memiliki pendidikan yang baik. Seperti contohnya John Riady yang merupakan penerus Lippo Group, mempunyai gelar Bachelor of Politics, Economics and Philosophy dari Georgetown University pada dan Master of Business Administration Wharton School of Business dari University of Pennsylvania, keduanya merupakan kampus bergensi di Amerika Serikat.
2.Cermat dalam pengeluaran
Dalam mengonsumsi, orang kaya cenderung tidak berlebihan (overspend).
Mengeluarkan sejumlah uang yang belum kita peroleh atau berutang, apalagi secara konsisten, merupakan rumus pasti menuju kehancuran keuangan.
Kuncinya ialah dengan memiliki alokasi khusus untuk pengeluaran yang bersifat kebutuhan maupun keinginan.Banyak contoh orang yang sudah sangat kaya pun masih sangat sederhana dalam kehidupan sehari-hari.
Seperti contohnya anak dari salah satu orang terkaya di Indonesia, Armand Wahyudi Hartono yang diberitakan masih gemar makan di kantin kantor dan berhemat listrik di rumahnya dengan membatasi penggunaan pendingin ruangan.
3. Usahakan berhutang untuk sesuatu yang produktif
Jika memang kita harus berutang, hendaknya kredit ini bersifat produktif; yaitu untuk memperoleh aset yang nilainya akan terus meningkat seiring kita mencicil untuk mendapatkannya.Seperti contohnya membeli tanah atau gedung yang akan terus naik harganya, atau berutang untuk mendirikan suatu usaha baru.
Orang kaya cenderung dapat bertahan di tengah krisis adalah karena mereka memiliki aset dan juga kebiasaan untuk menabung atau mengelola aset yang lebih produktif.
4. Memiliki banyak sumber pendapatan
Dalam menghasilkan pendapatan dan berinvestasi, orang kaya umumnya memiliki sumber pendapatan yang banyak dan gemar menambah sumber pendapatan yang baru. Mereka memiliki banyak instrumen keuangan lainnya seperti investasi saham, reksadana, obligasi yang dapat memberikan pendapatan pasif kepada mereka, sehingga pada akhirnya mereka memiliki jumlah dana yang lebih banyak jumlahnya di atas rata-rata.
5. Memperbanyak aset dan kelola resiko
Para pengusaha juga lebih tahan banting karena strateginya dalam memperbanyak asetnya, seperti membeli saham perusahaan yang berasal dari sektor yang berbeda. Ini merupakan salah satu cara seorang investor mengelola risiko dengan memiliki usaha variatif, sehingga jika satu menurun maka dampaknya bisa berkurang dengan usaha lain yang masih positif.
Seperti contohnya Djarum Group yang baru-baru ini membeli saham sebuah klub sepak bola di Italia untuk merambah ke sektor industri olah raga. Seperti pepatah dalam investasi, janganlah taruh telur di satu keranjang, karena kalau keranjang itu jatuh, maka semua telurmu akan ikut jatuh dan pecah.