Siberkreasi Dorong Literasi Digital
Literasi digital yang masih rendah menjadi pekerjaan rumah bagi bangsa Indonesia untuk segera ditanggulangi. Percepatan perkembangan dunia digital meniscayakan hal itu. Semakin banyak orang perlu mendapat akses literasi digital agar mampu memainkan peran optimal sebagai anggota masyarakat digital.

MONDAYREVIEW.COM – Literasi digital yang masih rendah menjadi pekerjaan rumah bagi bangsa Indonesia untuk segera ditanggulangi. Percepatan perkembangan dunia digital meniscayakan hal itu. Semakin banyak orang perlu mendapat akses literasi digital agar mampu memainkan peran optimal sebagai anggota masyarakat digital.
Literasi digital kepada masyarakat, adalah kerja gotong royong. Edukasi melawan hoaks, kesadaran privasi hingga mendorong UMKM online, butuh kerja strategis bersama. Demikian menurut kata Wakil Ketua Umum Siberkreasi bidang Riset dan Pengembangan Kurikulum, Anita Wahid.
Salah satu kegiatan yang dilakukan Siberkreasi dalam pandemi virus corona adalah membantu masyarakat beradaptasi dengan kebiasaan baru, yang melibatkan teknologi digital.
Literasi digital adalah pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi, dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh hukum dalam rangka membina komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari.
Literasi digital juga merupakan kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk mengkomunikasikan konten/informasi dengan kecakapan kognitif dan teknikal. Digital literasi lebih cenderung pada hal hal yang terkait dengan keterampilan teknis dan berfokus pada aspek kognitif dan sosial emosional dalam dunia dan lingkungan digital.
Literasi digital merupakan respons terhadap perkembangan teknologi dalam menggunakan media untuk mendukung masyarakat memiliki kemampuan membaca serta meningkatkan keinginan masyarakat untuk membaca.[4]
Elemen esensial untuk mengembangkan literasi digital:Kultural, yaitu pemahaman ragam konteks pengguna dunia digital; Kognitif, yaitu daya pikir dalam menilai konten; Konstruktif, yaitu reka cipta sesuatu yang ahli dan aktual; Komunikatif, yaitu memahami kinerja jejaring dan komunikasi di dunia digital; Kepercayaan diri yang bertanggung jawab; Kreatif, melakukan hal baru dengan cara baru; Kritis dalam menyikapi konten; dan bertanggung jawab secara sosial
Prinsip dasar pengembangan literasi digital:Pemahaman untuk mengekstrak ide secara eksplisit dan implisit dari media , Saling ketergantungan antara media yang satu dengan media yang lain
Faktor sosial menentukan keberhasilan jangka panjang media yang membentuk ekosistem organik untuk mencari informasi, berbagi informasi, menyimpan informasi dan akhirnya membentuk ulang media itu sendiri. Kurasi atau kemampuan untuk menilai sebuah informasi, menyimpannya agar dapat di akses kembali.
Kerangka literasi digital Indonesia mencakup beberapa aspek penting.
Yang pertama, proteksi (safeguard), yaitu perlunya kesadaran atas keselamatan dan kenyamanan pengguna internet, yaitu perlindungan data pribadi, keamanan daring serta privasi individu dengan layanan teknologi enkripsi sebagai salah satu solusi yang disediakan.
Yang kedua, hak-hak (right), yaitu hak kebebasan berekspresi yang dilindungi, hak atas kekayaan intelektual, dan hak berserikat dan berkumpul
Yang ketiga, pemberdayaan (empowerment), yaitu pemberdayaan internet untuk menghasilkan karya produktif, jurnalisme warga, dan kewirausahaan serta hal -hal terkait etika informasi. [2]
Yang kelima, Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi menyatakan bahwa tugas memberikan literasi digital kepada masyarakat merupakan kerja sama yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan.
Kita semua perlu upaya bersama agar masyarakat kian bijak dan bertanggung jawab menggunakan teknologi digital, termasuk di masa pandemi ini, demi kesehatan dan keselamatan bersama. Dalam keterangan resmi tersebut, Siberkreasi dibentuk pada Oktober 2017 lalu, berisi 108 institusi, mencakup pemerintah, korporasi atau swasta, komunitas, organisasi masyarakat sipil, operator telekomunikasi, platform digital, akademisi, media dan pegiat literasi digital).
Siberkreasi menyatakan pengurus mereka merupakan relawan perwakilan mitra, dipilih secara demokratis, bergantian dan kolektif.
Gerakan tersebut menginisiasi sejumlah kegiatan yang fokus pada lima isu utama, yaitu Digital Content and Lifestyle, Digital Parenting, Digital Economy, Digital Society dan Digital Governance.
Kegiatan yang rutin mereka lakukan antara lain adalah School of Influencer, Kreator Nongkrong, Siberkreasi Hangout Online, #BerkreasiDiIGLive, Webinar Literasi Digital, Kelas Podcast Siberkreasi, Siberkreasi Class Online, dan Webinar #RTIKBerkreasi. Siberkreasi menyatakan mereka mendapatkan dukungan sumber daya dari para mitra untuk inisiatif-inisiatif yang mereka lakukan, antara lain berupa sumber daya manusia, fasilitas kerja, jejaring mitra maupun dukungan finansial.
Sementara itu, untuk mendistribusikan informasi, termasuk untuk kegiatan yang bersifat online dan rujukan yang dapat diunduh, gerakan tersebut menggunakan situs www.literasidigital.id, www.siberkreasi.id dan media sosial Instagram @siberkreasi.
Kegiatan literasi digital selama pandemi virus corona kebanyakan dilakukan secara online, untuk mengurangi kegiatan tatap muka. Kegiatan ini dilakukan secara kolaboratif maupun oleh masing-masing lembaga anggota Siberkreasi.