Soft Diplomacy Indonesia Demi Perdamaian di Afghanistan

Soft Diplomacy Indonesia Demi Perdamaian di Afghanistan
Tangkapan Layar Diskusi Tamu Redaksi Bersama Dubes Indonesia untuk Afghanistan Arief Rachman/ net

MONITORDAY.COM - Ikut menciptakan perdamaian dunia adalah amanat konstitusi. Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kabul berupaya melalui soft diplomacy untuk mendorong negosiasi menuju kesepakatan damai di Afghanistan yang telah dirundung konflik tak kurang dari 40 tahun. 

Hal itu terungkap dalam Diskusi Virtual Tamu Redaksi Monday Media Group bersama Duta Besar RI untuk Afghanistan Arief Rahman Senin (23/9/2021). 

Lebih lanjut ditegaskan Dubes Arief Rachman bahwa Presiden Joko Widodo sempat berkunjung ke Kabul. Demikian juga dengan Presiden Ashraf Ghani yang pernah melawat ke Jakarta. Kedatangan Jokowi saat itu disambut dengan keharuan luar biasa. Padahal saat itu hampir setiap saat Afghanistan terancam dengan serangan bom. Seminggu sebelum lawatan tersebut bom bunuh diri menghantam, bahkan tiga bom meledak di hari kunjungan kenegaraan tersebut. 

Indonesia memiliki pengalaman dalam menyelesaikan konflik politik. Delegasi Taliban pun pernah berkunjung ke Jakarta untuk bertemu dengan beberapa ulama dan tokoh masyarakat. Pesan moderasi Islam dari pemimpin dan civil society di Indonesia tertangkap kuat dari pernyataan anggota delegasi Taliban kala itu. Meski diwarnai keraguan sejumlah fihak, harapan agar Taliban mengakomodasi pemerintahan yang inklusif dan semakin moderat dalam penerapan hukum tetap ada. 

Dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Organisasi Konferensi Islam (OKI) tahun 2017, Indonesia menegaskan pentingnya jalan damai dan negosiasi dalam kerangka soft diplomacy. Demikian pula pada KTT G-20 yang memiliki makna strategis dalam pembahasan masalah ekonomi dunia yang beranggotakan negara-negara yang memiliki kekuatan ekonomi cukup menentukan. 

Kerangka soft diplomacy yang melahirkan inisiatif peacebuilding mewujud dalam upaya capacity building. Dubes Arief Rahman menegaskan bahwa tak kurang dari 100 SDM Afghanistan pernah ditempa dalam pendidikan dan pelatihan bidang pertambangan. Sebagaimana kita tahu negeri itu kaya dengan mineral. Setidaknya senilai USD 1 Triliun terpendam di bumi para Mullah itu. 

Bahkan KADIN Indonesia pernah berkunjung ke Afghanistan. Disamping pertukaran pengalaman business women juga terbetik peluang untuk ikut membantu membangun infrastruktur di Afghanistan. Kini Indonesia dan dunia tentu menunggu situasi yang lebih kondusif di Afghanistan. Sehingga berbagai upaya untuk membangun kembali negeri itu dari kerusakan dan dampak buruk perang dapat dimulai kembali.