Stephen Hawking dan Rahasia Alam Semesta
Alam semesta ini awalnya menyatu, kemudian terpecah dalam sebuah dentuman besar. Teori yang sudah disebutkan Alquran 14 abad silam.

MONDAYREVIEW- Bagaimana alam semesta ini tercipta? Manusia terus ingin mengetahui rahasia di balik alam ini. Meskipun,sudah mampu mengungkap berbagai fenomena alam, sesungguhnya manusia modern hanya diberi pengetahuan sedikit. Sebagian rahasia itu sudah tercantum dalam kitab suci Alquran, bagi orang yang mengimaninya.
Cara kerja sains dianggap berbeda dengan agama yang berisi banyak doktrin. Kebenaran agama hanya berdasarkan teks. Berbeda dengan sains yang kebenarannya bisa diuji melalui observasi dan argumentasinya bisa diuji validitasnya. Karena itu, Steven Hawking menyebut sains lebih berguna dan lebih unggul daripada agama. “There is a fundamental difference between religion, which is based on authority, (and) science, which is based on observation and reason. Science will win, because it works, ” ungkap Hawking, seperti diwawancarai ABC News pada tahun 2010.
Ilmuwan fisika yang terkenal dengan teori kuantumnya ini meyakini sains bisa menyelesaikan berbagai di dunia ini, termasuk bagaimana manusia bisa berumur panjang bahkan mungkin menjadi abadi (immortal). Sebelum cita-citanya terwujud, Hawking harus menghadapi kematiannya di usianya 76 tahun.
Hawking mengidap ‘tetraplegia’ (kelumpuhan) karena terkena ‘skerosis lateral amiotrofik’ sejak usia 21 tahun. Ia harus menjalani hidup dalam kondisi ini selama 55 tahun. Secara medis, Hawking divonis hanya mampu bertahan hidup paling lama 3 tahun, namun Ilmu kedokteran modern masih berusaha mencari rahasia umur panjangnya. Sains rupanya harus mengakui, tak mampu mengungkap rahasia ajal manusia
Sains adalah hasil kerja akal manusia yang memiliki keterbatasan. Begitu banyak rahasia yang belum terungkap. Misalnya, sains tak mampu memverifikasi adanya kehidupan setelah kematian. Semuanya hanya bisa dijelaskan dalam agama, bukan sains. Tak mengherankan, orang yang menapikan agama, akhirnya tidak percaya adanya Tuhan, seperti Steven Hawking.
Steven Hawking melambung namanya berkat karyanya berjudul A Brief History of Time, tahun 1988. Reputasinya disetarakan dengan Albert Enstein. Profesor fisika kuantum ini, masyhur dengan berbagai teori mengenai kosmologi, gravitasi, lubang hitam (black hole), dan radiasi. Buku yang terakhir, berjudul The Grand Design dirilis September 2010, makin memperjelas keyakinan Hawking tentang eksistensi Tuhan di alam semesta ini. "My goal is simple," Kata Stephen Hawking. "It is a complete understanding of the universe, why it is as it is and why it exists at all" (Tujuan saya sederhana, memahami alam semesta seutuhnya, mengapa dan bagaimana keberadaan serta kejadiannya).
Inilah barangkali yang melatarbelakangi Stephen Hawking untuk terus menggali teori-teori terbentuknya alam semesta, mulai dari teori gravitasi Newton hingga teori relativitas Einstein. Ia pun berkesimpulan bahwa "Because there is a law such as gravity, the universe can and will create itself from 'nothing' (di kesempatan lain ia menyebutnya dengan 'oneness'). Spontaneous creation is the reason there is something rather than nothing, why the universe exists, why we exist It is not necessary to invoke God to light the blue touch paper and set the universe going." (Karena adanya hukum-hukum semacam hukum gravitasilah alam semesta ini bisa tercipta dari 'ketiadaan'. Tercipta dengan sendirinya dari diri sendiri adalah awal dari adanya segala sesuatu, adanya alam semesta dan adanya kita. Tidak diperlukan keterlibatan Tuhan untuk membuat cetak biru keberadaan alam semesta).
Spontaneous creation, tercipta dengan sendirinya dari diri sendiri adalah terminologi yang digunakan Hawking dalam menjelaskan tentang kejadian alam semesta. Hawking menolak konsep bahwa alam semesta ini 'diciptakan Tuhan' sebagaimana benda-benda dunia diciptakan manusia.
Dalam pandangan Hawking, tidak masuk akal ada suatu wujud yang disebut Tuhan yang menginisiasi penciptaan alam semesta seperti ini. Jika konsepnya demikian pertanyaan Hawking, "Apa yang dikerjakan atau diciptakan Tuhan sebelum dan nantinya setelah menciptakan alam semesta?"
Dalam karyanya, Stephen Hawking mengulas bagaimana alam semesta ini terbentuk dan berakhir. Hawking mengungkapkan permulaan alam semesta sebagai "comes from oneness" ia menyatakan pula bahwa akhir alam semesta nanti akan "return to oneness", ditarik oleh gaya gravitasi kembali ke asalnya sebelum ia terbentuk.
Dalam agama, alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan. Namun, bagi Hawking, karena ada hukum Gravitasi, alam semesta dapat dan akan menciptakan dirinya dari ketiadaan. Penciptaan dengan sendirinya menjadi alasan adanya sesuatu bukannya ketiadaan, adanya alam semesta, dan adanya kita. Tidak perlu campur tangan Tuhan untuk menjadikan alam semesta.
Lalu, siapakah yang menciptakan hukum-hukum itu?
Orang yang beriman meyakini Tuhan Sang Pencipta yang menciptakan hukum-hukum itu. Dalam bahasa Islam, hukum-hukum itu kita sebut Sunnatullah. Perintah-Nya ketika menciptakan alam ”Kun fa ya kun, Jadilah maka jadilah”. Alloh menciptakan hukum-hukum itu sehingga alam semesta ini terbentuk melalui sebuah proses, yang sedikit terungkap dalam sains.
Alam semesta menurut teori Hawking, awalnya berbentuk gumpalan gas yang mengisi seluruh ruang jagat raya. Lebih dari 15 milyar tahun yang lalu, penciptaan alam semesta dimulai dari sebuah singularitas dengan rapatan dan kelengkungan ruang waktu yang tak terhingga, meledak dan mengembang. Peristiwa ini disebut oleh Hawking dengan Dentuman Besar (Big Bang), dan sampai sekarang alam semesta ini masih terus mengembang hingga mencapai radius maksimum sebelum akhirnya mengalami Keruntuhan Besar menuju singularitas yang kacau dan tak teratur.
Teori ini sebenarnya sudah dijelaskan dalam Alquran, surat Al Anbiya ayat 30, “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?“
Umat islam pernah mencapai puncak peradabannya, dan melahirkan banyak ilmuwan dari berbagai disipilin ilmu mulai kedokteran, farmasi, arsitek, teknik hingga astronomi. Kemajuan sains saat ini merupakan kelanjutan dari berbagai penemuan mereka.
Namun, mereka adalah ilmuwan, yang terlahir dengan doktrin keimanan terhadap kitab sucinya. Lalu, keimanan itulah yang mendorong mereka untuk menemukan berbagai penemuan, yang terinspirasi dari Alquran. Sedangkan, ilmuwan sekuler memulainya dengan skeptisisme, untuk melahirkan berbagai karya.
Sebagai ilmuwan yang atheis, Hawking tentu masih memiliki banyak pertanyaan yang belum terjawab. Mungkin, ia baru menemukan jawabannya setelah kematiannya.